Jumat, 26 Desember 2014

Aku Bangkit Untukmu, Inilah Jalan Hidupku


(Sambungan dari Edisi 1)
Benar saja, perkiraanku tepat tempo hari lalu. Aku yakin bahwa sedang ada yang tidak baik antara ayah dan ibu akhir-akhir ini. Kejadian yang sangat menyakitkan itu terjadi pada hari Minggu sore. Cuaca pada saat itu sangat panas. Aku hanya berdiam diri di rumah dan melihat ke luar jendela. Aku sedang melihat ibu sedang menyapu halaman sementara si kecil tidur pulas. Keringat mengucur di kening si kecil. Sesekali aku mengipasinya dengan kipas dari anyaman bambu untuk mengurangi rasa panasnya. Tiba-tiba, sangat jelas terdengar olehku handphone ibuku berdering. Aku tahu itu nada SMS. Ibu berhenti menyapu dan mengambil HP dari saku celananya. Dia membuka dan kemudian terlihat seperti serius membaca. Aku menghela napas dalam-dalam. Aku terus saja menatap ibu dari dalam rumah dengan satu tangan mengipasi si kecil. Mataku tertahan dan tak berkedip. Aku merasa penasaran terhadap apa yang sedang ibu baca. Aku melihat dengan jelas ibu berdiri dan membaca SMS dengan serius. Aku melihat dengan jelas pula matanya mulai berkaca-kaca. Seketika itu juga dia melepaskan sapunya dan bergegas masuk ke dalam rumah. Aku langsung lompat dari tempat tidur dan segera menghampiri Ibu. Ibu datang kepadaku, dan langsung memelukku. Ya Allah… ibu menangis tersedu-sedu sambil memelukku. “Mamah kenapa? Mamah kenapa?” pertanyaanku tak dijawab olehnya, namun aku sangat bisa merasakan sakit yang ia rasakan. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, aku bingung, apa yang harus aku lakukan!

Ibu melepaskan pelukannya, ia berjalan ke sofa di ruang tamu dan duduk di sana. Aku menghampirinya seraya berkata, “Mamah, boleh Aa pinjem HP-nya?”. Ibu tidak berkata satu kata pun. Tetapi aku terus memohon pada ibu untuk memberikan HP-nya. Tidak sabar, aku mengambil HP digenggaman ibu dan ternyata SMS-nya belum ia hapus. Aku membacanya dengan serius, sangat serius. “Assalammualaikum… Bibah, saya rasa pernikahan kita tidak bisa berlangsung lama. Karena beberapa hal, saya menalak tiga kamu sejak dikirimkannya SMS ini. Wassalam. Kus”. Setelah membaca SMS itu, aku tetap saja tidak mengerti. Aku tetap tidak mengerti apa yang sedang terjadi. “Kenapa papah nge-SMS gitu? Apaan itu talak tiga? Apa hubungannya sama pernikahan? Atau jangan-jangan…” Ya Allah, aku membutuhkanmu…

Tidak ada komentar: