Selasa, 25 Juni 2013

CARA MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN BENAR



 1. Mencari akar permasalahan
Kadang, ketika masalah datang, kita justru fokus pada efek dari masalah tadi, bukan fokus pada penyebab masalahanya dimana, kadang solusi akan cepat ditemukan ketika akar permasalannya ditemukan


2. Jika masalah tersebut berhubugan dengan orang lain, diskusikan
Jika masalah yang kita hadapi masih ada hubungan dengan orang lain, akan lebih baik kita diskusikan baik baik, kalau itu masalah pribadi, bisa kita diskusikan 4 mata ditempat yang tenang dan Ajak aja pihak yang bermasalah dengan kita makan bersama dan membicarakan masalah yang dihadapi


3. Jujur, tenang dan bertanggungjawab
Ketika kita mengalami masalah, yang perlu di lakukan adalah, kita harus jujur kepada diri kita sendiri dan ketika kita menyampaikan kepada orang yang bermasalah dengan kita kita harus tenang dan bertanggung jawab terhadap resiko yang akan muncul, misal masalah pekerjaan, kita harus jujur kepada atasan kita tentang progress pekerjaan kita, jika kita tidak jujur kepada atasan baik masalah project atau yang lainnya,kita akan terbebas hari itu namun hari berikutnya menunggu kita dalam kehancuran


4. Katakan mampu jika mampu dan katakan TIDAK MAMPU jika kita tidak mampu
Bonek alias modal nekat banyak dilakukan banyak orang, ketika mereka di beri tugas/pekerjaan mereka akan selalu bilang bisa, yang pada akhirnya mereka kerepotan sendiri ketika tugas tersebut dilaksanakan. Jujur ketika diberi tugas dengan kemampuan, waktu dan tenaga kita akan membuat kita terhindar dari masalah, jika anda sudah terlanjur mengatakan mampu dan ternyata tugas yang diberikan tidak sesuai dengan yang ada dalam bayangan kita, bicarakan dengan baik baik dan berikan atasan penjelasan yang rasioanal.


5. Pengalaman permasalahan adalah guru yang paling baik
Jika ada pepatah yang bilang bahw pengalaman adalah guru yang paling baik untuk perkara umum, maka permasalahan adalah guru yang paling baik untuk mendewasakan diri kita. Siapa yang hidup tanpa masalah? bisa tunjukan jari? saya yakin tidak ada yang bebas dari masalah, namun dengan banyaknya masalah yang kita hadapi akan menjadikan kita lebih dewasa dan lebih tenang dalam menghadapi masalah sejenis di masa yang akan datang.



Gambar dari :
www.behavioradvisor.com

Tips Mengatasi Putus Cinta


Setiap orang pasti pernah merasakan ditinggalkan oleh kekasihnya. Dalam kondisi tertentu orang akan merasa frustasi dan semangat hidup akan menurun. bekerja jadi tidak serius dan patah semangat. Anda Tentu tidak mau terus terpuruk dalam kesedihan setelah putus cinta dari pasangan anda. Agar Anda terus survive, berikut ada beberapa tips untuk mengobati sakit hati Anda. Tips ini merupakan ramuan khusus kepada anda semua.

1. Yakinkan diri Anda bahwa si mantan bukan orang satu-satunya orang yang bisa membahagiakan Anda. Masih banyak orang lain yang lebih cocok tanpa harus menyakiti Anda seperti dia.

2. Beri napas untuk diri sendiri. Hari ini berikan dispensasi untuk menangis jika ingin menangis, mengunci diri di kamar tanpa menyisir rambut, melakukan hal yang ingin Anda lakukan. Tapi ingat, batasi maksimal 24 jam saja.

3. Ucapkan mantera sakti Anda setiap pagi setelah bangun tidur. Kalimat seperti, Saya tak butuh pria macam dia atau Hes not worth for me to love, ini adalah terapi diri yang manjur.

4. Melupakan diet untuk sementara dapat dimaafkan. Memakan coklat lezat favorit Anda, dapat menjadi semacam vaksin. Setiap gigitan coklat Anda memberikan phenylethylamine, semacam zat kimia yang keluar saat Anda jatuh cinta.

5. Get the new fresher look! Pergilah ke salon, mengganti model atau warna rambut dan membuat penampilan Anda lebih segar. Tak akan ada yang menyangka Anda sebagai si gadis patah hati.

6. Singkirkan semua barang yang berkaitan dengannya. Mulai dari foto, surat cinta, shaver dia yang ketinggalan, sampai dengan teddy bear bertulisan I Love U pemberiannya.

7. Some exercise will help. Menurut physical trainer Amerika, Kathy Kaehler, gerakan senam dapat merangsang hormone yang bisa membuat Anda merasa nyaman. Selaraskan gerakan senam dengan lagu-lagu yang membangkitkan semangat seperti Independent woman yang dinyanyikan oleh Destinys Child atau I will survive-nya Gloria Gaynor.

8. Hang-out dengan teman-teman Anda. Sudah lama tidak ber-ladies-nite-out? Kini Anda bebas kembali tanpa ada kewajiban lapor atau dilarang pergi.

9. Kenakan baju bernuansa hijau. Menurut teori terapi warna, hijau selalu diasosiasikan dengan hati, dengan memakai pakaian hijau perasaan Anda akan mendapat energi yang diperlukan.

10. Sounds clich, but it works! Tanamkan di kepala Anda, soulmate Anda yang sesungguhnya dan lebih baik dari dia telah menanti di luar sana.

KEAJAIBAN ANGKA KITA 1-10


Ternyata angka atau bilangan dengan menggunakan bahasa Indonesia memiliki struktur atau pola yang unik dan mungkin tidak akan ditemukan di bangsa lain. Hanya di Indonesia.

Setiap bangsa, negara dan daerah pasti memiliki penyebutan sendiri untuk angka-angka dari satu, dua sampai dengan sepuluh. Misalnya angka tiga kita menyebutnya di Indonesia tapi di negara lain ada yang menyebutnya tri, three, san, tolu dan lain sebagainya.

Bahkan bila ada yang masih ingat angka-angka tersebut dalam bahasa daerah teman-teman masing-masing dari satu sampai sepuluh maka kadang ada angka yang penyebutannya sama dan ada pula yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Mungkin tergantung dari enaknya di lidah atau di telinga.

Langsung saja. Di sini saya bukan mengajarkan Anda berhitung tapi coba perhatikan deretan angka-angka di bawah ini.
1 = Satu
2 = Dua
3 = Tiga
4 = Empat
5 = Lima
6 = Enam
7 = Tujuh
8 = Delapan
9 = Sembilan

Ternyata setiap bilangan mempunyai saudara ditandai dengan huruf awal yang sama. Bila kedua saudara ini dijumlahkan angkanya, maka hasilnya pasti sepuluh. Contohnya Satu dan Sembilan. Mempunyai huruf awal yaitu S dan bila djiumlahkan satu dan sembilan hasilnya adalah sepuluh.

Begitu juga dengan Dua dan Delapan, Tiga dan Tujuh kemudian Empat dan Enam. Terurut sampai dengan angka Lima. Lima dijumlah dengan dirinya sendiri juga hasilnya sepuluh.

Tidak sampai di situ, ternyata huruf awalnya juga punya peranan penting terbentuknya bilangan itu. Misalnya Satu dan Sembilan sama-sama huruf awalnya adalah S yang secara kebetulan berada pada urutan 19 dalam alpabet. Bila angka satu dan sembilan dijumlahkan kemudian dibagi dua untuk mencari rata-ratanya maka hasilnya adalah 5. Bentuk angka 5 sangat identik dengan huruf S. Yang pernah membaca Matematika Alam Semesta, perlu ditambahkan bahwa 19 adalah angka TUHAN.

Kemudian Dua dan Delapan. Huruf awalnya adalah D yang urutan keempat. Bila delapan dibagi dua maka hasilnya adalah empat (pembenaran).

Selanjutnya Empat dan Enam. Huruf awalnya adalah E yang urutan kelima. Lima berada diantara Empat dan Enam (pembenaran lagi).

Sedangkan angka Lima huruf awalnya adalah L. Dimana L digunakan untuk simbol angka lima puluh dalam perhitungan Romawi (pembenaran yang masih nyambung).

Lalu bagaimana dengan Tiga dan Tujuh? Ternyata susah cari pembenarannya. Ditambah, dikurang, dibagi dan dikali ternyata belum juga ketemu. Tiga dikali tujuh hasilnya 21, kurang satu angka dengan huruf T yang urutan ke 20. Tapi simbol V digunakan untuk menunjukkan angka tujuh dalam perhitungan Arabic. Dan V diurutan ke-22.

Ternyata, tidak pakai matematika. Cukup ditulis saja di kertas kosong kemudian pasti bisa ketemu hubungannya. Coba tulis huruf T kecil (t) di sebuah kertas. Kemudian putar kertasnya 180 derajat maka kamu bisa lihat angka tujuh dengan jelas. Lalu bagaimana dengan angka tiga? Juga sama. Tulis huruf T besar di kertas pakai font Times New Roman kemudian putar 90 derajat ke kanan searah jarum jam. Tada…. Kamu pasti bisa lihat angka tiga dengan jelas. Tapi sedikit mancung. (pembenaran yang juga dipaksakan sekali).

Pola unik ini mungkin hanya bisa ditemukan di Indonesia. Lalu bagaimana dengan di Malaysia yang juga memakai bahasa yang sama? Ternyata di Malaysia angka 8 tidak disebut sebagai Delapan tapi Lapan. Jadi pola ini hanya milik Indonesia. Jangan sampai diklaim juga sama mereka.

Cerita tentang Cinta

Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai benda abstrak ada CINTA, kesedihan, kegembiraan, kekayaan, kecantikan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu.Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik membasahi kakinya.Tak lama CINTA melihat kekayaan sedang mengayuh perahu, Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!, teriak CINTA Aduh! Maaf, CINTA!, kata kekayaan Aku tak dapat membawamu serta nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini. Lalu kekayaan cepat-cepat pergi mengayuh perahunya. CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. Kegembiraan! Tolong aku!, teriak CINTA. Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak dapat mendengar teriakan CINTA. Air semakin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik.Tak lama lewatlah kecantikan Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!, teriak CINTA Wah, CINTA kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kau mengotori perahuku yang indah ini, sahut kecantikan. CINTA sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat kesedihan Oh kesedihan, bawlah aku bersamamu!, kata CINTA. Maaf CINTA. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja.., kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. CINTA putus asa.Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara CINTA! Mari cepat naik ke perahuku! CINTA menoleh ke arah suara itu dan cepat-cepat naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lagi. Pada saat itu barulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang menolongnya. CINTA segera bertanya pada penduduk pulau itu. Yang tadi adalah WAKTU, kata penduduk itu Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tidak mengenalinya. Bahkan teman-temanku yang mengenalku pun enggan menolong tanya CINTA heran Sebab “HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU”.

Galuh Panglipur


Curhat: Guruku Motivasiku

Suatu kebanggaan bagi seorang murid ketika belajar dengan guru yang menjadi teladan yang baik bagi dirinya. Tak hanya di bidang duniawi, melainkan lengkap dengan kajian-kajian rohani. Karena kita mengukur seseorang dari keadaan batin, bukan keadaan lahir. Itulah yang saya ilhami ketika melihat lebih jauh sosok beliau. Pak Cecep Arif Rahman, sifatmu amat mulia dan prestasimu tak diragukan. Engkaulah sosok teladan dan terimalah aku akan menjadi muridmu yang baik. Aamiin...

 


Sejarah Himpunan Pencak Silat Panglipur


I.    ABAH ALEH

Sebagaimana dimaklumi, bahwa Garut merupakan daerah pesantren namun juga memiliki banyak tokoh beladiri dari berbagai aliran khususnya Jawa Barat. Dengan hal ini kiranya Himpunan Pencak Silat (HPS) Panglipur—suatu perguruan yang telah berdiri sejak tahun 1909 dengan Abah Aleh sebagai pendirinya, dan saat ini dilanjutkan oleh putri beliau, Hj. Enni Rukmini Sekarningrat—mulai dari tahun 1986 mulai membuka diri sebagai suatu perguruan yang mengembangkan serta mempromosikan keilmuannya hingga ke mancanegara dan berusaha mengkreasikan suatu bentuk seni beladiri yang tetap menjaga tradisi dan asalinya, namun juga tidak menutup diri terhadap pemahaman ke depan. Bidang garapannya tidak hanya dalam segi fisik saja melalui pelatihan dan diskusi/seminar beladiri namun juga pada bidang pendokumentasian secara tulisan dan audiovisual, serta penelusuran kesejarahan serta falsafah kesundaannya sebagai jati diri dan referensinya.
Pencak Silat Panglipur didirikan oleh Abah Aleh pada tahun 1909 di Gg. Durman dekat Pasar Baru Bandung, Beliau adalah keturunan Banten yang lahir di Garut pada tahun 1856 dan wafat di Garut tahun 1980.
Pemberian nama Panglipur diberikan oleh Bupati Bandung yang bernama  Wiranatakusumah. Alkisah manakala disaat menderita sakit Bupati Wiranatakusumah ingin dihibur oleh kesenian silat yang dipimpin oleh Abah Aleh dan tembang Cianjuran yang dipimpin Bapak Hamim.  Konon kisah tersebut berlanjut dan Beliau sembuh dari sakitnya, sehingga Beliau berkenan menganugrahkan penghargaan dengan memberikan nama kepada pencak silat Abah Aleh yaitu Panglipur Galih (Pelipur Hati) dan kepada grup tembang Cianjuran Bapak Hamim diberikan nama Panglipur (Penghibur). Namun setelah kedua tokoh tersebut berembug maka mereka setuju untuk tukar nama, sehingga Pencak Silat Abah Aleh diberi nama “Panglipur”
Abah Aleh sangat piawai dan mumpuni dalam ilmu silatnya, sehingga Beliau mampu memadukan gaya berbagai aliran yang di dapatnya dari berbagai tokoh silat terkemuka yang merupakan guru dari Beliau. Para Beliau diantaranya Raden Agus yang mengajarkan aliran Cimande Kampung Baru, Haji Bajuri yang mengajarkan Tepak Dua Cimande dan Sipecut, Gan UU mengajarkan rangkaian Jalan Cikalong, Rd. Enggah Ahmad mengajarkan rangkaian gerak Jalan Muka, Rd. Kosasih mengajarkan Ulin Sabandar, Jurus Si Pitung dan lima rangkaian Jurus Alip Bandul, Rd. Husen Nataningrat mengajarkan permainan Bojong Herang, serta banyak lagi tokoh silat lainnya yang membimbing Beliau dalam menuntut ilmu silat.
Pada tahun 1945 Abah Aleh pindah ke  Garut, tepatnya Kp. Sumursari Desa Sukasono Kec. Sukawening Kab. Garut.  Dan pada tahun 1974  Abah Aleh menunjuk kepada putri keempatnya Rd. Enny Rukmini Sekarningrat sebagai Pimpinan penerus HPS Panglipur, serta kepada murid seniornya untuk meneruskan perjuangannya dalam mengurus dan mengembangkan Himpunan Pencak Silat Panglipur.

II.    Hj. R. ENNY RUKMINI SEKARNINGRAT
Menjadi seorang guru dan pemimpin pencak silat dapat dikatakan cukup berat, di samping harus menguasai jurus-jurus dan teknik-teknik seni beladiri pencak silat yang mantap, fisik yang prima, serta mental yang kuat tentunya juga dituntut harus memahami falsafah seni beladiri pencak silat secara mendalam, seperti yang pernah dialami Rd. Enny Rukmini Sekarningrat, pakar pencak silat dan pejuang wanita empat zaman, puteri Abah Aleh (1856-1980) pendiri Panglipur. Abah Aleh adalah seorang maestro seni beladiri pencak silat yang mampu menggabungkan aliran-aliran pencak silat menjadi jurus Panglipur yang indah, luwes, efektif, dan praktis untuk membela diri. Ketika "Duel" menemui Rd. Enny Rukmini Sekarningrat, sepertinya ia tak nampak ekspresi seorang tua, pada umumnya. Ia masih lantang berbicara, ringan bergerak, jalan dan melompat. Saat dilakukan pemotretan, ia masih bisa dengan mudah memperagakan sembilan jurus pokok Panglipur, lengkap dengan aplikasinya, ternyata tenaganya masih kuat mendorong dan melemparkan lawannya dengan cepat, kuat dan bertenaga, seperti mengadung ilmu tenaga dalam.


Nama Rd. Enny Rukmini Sekarningrat cukup terkenal dikalangan masyarakat luas terutama bagi mereka yang mencintai seni beladiri pencak silat. Bahkan namanyapun telah tercatat di PB IPSI sebagai Dewan Pakar Pencak Silat Nasional, sehingga tidaklah mengherankan apabila namanya sudah terkenal sampai ke tingkat Internasional. Memang kalau kita belum mengenalnya sekilas terlihat galak apalagi didukung oleh sorot matanya yang tajam, membuat orang yang melihatnya menjadi segan. Namun semua itu tidak benar, buktinya bila kita sudah terlibat perbincangan dengannya ternyata ia seorang yang ramah, baik, sopan, dan rendah hati.

Panggilannya pendek saja, boleh dipanggil "Ibu" atau "Ibu Enny", tapi umumnya para pesilat di lingkungan Himpunan Pencak Silat Panglipur memanggilnya "mamih". Maklum sebutan terakhir ini merupakan kebiasaan pesilat Panglipur yang sudah dekat dengannya. Pernah ada yang menanyakan, "Apakah betul Ibu ada keturunan Belanda? Saya jawab, tidak, dan memang sebenarnya saya bukan keturunan orang Belanda," tuturnya. Bahkan pertanyaannya tidak cukup sampai di situ saja, kadang-kadang mereka suka meneruskan dengan pertanyaan lain, "Ah masa, buktinya raut muka Ibu mirip Indo? Mendengar pertanyaan seperti itu saya hanya tersenyum, mungkin karena saya cukup lama bersama-sama dengan orang Belanda, ketika masih sekolah di Zending School. Tidak heran apabila saya terpengaruh oleh kebiasaan orang Belanda, dan kebetulan kulit saya putih, sehingga orang menyangka bahwa saya mirip orang bule. Padahal saya tidak ada keturunan Indo, ayah saya Abah Aleh keturunan Banten dan Ibu saya Ma Uki asli orang Garut."

Masa Perjuangan
   Sejak kecil ia sudah menyenangi kesenian daerah dan bahkan pernah belajar tari sunda, termasuk belajar pencak silat hanya tidak sungguh-sungguh dan tidak mendalaminya, cukup asal bisa saja. Setelah menginjak remaja malah senang belajar dansa yaitu sejenis tarian yang suka diperagakan oleh remaja-remaja dari Barat (orang asing). Walaupun demikian, ayahnya tidak melarang mempelajari dansa, apalagi sampai mempunyai murid mahasiswa, karena kebetulan waktu itu banyak mahasiswa-mahasiswa yang mengontrak (indekos) di rumah, sehingga kesenangan pada dansa semakin kuat.

Puteri pasangan Abah Aleh (pendiri Panglipur) dan Ma Uki, yang dilahirkan di Gg. Durman Bandung pada tanggal 17 Agustus 1915 ini, dalam usia 12 tahun sudah menikah. Mungkin Abah Aleh merasa khawatir mengingat situasi waktu itu kurang aman. Pertama dia menikah dengan seorang pemuda bernama Nandung, punya anak satu bernama Etty Sumartini dan mempunyai cucu 12 (dua belas), tinggal di Jakarta. Abah Aleh mengharapkan ia menjadi seorang istri yang mandiri, sehingga Abah Aleh mengijinkannya untuk melanjutkan sekolah. Setelah tamat dari Zending School diteruskan ke Darul Mualim 6 tahun, sekitar tahun 1946 keluar dari sana sempat menjadi Guru Agama di bawah pimpinan Ajengan Toha dan Rachmat Sulaeman, mengajar di Madrasah Al Balah dan di Madrasatul Choeriah di Gg Affandi Braga Bandung. Tidak lama setelah itu suami tercinta meninggal dunia. Lalu menikah dengan Lurah Cimahi, tidak lama meninggal dunia juga. Kemudian menikah lagi dengan seorang pejuang kemerdekaan bernama Bunjali, kebetulan ia seorang tokoh silat sehingga Abah Aleh sangat senang kepadanya, mungkin karena nasib, tidak lama setelah itu Bunjali ditangkap oleh Belanda ketika sedang pengajian (mengajar membaca Al Qur’an). Ibu Enny sempat mencari sang suami mudah-mudahan bisa bertemu lagi, lalu ikut menggabungkan diri sebagai wanita pejuang dengan pasukan pangeran papak di Wanaraja Garut, di bawah pimpinan Mayor Kosasih. Nama Sekarningrat juga diberi oleh Laskar Pangeran Papak. Berkat kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya ia bertemu juga dengan suami tercinta, sehingga waktu itu bisa bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan. Tidak lama setelah itu masing-masing mendapat tugas, ia ditugaskan ke Ciniru dan suaminya ditugaskan ke Cipakem Kuningan "Ternyata setelah kembali dari tugas, suami saya meninggal dunia saat berjuang. Hati saya begitu sedih, mungkin sudah nasib dan saya menyadari bahwa ini merupakan takdir Allah SWT," tuturnya.

Pada tahun 1947, ibu Enny bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Letkol Abimanyu dan Mayor U. Rukman sampai hijrah ke Yogya dan di sana bertemu dengan seorang perwira TNI bernama Tabrani, ketika itu ia masih berpangkat kapten, lalu kembali ke Jawa Barat dan berhenti sebagai pejuang, dan akhirnya kembali ke masyarakat. Tahun 1950, pengembaraan di hutan belantara berakhir dengan turunnya para pengungsi ke kota Bandung, yang sebelumnya berjuang memakai senjata, namun sekarang perjuangan itu dilakukan dalam bentuk lain. Kemudian saya menikah dengan Kapten Tabrani dan mempunyai anak laki-laki bernama Djadja Widjayakusumah. Waktu itu pimpinan Panglipur oleh Abah Aleh dipercayakan kepada kakak ibu Enny, Letnan AURI Udi. Lalu untuk mengenang masa perjuangan, ia mencoba membuat drama pencak silat yang menceritakan perjuangannya dengan suami dari mulai awal pertemuan sampai selesai. Penulisan naskah, skenario, dan sutradara diatur oleh ibu Enny. "Waktu sedang latihan, saya berusaha untuk tegar dan kuat tetapi ternyata dalam pelaksanaannya saya tidak kuasa menahan rasa sedih dan merasa tidak kuat sampai saya jatuh pingsan," tuturnya.

Kira-kira tahun lima puluhan, Letnan AURI Udi yang dipercaya oleh Abah Aleh untuk mengurus perguruan pencak silat Panglipur, meninggal dunia. Kemudian Abah Aleh memanggilnya dan berkata, "Eneng, sabada Kang Udi pupus, taya deui nu katoong ku Abah pikeun neruskeun jadi sesepuh paguron teh iwal ti Eneng," saurna lemah lembut. ("Neng, setelah Kak Udi meninggal dunia, tidak ada lagi yang terlihat oleh Abah yang mampu meneruskan menjadi pemimpin perguruan pencak silat panglipur, hanya Enny," katanya serius). "Ketika mendengar ucapan seperti itu, hati saya merasa kaget bercampur bingung," tuturnya, "karena saya merasa belum mendalami sungguh-sungguh tentang masalah pencak silat, dan putra-putri Abah Aleh itu ada empat orang termasuk saya, Kak Udi, Kak Eyon, dan Kak Dati. Saya tidak mengerti mengapa Abah Aleh memilih saya untuk menggantikannya. Setelah berpikir panjang timbul perasaan dalam hati saya, mungkin Abah Aleh merasa yakin bahwa saya mempunyai kemampuan untuk menjalankannya,

sehingga saya tidak bisa menolaknya," tuturnya tegas. Ternyata ibu berparas cantik ini dulunya tergolong anak yang taat dan patuh kepada orang tua, rasa hormat kepada kedua orang tua sudah tertanam sejak ia masih kecil, jangankan menolak keinginan orang tua, dimarahi dengan tidak merasa bersalahpun saya tidak berani membantahnya apalagi sampai melawan pada orang tua. Akhirnya tawaran itu dia terima dengan lapang dada.

Memimpin Panglipur
Pada tahun 1950, Abah Aleh secara resmi menyerahkan tapuk pimpinan Panglipur kepada Ibu Enny, sebagai pewaris yang diangggap mampu memimpin Panglipur, demi perkembangan dan kemajuan Panglipur di masa yang akan datang. Walaupun anggapannya masih mentah dalam masalah persilatan, namun Ibu Enny berusaha sekuat tenaga untuk memimpin panglipur bersama-sama dengan para tokoh Panglipur yang lain.

"Ketika memperhatikan Abah Aleh sedang melatih pencak silat, saya suka bertanya, kenapa jurus-jurus Panglipur suka diberi nomor, dan semuanya tidak dibeda-bedakan, alangkah baiknya setiap tingkatan dibeda-bedakan," katanya memberi pertanyaan pada Abah Aleh.

"Untuk ciri khas Panglipur, supaya ada keseragaman," katanya sambil tersenyum. "Buktinya terasa oleh saya, ketika melatih 1600 pesilat untuk menyambut Konperensi Asia Afrika tahun 1955. Dengan gerakan yang sudah diseragamkan sehingga tidak sulit untuk melatihnya," tuturnya. Ibu Enny merasa kagum kepada Abah Aleh yang bisa menyeragamkan gerakan yang begitu rumit dan bermacam-macam.

Ada yang bertanya, "Apakah silat dari Abah Aleh dibarengi dengan ilmu tenaga dalam? Saya menjawab tidak, karena memang saya tidak belajar ilmu tenaga dalam, paling juga saya suka tirakat. Saya pernah mengalami dikurung di dalam kamar oleh Abah Aleh selama tiga hari tiga malam, selama di dalam kamar itu hanya disediakan sepiring kentang rebus dan segelas air putih. Oleh karena itu, tidak heran apabila saya makan hanya dua hari sekali atau tiga hari sekali."

"Pernah ada kejadian aneh waktu saya berumur 40 tahun tiba-tiba gigi saya merasa linu dan seolah-olah terasa menjadi panjang, kemudian diperiksa ke dokter katanya tidak ada penyakit. Malam jum’at ternyata gigi saya rontok semua sehingga sampai sekarang gigi saya menjadi ompong. Saya tidak mempunyai pikiran yang bukan-bukan, atau mempunyai sangkaan negatip terhadap orang lain, mungkin gigi saya rontok itu disebabkan oleh penyakit," katanya.

Sejak berdirinya PPSI di Jawa Barat pada tahun 1957, di bawah pimpinan Pangdam Siliwangi, Jendral Kosasih, Ibu Enny berusaha sekuat tenaga mengembangkan seni beladiri pencak silat. Namun dalam pelaksanaannya tidak semudah apa yang kita bayangkan, sebab waktu itu bantuan dari pemerintah maupun dari masyarakat belum bisa diandalkan. Apalagi yang namanya pencak silat, setiap orang banyak yang ingin memiliki kepandaian ini, tapi sedikit sekali yang mau mengeluarkan uang atau dana untuk itu. Walaupun demikian, Rd. Enny Rukmini Sekarningrat dan kawan-kawan seperguruan seperti Rd. H. Adang Mohammad Moesa (alm), Harun (alm), Tarmedi (alm), Kol. H. MSTA. Jhonny (alm), M. Umbit (alm), Bakri, Udi, dan yang lainnya berjuang untuk melestarikan seni beladiri pencak silat, khususnya Panglipur sebagai warisan Abah Aleh yang sebelumnya telah berjuang tanpa pamrih. Dan terbukti Panglipur telah diakui oleh pemerintah sebagai organisasi yang terdaftar sebagai anggota PPSI maupun IPSI.

Di kota Bandung saja waktu itu sudah ada lima cabang panglipur, antara lain cabang Bandung Barat diketuai oleh H. Basuni (alm), Pagarsih diketuai oleh Abah Bakri (alm), Ciwidey diketuai oleh Lurah Prawira (alm), Babakan Jati diketuai oleh H. Basuki (alm), Lembang diketuai oleh Aki Tarmedi (alm), dan Buah Batu diketuai oleh Bah Soma (alm), Kopo diketuai oleh Bah Omi, Oyi, dan Bah Udi, serta banyak lagi tokoh-tokoh yang lainnya. Cabang-cabang Panglipur di luar Bandung, antara lain Majalengka, Talaga, Kuningan, Garut, Cianjur. Semua cabang-cabang tersebut harus berada dalam pengawasan Panglipur Pusat yang dipimpin olehnya. Sampai detik ini Panglipur terus berkembang dengan pesat, baik di dalam maupun di luar negeri.

Di samping sebagai seorang pimpinan Panglipur, ternyata Rd. Enny Rukmini Sekarningrat, temasuk juga sebagai seorang guru silat atau pelatih yang aktif, ia pernah melatih anggota tentara Rindam VI Siliwangi, Kompi Protokol Pimpinan Kapten. H. MSTA. Jhonny (alm, terakhir berpangkat Kolonel), melatih anggota tentara BDI II Siliwangi Pangalengan pimpinan Letkol. Suryamin, melatih pemuda-pemuda putus sekolah, pernah melatih di SMP, SMA, SPG dan Mahasiswa, serta siswa-siswa Dodiklat Polri dan anak-anak CPM di Cimahi, melatih orang-orang asing yang sengaja datang untuk berguru di Panglipur. Bahkan pernah mendirikan organisasi tukang becak yang diberi nama Himpunan Pengendara Becak Indonesia (HPBI), kemudian tukang Becak tersebut dikursuskan setir mobil sampai mereka, menjadi sopir Bemo di Cicendo Bandung.

Disela-sela latihan ia sering diberi wejangan oleh Abah Aleh, berupa amanat yang diberikan kepadanya antara lain, "Eneng, boh dina hirup, boh dina penca, teangan pikaresepeun batur, ulah neangan pikangewaeun batur," saurna. ("Neng, dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam penca, harus selalu mencari yang membuat orang senang (menyenangkan orang lain) bukan sebaliknya mencari sesuatu yang membuat orang tidak suka atau tidak disukai oleh orang lain," katanya). Sesuai dengan falsafah Panglipur yang merupakan singkatan dari:

1. Pek Aranjeun Neangan Guru Luhung Ilmuna, Poma Ulah Ria (Takabur).
Artinya dalam bahasa Indonesia : Silakan kalian mencari guru yang tinggi ilmunya, tetapi jangan sombong (takabur).

2. Pek Aranjeun Neangan Guru Luhung Ilmuna Pikeun Udageun Rasa.
Artinya dalam bahasa Indonesia : Silakan kalian mencari guru yang tinggi ilmunya untuk kejaran rasa.

Memimpin Tim Galih Pakuan Jawa Barat
Ada pengalaman yang menarik selama ibu Enny memimpin Panglipur, ketika membawa rombongan Panglipur ke Singapura pada tahun 1980, dengan H. Suhari Sapari (Ketua IPSI/PPSI) Jawa Barat. "Ketika mengadakan pementasan di Singapura, setelah sampai di lokasi baru teringat bahwa alat yang akan dipakai untuk peragaan tertinggal di penginapan, padahal waktu untuk pementasan tinggal beberapa menit lagi. Saat itu tiba-tiba saya teringat pada sobrah (sejenis rambut wanita yang panjang, digunakan untuk sanggul) yang dapat mengganti alat yang tertinggal tadi. Ternyata pementasan tersebut mampu memukau penonton dan mereka merasa puas, orang menyangka bahwa sobrah itu merupakan kreasi baru," katanya sambil tersenyum. Selanjutnya ia mengingatkan, "Oleh karena itu, peralatan atau senjata yang dipakai untuk pencak silat itu bukan hanya Golok, Gobang (Pedang), Trisula, Toya, Alu (halu), Tongkat, Limbuhan (sejenis senjata pendek) yang bisa dipakai dalam peragaan, sobrah pun bisa dipakai untuk demo. Jadi harus kreatif apabila kebetulan alat-alat tersebut ketinggalan atau hilang. Bahkan benang rafiapun bisa dipakai sebagai alat membela diri," tuturnya menambahkan.

Selanjutnya ia menyinggung tentang masalah kostum pencak silat, yang tidak lepas dari perhatiannya. "Pesilat umumnya mempergunakan pakaian warna hitam, tetapi untuk keperluan pentas tidak selalu harus hitam, warna lain pun bisa dipakai, disesuaikan dengan ibing yang akan ditampilkan, supaya anak-anak kelihatan cantik, indah, dan tidak memalukan. Kostum ini saya pakai ketika Panglipur ditunjuk sebagai anggota Galih Pakuan Jawa Barat oleh Gubernur H. Aang Kunaefi (alm) dari tahun 1978 sampai tahun 1985, antara lain ketika menyambut Konperensi Asia Afrika (1985), Parasamya Purna Karya Nugraha, dan sebagainya. Selama menjadi Tim Protokoler Jawa Barat (Galih Pakuan Jawa Barat), Panglipur telah puluhan kali mentas di Istana Bogor, bersama-sama dengan kesenian lain seperti Tari, Dogdog Lojor, Sisingaan, Buncis, Jaipongan, dan lain-lain di bawah pimpinan Enoh Atmadibrata, Nugraha, Indrawati Lukman, Yeti Mamat, Irawati Durban, Gugum Gumbira, Tati Saleh, dan seniman sunda yang lainnya," tutur tokoh yang pandai merias pengantin ini, "Bahkan saya pernah mencoba menampilkan ibing pencak silat dengan pakaian kebaya ternyata berhasil dan dapat diterima oleh masyarakat pencak silat sebagai pementasan yang baik dan indah, tanpa mengurangai nilai-nilai dan kaidah seni beladiri pencak silat yang sebenarnya. Maksudnya yaitu dalam keadaan apapun, seorang pesilat tidak harus selalu memakai seragam silat, khususnya bagi seorang perempuan memakai pakaian kebayapun bisa membela diri dan menampilkan gerakan silat dengan baik," tandasnya.

Ibu yang satu ini ternyata tergolong ketat dalam menerapkan disiplin di Panglipur, misalnya antara anak laki-laki dan anak perempuan di perguruan harus seperti kakak dan adik, saling melindungi, saling menyayangi, dan saling membantu apabila masing-masing mempunyai kesulitan. "Saya tidak memberikan ijin ada hubungan lebih dari saudara seperguruan, apalagi sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya memperbolehkan murid perempuan menikah dengan dengan murid laki-laki seperguruan asal benar-benar bisa membangun rumah tangga dengan baik dan benar-benar sesuai dengan ajaran Agama Islam. Alhamdulillah, peraturan ini sampai sekarang belum ada yang melanggarnya, apalagi sampai menimbulkan retaknya hubungan kekeluargaan di Panglipur," tuturnya serius.

Tahun 1997, Rd. Enny Rukmini Sekarningrat dan Rd. H. Adang Mohammad Moesa ditunjuk oleh PB IPSI berangkat ke Malaysia sebagai tokoh dan pakar pencak silat Jawa Barat, selanjutnya berangkat lagi dengan E. Kusnadi ke Trengganu, Malaysia sebagai peninjau pada Kejuaraan Pencak Silat Nusantara.

Sebagai tokoh dan pakar pencak silat, sikap pergaulannya yang luwes ternyata mampu membawa Panglipur menembus pergaulan pencak silat secara Internasional sehingga dikenal di kalangan pakar-pakar pencak silat mancanegara. Selain itu, ia telah berhasil membawa Panglipur sebagai perguruan pencak silat yang mampu mempertahankan keasliannya.

Selama 91 tahun (1909-2001) Panglipur telah dipelajari oleh pecinta pencak silat dari dalam maupun luar negeri, seperti Asia, Eropa, dan Amerika. Dari waktu ke waktu Panglipur tetap eksis, prestasi dan dedikasi Panglipur tak pernah absen dalam mengikuti pagelaran-pagelaran atau kejuaraan-kejuaraan yang resmi yang diselenggarakan oleh Pengda IPSI maupun PB IPSI, baik di tingkat Nasional maupun Internasional/Dunia. Terakhir, ia mendapat undangan dari PB IPSI sebagai pakar pencak silat dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat X dari tanggal 14 sampai 20 Nopember 2000, di Jakarta. Panglipur Cabang Belanda tampil sebagai wakil dari Panglipur Indonesia.

"Alhamdulillah selama saya memimpin perguruan pencak silat Panglipur, rasanya murid-murid Panglipur belum pernah ada yang mengecewakan, bahkan cabang-cabang Panglipur terus bertambah dan berkembang sampai ke mancanegara, antara lain Belanda, Amerika, Austria, dan lain sebagainya," tuturnya bangga.

III. KEGIATAN DAN PRESTASI
Himpunan Pencak Silat Panglipur melalui pelatih dan anggotanya mulai tahun 1909 telah eksis dan mengabdikan diri untuk pelestarian dan pengembangan beladiri tradisional khususnya Pencak Silat. Pada saat ini HPS Panglipur memiliki sekretariat pusat di Bandung namun Padepokan Pusat-nya berada di daerah Garut. Cabang dan anggota Panglipur tersebar di berbagai kota di Jawa Barat juga di daerah Tangerang dan DKI Jakarta. Sedangkan cabang di luar negeri yang masih terus aktif hingga kini tersebar di berbagai kota di Belanda, Austria, dan Perancis. Melalui berbagai kegiatan dan aktifitasnya, prestasi anggota Panglipur meliputi:
1.    Pengisi acara kenegaraan di istana gubernur pada masa Gubernur Bapak Aang Kunaefi;
2.    Team atraksi lengkap keliling beberapa kota di Belanda selama sebulan pada tahun 1986;
3.    Team atraksi dan promosi ke Amerika Serikat;
4.    Perwakilan Indonesia untuk Festival Beladiri se Asia Tenggara di Singapore, pada tahun 1990;
5.    Dua Anggota Panglipur berhasil ikut team untuk mengikuti kejuaraan dunia di Hatjai Thailand pada tahun 1994 dan berhasil mendapatkan medali emas;
6.    Anggota cabang Panglipur Belanda berhasil mengikuti kejuaraan dunia Pecak Silat di Malaysia pada tahun 1997 dan berhasil memperoleh medali perak;
7.    Pelatih dan anggota Panglipur dipercaya oleh PERSILAT untuk menjadi duta negara sebagai team promosi pencak silat ke Korea, Perancis, Inggris, Belanda, Austria, Belgia, Yaman, dan Rusia mulai tahun 2003 hingga 2008.

Sejarah Singkat Abah Aleh (Sang Pendiri Panglipur)

Assalammualaikum Wr. Wb.
Postingan kali ini adalah sejarah singkat Abah Aleh (Pendiri Himpunan Pencak Silat Panglipur),dikutip dari karya tulis briliant guru saya Bapak Cecep Arif Rahman. Sampai saat ini,karya tulisnya belum juga selesai diakibatkan adanya berbagai halangan. Mohon doa restunya dari semua kalangan pembaca,mudah-mudahan sejarah ini dapat tuntas sebagaimana yang kita harapkan.

EPISODE 1-2

Abah Aleh dilahirkan pada tahun 1856 dengan nama Saleh, beliau merupakan putra dari pasangan R. Suriadilaga dan Eyang Pinot. Suriadilaga adalah orang Banten yang dipekerjakan sebagai Anemer di stasiun kereta api Cibatu Garut. Selama tugasnya di Stasiun Cibatu, ayah dari Abah Aleh ini menetap di daerah Sumursari Sukasono yang merupakan sebuah kampung asri di kaki gunung namun dekat anak stasiun Pasir Jengkol sehingga berdekatan dengan tempat kerjanya. Di tempat tinggal sementaranya inilah ia tertarik dan menikah dengan gadis asli daerah tersebut yaitu ibu dari Abah Aleh yang bernama Pinot.
Bekerja di stasiun kereta api tidak selalu bisa menetap terus di satu stasiun sehingga kadang-kadang harus selalu berpindah-pindah. Begitu pula R. Suriadilaga--ayah dari Saleh--pada saat Saleh masih dalam kandungan, Ia mendapat tugas dari pemerintah Belanda pada saat itu untuk berpindah tugas kembali lagi ke Banten. Pada saat informasi ini disampaikan ke istrinya, Eyang Pinot tidak mau ikut pindah berhubung dengan kondisi kandungan dan juga keluarganya yang tidak mengizinkannya untuk meninggalkan Sukasono. Maka dengan terpaksa dan berat hati, pasangan yang baru mau memiliki keturunan tersebut harus bercerai dan Suriadilaga pun meninggalkan istri dan anaknya yang masih berumur 7 bulan dalam kandungan. Namun ia sempat berpesan, bila kelak ia tidak bisa kembali ke Garut dikarenakan tugas pekerjaannya, maka ia berharap nanti anaknya bisa menemuinya di kampung Menes Banten.
Tahun demi tahun semenjak Saleh kecil dilahirkan, ia tumbuh besar di bawah bimbingan sang ibu dan ayah tirinya, karena setelah beberapa tahun Suriadilaga tidak bisa kembali ke Garut maka Eyang Pinot memutuskan untuk menikah lagi agar Saleh kecil memiliki seorang figur ayah yang baik dan bisa menyayanginya. Ayah tiri Saleh yang bernama Almad adalah seorang pekerja keras, tiap hari dia mencari hasil hutan dari Gunung Sedakeling untuk dibuatkan menjadi perkakas rumah tangga dan dijual untuk menghidupi keluarganya. Ia sangat menyayangi istri dan anak tirinya, Saleh kecil pun dibesarkan dalam didikan fisik dan mental yang baik karena daerah Sumursari adalah sebuah daerah yang masih memiliki banyak tokoh agama dan juga tokoh bela diri yang memang masih ada hubungan keluarga dengan Saleh.
Saleh kecil atau yang sering dipanggil dengan nama kecilnya ‘Aleh’ ini sering diajak ayah tiri dan guru silat di kampungnya, Bah Dibja—seorang ahli Ujungan, yaitu suatu sistem serang bela menggunakan rotan atau bambu wulung (bambu yang tidak memiliki lubang dan sangat keras) atau bisa pula menggunakan tebu kuning yang dibakar sebentar. Dalam pertandingan ujungan, awalnya biasanya keduanya memegang pemukul dan tameng/perisai, nantinya dalam proses pertandingan bisa menjadi salah seorang hanya melawan dengan tangan kosong. Abah Dibja adalah salah seorang teman ayahnya juga dulu—untuk berlatih sambil membantu bekerja di hutan sekitar gunung Sedakeling. Ia sering disuruh memanjat pohon-pohon sambil mengambil ranting-ranting pohon atau pun buah dan daun yang bisa dijual dengan tanpa bantuan alat, sering pula disuruh menangkap ikan di danau hanya dengan tangan kosong, ataupun mencengkeram pasir dan memungut batu-batu kecil dari dasar danau air panas di kaki gunung Sedakeling dan mengumpulkannya di pinggir danau. Di saat istirahat dari kerja bahkan sambil mandi di kolam air panas, ayah tirinya sering mengajaknya berlatih jurus dan limbuhan (berlatih berpasangan menggunakan bambu sepanjang lengan yang saling beradu dengan langkah yang teratur, satu orang berlatih serangan dan pasangannya berlatih pertahanan, limbuhan adalah biasanya sebagai pendasaran sebelum mengikuti pertandingan ujungan).
Begitulah kehidupan keseharian Aleh dari waktu ke waktu hingga menjelang usia 17 tahun. Pada saat usia inilah, terjadi suatu peristiwa yang akan menjadi permulaan dari petualangannya dalam menuntut ilmu berkeliling Jawa Barat. Seperti biasa, pagi itu ia dan Mang Almad ayah tirinya berangkat ke hutan Sedakeling untuk bekerja. Menjelang sore, sudah banyak hasil hutan yang bisa mereka kumpulkan hingga tinggal satu pohon lagi yang paling besar yang perlu mereka panjat. Saleh pun dengan sigap memanjat pohon tersebut untuk diambil beberapa dahan dan ranting yang hampir mati untuk nantinya dijadikan perkakas rumah tangga. Sang Ayah menunggu di bawah untuk memunguti dahan dan ranting yang dipatahkan Saleh. Namun belum lama mereka bekerja di pohon besar tersebut, datanglah beberapa penjaga hutan yang merupakan antekatau anak buah orang Belanda dengan membawa alat gergaji besar. Mereka sepertinya hendak  menebang pohon besar tua yang sedang dipanjat oleh Saleh.
Begitu mereka melihat pohon yang akan mereka tebang sedang dipanjati oleh Aleh dan diambil dahan dan ranting patahnya oleh Mang Almad, maka antek-antek Belanda tersebut langsung marah-marah menghardik ayah dan anak tersebut.
“Hai kalian, orang sini tidak boleh lagi mengambil bagian dari isi hutan ini tanpa izin kami, hutan ini sudah milik pemerintah Belanda, tinggalkan hasil hutan kalian dan pergi dari sini. Kalau tidak, kalian akan kami tahan!” Hardik mereka.
“Kami hanya mengambil dahan dan ranting yang sudah mati, lagipula hutan ini milik rakyat  kami sejak dari dulu, kami dan nenek moyang kamilah yang memelihara dan memanfaatkannya semenjak dulu hingga sekarang dengan tanpa merusaknya sedikitpun. Kalian sebenarnya yang sering merusak hutan kami, seharusnya kalian menjaga kelestarian hutan ini, namun kalian bahkan menebang pohon-pohonnya dengan serakah sehingga sumber air kami semakin sedikit”. Sahut Mang Almad.
“Aah...! Kamu jangan banyak omong, pergi dari sini atau kalian kami tangkap!” Sergah polisi hutan tersebut.
Gertakan para polisi hutan tersebut tidak membuat gentar Mang Almad, bahkan ia kelihatan bersiap siaga menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi. Maka dengan serempak para polisi hutan yang berjumlah 6 orang tersebut menyerang ayah tiri Aleh yang seorang diri. Tempaan beladiri sejak kecil yang telah dimiliki ayah tiri Aleh ini memang membuahkan hasil, pukulan dan tebasan senjata yang dilancarkan para polisi hutan tersebut bisa dihindarkan Mang Almad dengan sekali hentakan langkah dan putaran tubuh yang disertai dengan liukan badan seperti gerakan pohon bambu atau pohon kelapa menghadapi serangan angin puting beliung. Dalam sekejap mata, serangan balik dari kedua tangan dan kaki kanan Mang Almad yang dilancarkan sekaligus—dengan bertumpu pada kuda-kuda satu kaki—mengenai kepala dan pinggang 3 orang polisi hutan dengan telak hingga jungkir balik. Menyadari keahlian bela diri Mang Almad yang sepertinya akan sulit dikalahkan, kepala polisi hutan yang memiliki senjata api langsung mencabutnya dan mengarahkan senjata ke arah Mang Almad. Melihat hal ini, Aleh yang dari tadi hanya menonton saja dari atas pohon terkejut dan sadar akan bahaya yang mengancam ayah tirinya. Tanpa pikir panjang sambil menggenggam sebilah dahan sebesar pergelangan anak kecil yang tadi baru dipatahkannya, Aleh segera melompat dari atas dahan pohon ke arah si kepala polisi hutan. Begitu salah satu kaki Aleh menginjak tanah, bersamaan dengan sambaran sekuat tenaga dari bilah dahan tersebut tepat mengenai pergelangan tangan si kepala polisi yang tidak menyadari datangnya serangan. Letusan dari peluru senjata api menggema namun bukan mengenai tubuh Mang Almad  tapi menembus lutut  salah satu polisi lain yang hendak ikut menyerang Mang Almad. Tidak sampai disitu saja, pada saat kaki lain Aleh mendarat di tanah, tebasan susulan bilah dahan tersebut secepat kilat menghantam pelipis sang polisi dan secara refleks lalu bilah tersebut dipegang dengan kedua tangan dan dilingkarkan di leher sang polisi yang bersamaan dengan melipat kedua tangannya, patahlah leher sang polisi di atas bahu Aleh.
Melihat kejadian ini, kontan kelima polisi hutan tersebut kaget dan tanpa aba-aba lagi semua langsung kabur sambil memapah yang terkena tembakan. Terkesima dengan kejadian yang begitu tak terduga membuat Mang Almad dan Aleh terbengong-bengong, mereka tidak menyangka akan membunuh si kepala polisi hutan tersebut. Memang tadinya tidak ada niat hingga membunuhnya namun kekagetan melihat senjata api dan kekhawatiran akan keselamatan ayah tirinya membuat Aleh tidak lagi bisa mengontrol serangannya.
Setelah sadar akan peristiwa yang telah terjadi, Mang Almad langsung mengajak anak tirinya untuk cepat pergi dari tempat tersebut. Ia yakin sesuatu yang tidak diharapkan akan segera terjadi bila mereka tidak segera pergi dan bersembunyi sementara waktu. Ingatan Mang Almad langsung tertuju akan suatu tempat dimana ia dan sahabatnya, yaitu ayah dari Aleh sering bertafakur dan menyepi diri di suatu goa di atas Danau Cipanas di kaki gunung Sedakeling. Bergegaslah mereka ke goa yang dikenal dengan nama Guha Guranteng di wilayah gunung Sedakeling. Berbekal buah-buahan yang didapat di sekitar hutan, Ayah dan anak tersebut bersembunyi selama seminggu di dalam Goa tersebut. Kebetulan memang tidak sembarang orang bisa melihat dan mecapai mulut goa tersebut karena selain tertutup semak belukar, untuk bisa mencapainya harus menyeberangi danau dulu dan menaiki tebing yang terjal.
Amanlah mereka dari kejaran polisi dan kaki tangan Belanda yang semenjak kejadian tersebut terus berkeliling kampung dan mencari pembunuh kepala polisi hutan.
Guha Guranteng adalah sebuah goa terpencil yang mulutnya dipenuhi semak belukar. Bukan itu saja yang membuat goa ini tidak diketahui sembarang orang, jalan menuju ke sana pun sulit sekali karena untuk mencapainya orang harus menyebrangi danau air panas yang lumayan luas dan dalam serta ditumbuhi rumput danau yang panjang dan liat sehingga banyak orang yang kurang pandai berenang akan terbelit kakinya dan tertarik ke dasar danau akibat panik dan terlalu banyak bergerak. Dari seberang danau, orang pun harus pula bergelayut diantara pohon dan semak belukar untuk mendaki lereng terjal agar bisa mencapai mulut goa.
Untuk itu, diantara para pencari ilmu kanuragan, Guha Guranteng sangat cocok untuk berlaku tapa ataupun tirakat—yaitu suatu cara penyucian diri dan pendekatan diri terhadap Alloh SWT dalam mencapai suatu keilmuan atau tujuan tertentu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berpuasa layaknya puasa orang islam, bisa berpuasa total sesuai kemampuan, biasanya dimulai dari sehari semalam, atau 3 hari tiga malam, bisa pula 7 hari, 15 hari atau hingga 40 hari; Ada pula yang hanya puasa mutih, yaitu hanya makan nasi putih dan air putih yang serba sedikit; bisa pula dengan melakukan ngabuah atau makan hanya buah-buahan saja;  Ngabeuti, hanya makan umbi-umbian; Ngeruh, hanya makan sayuran dan yang tidak bernyawa; Ngalong, tidak tidur dalam jangka waktu tertentu; Ngeu’eum, berendam di tempat khusus atau Nyeuceuh, membiarkan air pancuran menimpa ubun-ubun di malam hari hingga bisa mendapatkan atau menjumpai air yang tidur, yaitu keadaan dimana air pancuran menjadi seperti minyak diam tidak ada suara; dan banyak lagi laku tapa lainnya . Namun inti dari tirakat ini sebenarnya adalah proses pengekangan diri dari berbagai keinginan dan kepuasan ragawi  yang melibatkan hawa nafsu, sehingga dengan pengekangan diri ini orang akan terbiasa mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya serta badan dan pikiran akan terbebas dari unsur-unsur yang tidak alami, badan terbiasa mencerna hal-hal yang baik sehingga dengan memiliki tubuh dan pikiran serta perasaan yang baik dan sehat, keinginan ataupun keilmuan apapun yang sedang dipelajari sudah barang tentu akan dikabulkan Alloh SWT dan akan mudah dipelajari dan dicapai—Seperti itu pula yang diyakini orang-orang sekitar kampung Sukasono, Tidak sedikit orang yang mencoba berlaku tirakat di Guha Guranteng. Seperti halnya dulu R. Suriadilaga ayah dari Aleh, beserta teman-temannya termasuk Mang Almad ayah tiri Aleh, sering mendatangi goa tersebut untuk tirakat atau hanya sekedar berlatih dan nyerepkeun elmu atau mematangkan dan mengasah keilmuan yang telah dan sedang dipelajari.
Tujuh hari sudah terlewati, Mang Almad dan Aleh berdiam diri di goa Guranteng untuk bersembunyi namun sambil dimanfaatkan dengan berlatih pula. Setelah seminggu  lamanya sejak kejadian perkelahian mereka dengan para polisi hutan, Mang Almad merasa mungkin situasi sudah sedikit aman dan memutuskan untuk turun ke kampung sendiri dulu tanpa Aleh secara sembunyi-sembunyi. Selain untuk menambah perbekalan, juga untuk mengetahui situasi dan berita terakhir. Mang Almad turun ke kampung di waktu malam hari, sepi menyelimuti suasana kampung Sukasono, orang-orang lebih memilih berdiam diri di rumah masing-masing daripada harus berpapasan dengan patroli yang mungkin saja akan kena fitnah dan mendapat masalah besar. Mang Almad pun dengan sangat hati-hati menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, Pinot sangat terkejut dan menghujani dengan berbagai pertanyaan. Ia pun menjelaskan bahwa tiap hari patroli pemerintah terus menerus berkeliling dan menanyakan keberadaan mereka, namun untungnya hampir semua penghuni kampung Sukasono adalah masih ada hubungan keluarga jadi tidak ada seorangpun yang melaporkan, orang-orang kampung pura-pura tidak mengenal mereka.
Diceritakan keadaan di Guha Guranteng, sepeninggal ayah tirinya Aleh merenung sorang diri memikirkan apa yang harus diperbuatnya untuk ke depan, bila ia tinggal di kampungnya, alamat akan kena tangkap patroli dan tentu saja kena hukuman, beruntung kalau hanya dimasukan sel tahanan, bagaimana kalau sampai dihukum mati. Terlintas dalam pikirannya untuk mulai mencari ayah kandungnya yang menurut ibu dan ayah tirinya adalah berasal dari daerah Menes di Banten, namun ia tidak tahu harus kemana atau mulai dri mana untuk mencari alamat tersebut.
Selagi Aleh dalam kesendiriannya tersebut tiba-tiba ia mendengar ada keributan menuju ke arah goa. Terkejutlah Aleh mendengar hal itu, ia pikir mungkin saat inilah patroli polisi telah menemukan persembunyiannya, lalu ia pun bersembunyi di balik sebuah batu besar dekat dinding goa. Tak berapa lama muncullah seseorang melompat ke dalam goa, ternyata yang datang bukan orang tapi seekor monyet yang lumayan besar. Monyet tersebut melompat ke tengah goa yang agak luas pelatarannya dan langsung bersiap diri seperti menunggu sesuatu yang akan menyerangnya. Benar saja tidak berselang lama muncullah seekor harimau jawa yang besar melompat ke hadapan sang monyet. Tidak sedikit pun terlihat gentar ketika si monyet menghadapi harimau yang sudah siap menerkamnya. Monyet tersebut sudah menjadi mandah—ada cerita bahwa monyet juga kalau sudah tua, ia bisa berlaku tapa agar dirinya bisa menjadi kuat, gigi taringnya jadi mencuat, suaranya membesar sekeras auman macan, dan tenaganya pun sekuat orang utan—maka sang monyet siapa siaga, kedua kaki dan satu tangannya menjejak tanah sedang salah satu tangannya bersilang di depan dadanya memperlihatkan jari-jari kuatnya yang menekuk siap mencengkram. Si harimau pun melangkah mengendap mencari posisi lengah sang monyet yang kelihatan menatapnya dengan tajam tidak berkedip sedikitpun.
Merasa kesal menunggu lengahnya si monyet, harimau langsung menerkam. Serangan macan dihindarkan monyet dengan melangkah berputar, tangan yang bersilang tadi di depan dadanya menangkis dan mencengkram sikut harimau yang menerkamnya, lalu dengan sigap tangan lainnya mencengkram leher harimau sambil melompat ke atas punggung macan. Bergulinganlah keduanya, sang macan mencoba untuk menggigit dan mencakar bagian tubuh monyet, namun kesigapan dan kelenturan si monyet membuatnya bisa terus berada di punggung macan. Tenaga macan memang laur biasa, lama kelamaan kaki yang dicengkram si monyet terlepas juga maka secepat kilat cakarnya menyambar leher monyet sambil lompat berguling. Monyet pun dengan sigapnya bergulung atau salto ke belakang dan terjadilah saling sambar dan terkam diantara keduanya. Macan menggunakan sisi luar tangan dan tubuhnya dalam menerkam dan mengunci lawannya sedangkan monyet dengan tangkasnya berkelit menangkis dan balas menampar serta memukul dengan menggunakan sisi dalam tangan dan tubuhnya.
Tetap saja, harimau yang dikenal sebagai raja hutan memiliki kekuatan dan insting berburu  yang tinggi sehingga lama kelamaan monyet pun terdesak. Melihat hal ini, Aleh yang dari tadi terkesima melihat perkelahian tersebut, terbersit hatinya untuk menolong monyet, karena kalau monyet kalah maka nantinya macan tersebut akan pula memangsa dirinya. Kebetulan kayu pemukul yang dipakai menyerang mandor polisi masih dibawa-bawanya, maka dengan sangat hati-hati Aleh mencari saat yang tepat untuk membantu monyet menyerang harimau. Kebetulan monyet terdesak ke arah samping batu tempatnya bersembunyi. Di saat harimau sedang menerjang monyet dan berada di udara, pukulan kayu Aleh dari arah samping dengan telak mendarat di sungut atau moncong harimau yang sedang terbuka tersebut membuatnya terpelanting dan jatuh ke arah monyet. Dengan sigap monyet pun menyerang si macan dengan sambaran jari-jarinya ke arah mata harimau yang langsung mengaum kesakitan. Merasa dirinya tidak akan seimbang lagi untuk melawan dua musuh, maka kaburlah harimau meninggalkan goa.
Sang monyet walaupun binatang, tetap saja memiliki hati sehingga merasa dirinya dibantu oleh manusia, ia pun langsung duduk menghadap Aleh dan berdiam sejenak sambil matanya melihat ke Aleh dengan pandangan berterima kasih. Di saat Aleh mendekatinya si monyet hanya menundukkan kepalanya dan mengeluskan kepala ke kaki Aleh. Malam itu, Aleh pun tidur ditemani sang monyet yang juga perlu istirahat mengobati luka-lukanya akibat perkelahiannya dengan harimau.
Di saat tertidur lelap Aleh bermimpi, monyet yang tadi sore ditolongnya itu bisa bicara dan berkata padanya,
“Hai ki sanak, jika engkau mau bertemu ayahmu pergilah ke arah barat laut. Nanti setelah beberapa lama kamu akan menemukan seekor monyet yang mengamuk di pasar. Bila melihat hal itu, ikutilah kemana monyet itu pergi, karena di adalah saudaraku yang dulu dipelihara dan selalu mengikuti ayahmu”.
Terbangunlah Aleh dari tidurnya, ketika sadar bahwa itu hanyalah mimpi, ia pun mencoba mencari monyet yang telah ditolongnya. Ternyata monyet itu pun telah pergi menghilang. Menyadari pesan penting monyet dalam tidurnya, Aleh binggung apakah harus diikutinya atau itu hanyalah bunga tidur akibat kejadian tadi sore terbawa mimpi.
Keesokan harinya, sehari penuh Aleh memikirkan kejadian yang dialaminya pada hari sebelumnya, ia begitu tertarik dengan prinsip dan cara berkelahi antara harimau dan monyet yang terlihat sangat alami dan memanfaatkan karakter serta kelebihan tubuh mereka masing-masing. Hal itu merupakan suatu kejadian langka yang patut disyukurinya, karena tidak semua orang bisa melihat apa yang telah dilihatnya. Mungkin itu akan menjadi sebuah pelajaran berharga buatnya tentang bagaimana menjalani hidup dan membela diri dari suatu ancaman.
Tiga hari kemudiandi saat ayah tirinya kembali dari kampung, Aleh pun menceritakan peristiwa penting yang dialaminya tersebut. Mang Almad pun berkata,
“Aleh, itu mungkin suatu petunjuk dari Alloh SWT lewat mimpimu bahwa semenjak sekarang kamu harus berkelana ke arah barat laut untuk mencari ayahmu sambil menuntut ilmu dan menimba pengalaman selama perjalananmu. Mulai besok malam kita turun kembali ke kampung untuk pamit ke ibumu dan bersiap untuk perjalananmu”.
“Baik Mang...!” sahut Aleh yang memanggil ayah tirinya dengan sebutan ‘Mang’ seperti panggilan terhadap seorang paman—di sebagian daerah Jawa Barat ‘Mang’ juga merupakan panggilan dari seorang murid ‘penca’ terhadap gurunya—Mang Almad pun sudah terbiasa dengan panggilan tersebut karena ia selalu merasa Aleh itu seperti keponakannya, anak dari sahabatnya yang sudah seperti kakaknya sendiri.
Keesokan malamnya, Mang Almad dan Aleh dengan sembunyi-sembunyi turun ke kampung menuju rumah mereka. Tidak diceritakan bagaimana bahagianya Pinot, ibu dari Aleh mendapati anaknya dalam keadaan sehat dan aman. Setelah mendengar penjelasan dari suaminya, ia pun dengan berat hati mengijinkan anaknya untuk menempuh perjalanan jauh mencari ayah kandungnya. Maka Pinot pun mempersiapkan berbagai keperluan selama anaknya nanti dalam perjalanan. Sambil menunggu ibunya mempersiapkan perbekalannya, Aleh merasa perlu untuk ke jamban atau toilet dulu—jaman dulu untuk buang air lebih santai malam hari karena tempat buang air tidak ada di dalam rumah tapi biasanya di sebuah bilik umum di atas kolam atau di atas sungai—ia pun bergegas ke luar dan menuju kolam samping sungai yang kebetulan tidak terlalu jauh dari jalan raya. Sewaktu ia sedang buang air besar, terdengar ada gerombolan orang yang menunjuk ke arah bilik tempatnya buang air besar, ternyata patroli polisi  sedang mencari dirinya. Tanpa pikir panjang—sambil masih tanpa celana, karena dulu kalau buang air harus melepas semua celana supaya tidak kena kotor atau basah oleh air pancuran dalam bilik—larilah Aleh menuju sawah yang menuju hutan secepat mungkin. Namun hal itu diketahui patroli yang segera menyebar mengejarnya. Setelah beberapa waktu lamanya, Aleh bisa meninggalkan para pengejarnya.
Begitu sampai sawah ia pun sadar bahwa tubuh bawahnya masih telanjang. Beruntung ada orang yang sedang ngandir atau mencari air untuk sawahnya dan ia pun berkata,
“Mang ,tolong pinjam sarungnya, celana saya terbawa arus sungai, nanti bila sampai rumah akan saya kembalikan”, pinta Aleh. Mang Pe’i tetangganya segera mengenalnya dan langsung meminjamkan sarungnya. Aleh pun segera berselimut sarung seperti orang yang sedang menemani ngandir. Sehingga patroli pun tidak bisa lagi mengenalinya. Setelah aman dari para pengejarnya, cepat-cepat Aleh pulang dan menceritakan pengalamannya dikejar patroli. Memahami situasi yang sudah tidak aman lagi, Mang Almad dan ibunya segera mempersiapkan perbekalan Aleh dan menyuruhnya untuk segera berangkat malam itu juga.
Berangkatlah Aleh malam-malam menuju arah barat daya sesuai petunjuk dalam mimpinya. Dengan bulat hati ia bertekad untuk menemukan bapak kandungnya.

Antara Aku dan Kakak dari Rusia (Teteh Elena)

Sungguh amat mengesankan bagi pria sepertiku jika seorang wanita cantik datang kepadaku dan meminta ditemani berlatih. Sesungguhnya bukan itu yang menjadi alasan utama kebahagiaan diriku. Namun hal yang tak biasa dan merupakan PERDANA bagiku ketika berlatih dengan teman dari negara lain. Nama panggilannya adalah Elena (24),dia mengatakan bahwa dia berasal dari Rusia dan bekerja sebagai staff di instansi Pemerintahan disana. Dia (Elena) mengatakan bahwa di Indonesia tepatnya dipantai Batu Karas ini aat berbeda drastis dengan di negara asalnya. Tentu kita ketahui bahwa iklim dan musimnya berbeda,namun yang lebih berarti bagi dia adalah dia bisa 100% bisa meluangkan waktunya untuk istirahat. "Saya sampai tidur dan tidur selama 3 hari." Saya tanggapi hal itu dengan maklum,karena dia juga bercerita bahwa di tempat asalnya tak ada waktu sedikitpun untuk bersantai. Setiap harinya selal sibuk dan sibuk. Maka dari itu dia dengan kekasihnya (Bono) seorang seniman mahir dari Kota Bandung senang berlibur di Kabupaten Pangandaran. Sejak tanggal 24 Juni,dia mulai kembali menekuni aktivitas latihannya di bidang Pencak Silat. Dia amat menyukai senjata Trisula. Tanpa banyak basa basi akupun langsung menemaninya berlatih dan alhasil tadi pagi pun dia telah mahir menggunakannya. Tak lupa dia juga mengatakan bahwa di Rusia,selama 5 tahun dia telah belajar Yoga. Maka dari itu dia akan membuka semacam tempat khusus di Batukaras. BERSAMBUNG....

Minggu, 23 Juni 2013

Cara Menaklukkan Cewek Jutek


Tips Menaklukkan Cewek Jutek – sobat, kali ini modismedis.com kembali hadir dengan tips menariknya, dimana topic kali ini adalah tentang Tips Menaklukkan Cewek Jutek. Sikap cewek yang jutek dan cuek seringkali membuat dia dihindari lelaki, namun ada juga lelaki yang merasa tertantang untuk menghadapinya hingga menaklukkan hatinya. Ada beberapa cara yang biasa dilakukan oleh mereka yang berhasil menaklukkan hati si cewek jutek. Yuk simak ulasannya dalam Tips Menaklukkan Cewek Jutek selengkapnya berikut ini:
1. Kenali mengapa dia jutek
Ada beberapa alasan yang bisa ditemukan dibalik kejutekan si cewek. Pertama, karena sebetulnya dia adalah orang yang tertutup dan pemalu. Ia bukanlah orang yang mudah untuk memulai percakapan, mengenal orang asing dengan mudah, jadi dia lebih memilih diam, dan menutupinya dengan sifat judes yang dia miliki.
Alasan kedua, Si cewek ingin membangun self defense, yaitu pertahanan diri. Ia tidak ingin menjadi cewek yang mudah diganggu dengan orang asing, atau yang baru ia kenal. Untuk menghadapi cewek jutek, anda harus kuat mental, dan tidak boleh terpancing untuk ikut ikut jadi jutek juga. Tetaplah tenang dan santai, hadapi dia dengan kata kata halus dan manis, tapi nggak menggombal, kalau jodoh tidak akan ke mana-mana.
2. Ajak bercanda
Jangan lupa untuk mengajak dia bercanda, jangan sampai terbawa suasana dingin yang dia bangun. Cobalah buat dia tertawa dengan guyonan ringan yang akan memecah kebekuan. Hati hatilah dalam memilih joke, karena si cewek jutek tidak sering juga bersifat sensitive, sehingga salah joke bisa bisa dianggap serius sama dia. Tunjukkanlah bahwa kamu tulus alias tidak mengada-ada.
3. Senyum dan sedikit rayuan
Sekali lagi, jangan sampai terbawa suasana yang dia kendalikan, sehingga kamu jadi ikut ikutan judes. Berikanlah senyuman dan sedikit rayuan. Simpel saja, jangan muluk –muluk. Cewek jutek benci dengan cowok SKSD (sok kenal sok dekat). Kalau dia sampai ngatain kamu sok akrab, bilang saja memang itulah yang kamu inginkan, untuk menjadi lebih akrab dengan dia.
4. Lakukan komunikasi yang intens
N Lakukanlah sebuah pendekatan emosional dengan membangun komunikasi yang intens dan berkala. Tidak berbeda dengan lelaki, wanita pun pada dasarnya senang diperhatikan, dan dilindungi. Buatlah dia dekat dengan anda, membutuhkan anda, sangat tergantung dengan anda. Banyak yang percaya bila hati si cewek jutek ini diluluhkan, ia bisa menjadi seorang kekasih yang lebih setia dibandingkan wanita lain pada umumnya. Bila tahap ini bisa dilalui, kamu bisa melanjutkan status kalian ke hubungan yang lebih serius.
sumber : http://modismedis.com/tips-menaklukkan-cewek-jutek.html

KAMERA SLR VS KAMERA POKET


Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk "ruang gelap", mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Pada kamera televisi, sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng yang peka cahaya. Lempeng ini akan memancarkan elektron ke lempeng sasaran bila terkena cahaya. Selanjutnya, pancaran elektron itu diperlakukan secara elektronik. Dikenal banyak jenis kamera potret.

Kamera SLR singkatan dari Single Lens Reflex atau kalau di bahasa Indonesiakan kurang lebih artinya Kamera Refleks Lensa Tunggal. Nah kalau DSLR tinggal kamu tambah aja di depannya kata Digital jadinya Digital Single Lens Reflex atau Kamere Refleks Lensa Tunggal Digital.


Faktor Kualitas
Kalau kamera SLR/DSLR itu istilahnya “What You See is What You Get” yang artinya apa yang kamu lihat akan sama dengan aslinya, kalau kamera poket ya sebaliknya; apa yang kamu lihat hasilnya belum tentu sama dengan aslinya.
Kalau menurut versi Wikipedia sih gini; Kamera refleks lensa tunggal‎ (en:single-lens reflex (SLR) camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane (sorry saya Copas aja langsung dari sumbernya tanpa diutak-atik
Faktor Fungsi
Kalau SLR/DSLR biasanya dipakai oleh para fotographer profesional, dengan kamera SLR/DSLR-nya mereka dapat menghasilkan income yang lumayan besar, seperti fotographer Wedding/Prewedding. Setiap ada acara wedding fotographer pasti menggunakan sejelek-jeleknya kamera SLR/DSLR, karena kalau motretnya pake kamera saku wah…. nggak punya harga diri dong
Kalau kamera saku (poket) biasanya cuman buat iseng-iseng mengabadikan moment-moment yang penting, selain itu karena kamera saku itu mungil sehingga mudah dibawa kemana saja, beda dengan kamera SLR/DSLR yang besar dan berat.

Pembagian kamera berdasarkan teknologi viewfinderViewfinder memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi fotografi. Fotografer ahli biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas baik dan mampu memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak

Kamera saku

Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder)) dengan lensa.

Kamera TLR

Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.

Kamera SLR (Single Lens Reflect)

Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk. Saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body kamera berbeda benda tergantung merek kamera,mulai dari lensa wide(sudut lebar),tele(jarak jauh),dan lensa normal(standard 50 mm),tersedia pula lensa zoom dengan panjang lensa bervariasi
Kamera refleks lensa tunggal‎ (en:single-lens reflex (SLR) camera) adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya ke Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film. (NESW4586)
sumber : http://rinaldyaulia.blogspot.com/2011/01/kamera-slr-dslr-vs-kamera-saku-poket.html

Sabtu, 22 Juni 2013

Artikel landasan Untuk MENJADI SUKSES!!!

LANDASAN DASAR untuk SELALU SUKSES  dibawah akan menjelaskan nya untuk kamu!
_
MENYALAHKAN itu mudah, BERTANGGUNG JAWAB itu sulit.
Banyak orang saat mereka menghadapi “kegagalan”, mereka cenderung menyalahkan
+ Orang lain,
+ Takdir,
+ Ataupun ketidak-mampuan mereka,
yang sebenarnya hanyalah ALASAN untuk tidak mencoba SEKALI LAGI.
Mari kita tingkatkan cara berfikir kita sebagai Pria Idaman dengan sebuah mindset yang akan membedakan kita dari 90% Pria diluar sana, yaitu:
Berhentilah MENYALAHKAN dan mulailah BERTANGGUNG-JAWAB.
Apa maksudnya?
Bayangkan seorang pria yang digigit seekor ular. Jika pria tersebut BODOH, ia akan MENGEJAR ular tersebut untuk “balas dendam” dan MEMBUNUH HABIS ular tersebut.
Walaupun akhirnya ular tersebut mati, sang pria juga akan langsung mati karena RACUN yang masuk kedalam tubuhnya akan SANGAT CEPAT menyebar selagi ia terlalu banyak bergerak saat mengejar ular yang ia ingin bunuh.
Pria yang pintar MENGERTI bahwa yang membuatnya SAKIT bukanlah GIGITAN ULAR, melainkan RACUN yang ada DIDALAM TUBUHNYA sendiri. Oleh karena itu ia TIDAK AKAN mengejar ular untuk balas dendam, melainkan MENGHISAP SENDIRI DARAHNYA untuk MENGELUARKAN RACUN yang ada didalam TUBUHNYA.
Cerita tersebut mencerminkan DENGAN JELAS bahwa APAPUN yang terjadi kepada KAMU walaupun itu BUKAN salah kamu, RACUNNYA tetap ada dalam DIRIMU. Orang lain MUNGKIN SAJA membuatmu SAKIT HATI, situasi MUNGKIN SAJA menyebabkanmu GAGAL, Kondisi MUNGKIN SAJA belum berpihak kepadamu, namun jika kamu hanya MENYALAHKAN orang lain tanpa MENYADARI bahwa RACUN yang sesungguhnya ada didalam dirimu, maka sudah tentu keadaan mu TIDAK AKAN BERUBAH menjadi LEBIH BAIK.
Memang MUDAH untuk TIDAK BERTANGGUNG-JAWAB dan HANYA berkata:
“ITU SALAH DIA! itu bukan salah gue!”
Atau
“Gue emang udah BEGINI dari sananya! mau diapain lagi?”
Atau
“TAKDIR tuh emang penuh SIKSA, emang begitu kenyataan nya!”
…yang membuat kalimat-kalimat diatas TAMPAK seperti ALASAN OTENTIK untuk membuatmu MENGHINDAR dari TANGGUNG JAWAB.
Namun kalimat-kalimat seperti itulah yang membuat BANYAK ORANG TETAP BERADA pada KONDISI TERBURUK mereka.
APAPUN yang terjadi KEPADAMU, baik itu SALAHMU, salah ORANG LAIN ataupun (jika menurutmu) SALAH TAKDIR, sudah menjadi TUGAS MU untuk TIDAK MENYALAHKAN SIAPA-SIAPA dan MULAI MENGAMBIL TINDAKAN yang PENUH TANGGUNG JAWAB untuk mengubah keadaanmu menjadi LEBIH BAIK.
Jika kamu MENERAPKAN prinsip ini kedalam kehidupanmu, SAYA JAMIN Kamu akan jauh-jauh LEBIH DEWASA, jauh-jauh LEBIH MENARIK, dan SUDAH TENTU Jauh-jauh LEBIH DICINTAI WANITA.
Stop blaming and start taking responsibility RIGHT NOW.

Ya, itulah landasan dasar kamu untuk dapat sukses dengan wanita!

TEORI KOMUNIKASI INTERPERSONAL -

Halaman
1.      Teori Self Disclosure (Model Pengungkapan Diri).................................................. 2
2.      Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal (NEV Theory)............................................ 3
3.      Teori Proksemik....................................................................................................... 7
4.      Teori Behavioral dan Kognitif................................................................................. 7
5.      Teori Interaksi Simbolik........................................................................................... 8
6.      Teori Disonansi Kognitif......................................................................................... 9
7.      Coordinated Management of Meaning (Manajemen Makna Terkoordinasi)......... 10
8.      Fundamental Interpersonal Relations Orientations............................................... 13
9.      Interpersonal Deception Theory (Teori Penipuan Antar Individu)........................ 18
10.  Politeness Theory................................................................................................... 20
11.  Teori Peran (Role Theory)...................................................................................... 22
12.  Teori Hubungan Aku-Benda (I-It)........................................................................ 23
13.  Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)................................................ 24
14.  Teori Dialektika Relasional (Relational Dialectics Theory)................................... 26
15.  Teori Penetrasi Sosial............................................................................................. 31
16.  Teori Atribusi......................................................................................................... 32
17.  Teori Kebutuhan Hubungan Interpersonal............................................................ 33
18.  Teori Pengurangan Ketidakpastian........................................................................ 34



Teori Self Disclosure
(Model Pengungkapan Diri)
Self-disclosure merupakan proses mengungkapkan informasi pribadi kita pada orang lain ataupun sebaliknya. Sidney Jourard (1971) menandai sehat atau tidaknya komunikasi antarpersona dengan melihat keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi.
Mengungkapkan yang sebenarnya mengenai diri kita kepada orang lain, yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya, dipandang sebagai ukuran dari hubungan yang ideal.
Joseph Luft mengemukakan teori self-disclosure lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut Johari Window, seperti berikut ini:

Diketahui oleh diri sendiri
Tidak diketahui oleh diri sendiri
Diketahui oleh orang lain
(1) TERBUKA
(2) BUTA
Tidak diketahui oleh orang lain
(3) TERSEMBUNYI
(4) TIDAK DIKETAHUI

Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke dalam kuadran (1) TERBUKA. Kuadran (4) sulit untuk diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui refleksi diri dan mimpi.
Meskipun self-disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu memiliki batas. Pengaturan batasan memerlukan pertimbangan dan pikiran. Orang membuat keputusan mengenai bagaimana dan kapan untuk memberi tahu, dan mereka memutuskan mengenai bagaimana merespon permintaan orang lain.
Artinya, kita harus mempertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang tersebut atau justru sebaliknya.
Dalam psikologi dinyatakan bahwa tujuan komunikasi adalah meneliti pemahaman diri dan orang lain dan bahwa pengertian hanya dapat terjadi dengan komunikasi yang benar.
Menurut psikologi humanistik, pemahaman interpersonal terjadi melalui: (1) Self-disclosure (pengungkapan diri); (2) Feedback (umpan balik); dan (3) Sensitivitas untuk mengenal orang lain.
Sedangkan misunderstanding dan ketidakpuasan dalam hubungan diawali oleh: (1) Ketidakjujuran; (2) Kurangnya kesamaan antara tindakan seseorang dengan perasaannya; (3) Miskin feedback; dan (4) Self-disclosure yang ditahan.
* * *

Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal

(Nonverbal Expectancy Violation Theory / NEV Theory)

Latar Belakang Teori
Judee Burgoon (1978, 1983, 1985) dan Steven Jones (Burgoon & Jones, 1976) pertama kali merancang NEV Theory untuk menjelaskan konsekuensi dari perubahan jarak dan ruang pribadi selama interaksi komunikasi antar pribadi.
NEV Theory adalah salah satu teori pertama tentang komunikasi nonverbal yang dikembangkan oleh sarjana komunikasi. NEV Theory secara terus menerus ditinjau kembali dan diperluas.
Judee K. Burgoon adalah seorang Profesor Komunikasi dari Universitas Arizona AS dan  merupakan salah seorang teoritikus wanita yang paling tekun dalam meneliti berbagai dimensi komunikasi nonverbal sepanjang dasawarsa 1970-an hingga 1990-an.
Studi tentang penggunaan ruang dan jarak dalam berkomunikasi (proksemik) sebenarnya telah dikembangkan oleh Edward T. Hall sejak tahun 1960-an. Dalam teorinya, Hall membedakan empat macam jarak yang menurutnya mengambarkan ragam jarak komunikasi yang diperbolehkan dalam kultur Amerika yakni: [1] jarak intim (0–18 inci); [2] jarak pribadi (18 inci–4 kaki); [3] jarak sosial (4-10 kaki); dan [4] jarak publik (lebih dari 10 kaki).
Terkait dengan keempat macam jarak tersebut kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan seperti berikut; “apa yang akan terjadi ketika seseorang menunjukkan tingkah laku nonverbal yang di luar dugaan?” atau “bagaimana persepsi seseorang terhadap tingkah laku nonverbal yang mengejutkan tersebut bila dikaitkan dengan daya tarik antarpribadi?”. Berawal dari pertanyaan itulah kemudian Burgoon meneliti perilaku komunikasi nonverbal masyarakat Amerika yang menghantarkannya pada penemuan NEV Theory)/ Teori Pelanggaran Harapan Nonverbal.
Teori ini untuk pertama kalinya diuraikan secara panjang lebar dalam tulisan Burgoon yang bertajuk “A Communication Model of Personal Space Violations: Explication and An Initial Test” yang diterbitkan dalam Jurnal Human Communication Research volume 4, tahun 1978.
Esensi Teori
Teori ini bertolak dari keyakinan bahwa kita memiliki harapan­-harapan tertentu tentang bagaimana orang lain sepatutnya berperilaku ketika berinteraksi dengan kita. Kepatutan tindakan tersebut pada prinsipnya diukur berdasarkan norma-norma sosial yang berlaku atau berdasarkan field of experience kita. Terpenuhi atau tidaknya ekspektasi ini akan memengaruhi cara interaksi kita dengan mereka, bagaimana kita menilai mereka, dan bagaimana kelanjutan hubungan kita dengan mereka
Teori ini berasumsi bahwa setiap orang memiliki harapan-harapan tertentu pada perilaku nonverbal orang lain. Jika harapan tersebut dilanggar maka orang akan bereaksi dengan memberikan penilaian positif atau negatif sesuai karakteristik pelaku pelanggaran tersebut.
Sebagai contohnya, anggaplah Anda seorang gadis yang sedang ditaksir dua orang pemuda.. Anda tidak bingung karena Anda hanya menyukai salah seorang di antara mereka. Apa yang terjadi ketika pemuda yang Anda senangi berdiri terlalu dekat dengan Anda sehingga melanggar jarak komunikasi antarpribadi yang normatif? Besar kemungkinan Anda akan menilainya positif. Itulah tanda perhatian yang tulus atau itulah perilaku pria sejati menurut Anda.
Namun bagaimana halnya bila yang bertindak seperti itu adalah pria yang tidak Anda senangi? Anda akan bereaksi secara negatif. Anda akan mengatakan bahwa orang itu tidak tahu sopan santun atau mungkin dalam hati Anda akan menyebutnya tidak tahu diri. Jadi kita akan menilai suatu pelanggaran didasarkan pada bagaimana perasaan kita pada orang tersebut.
Menurut teori ini, beberapa faktor saling berhubungan untuk memengaruhi reaksi kita terhadap pelanggaran dari jenis perilaku nonverbal yang kita harapkan untuk menghadapi situasi tertentu . Tiga konstruk pokok dari teori ini (Griffin, 2004: 88) yakni; [1] Harapan (Expectancies), [2] Valensi Pelanggaran  (Violations Valence), dan [3] Valensi Ganjaran Komunikator (Communicator Reward Valence).
[1] Expectancies (Harapan)
Faktor NEV Theory yang pertama mempertimbangkan harapan kita. Melalui norma-norma sosial kita membentuk ”harapan” tentang bagaimana orang lain (perlu) bertindak secara nonverbal (dan secara lisan) ketika kita saling berinteraksi dengan mereka.
Jika perilaku orang lain menyimpang dari apa yang kita harapkan secara khas, maka suatu pelanggaran pengharapan telah terjadi. Apapun “yang di luar kebiasaan” menyebabkan kita untuk mengambil reaksi khusus. Sebagai contoh, kita akan bereaksi sangat gelisah/ tidak nyaman, jika seorang asing meminta berdiri sangat dekat dengan kita.
Dengan cara yang sama, kita akan bereaksi lain jika orang  yang penting dengan kita berdiri sangat jauh sekali dari kita pada suatu pesta. Dengan kata lain kita memiliki harapan terhadap tingkah laku nonverbal apa yang pantas dilakukan orang lain terhadap diri kita.
[2] Violation Valence (Derajat Pelanggaran)
Ketika harapan nonverbal kita dilanggar oleh orang lain, kita kemudian melakukan penafsiran, sekaligus menilai apakah pelanggaran tersebut positif atau negatif. Penafsiran kita tentang perilaku pelanggaran harapan nonverbal yang biasa disebut ”derajat pelanggaran” adalah elemen kedua yang penting dari teori ini. Diasumsikan bahwa perilaku nonverbal itu penuh arti dan kita mempunyai sikap tentang perilaku nonverbal yang diharapkan.
Sebagai contoh, bayangkan Anda berada di suatu pesta dan seorang asing yang baru diperkenalkan tanpa diduga-duga menyentuh tangan Anda. Karena Anda baru saja berjumpa orang itu, perilaku tersebut bisa jadi mengacaukan. Anda mungkin menginterpretasikan perilaku tersebut sebagai kasih sayang, ajakan untuk menjadi teman, atau sebagai suatu isyarat kekuasaan.
NEV Theory berargumen bahwa jika perilaku yang diberikan lebih positif dibanding dengan apa yang diharapkan, hasilnya adalah pelanggaran harapan yang positif. Dan sebaliknya, jika perilaku yang diberikan lebih negatif dibanding dengan apa yang diharapkan, menghasilkan suatu pelanggaran harapan yang negatif. (Infante, 2003: 178).
[3] Communicator Reward Valence (Derajat Ganjaran Komunikator)
Derajat Ganjaran Komunikator adalah unsur ketiga yang memengaruhi reaksi kita. Sifat alami hubungan antara komunikator memengaruhi bagaimana mereka (terutama penerima) merasakan tentang pelanggaran harapan. Jika kita “menyukai” sumber dari pelanggaran (misalnya, pelanggar memiliki kredibilitas tinggi atau menarik secara fisik), kita boleh menghargai perlakuan yang unik tersebut.
Jika kita menyukai orang yang melanggar tersebut, kita tidak akan terfokus pada pelanggaran yang dibuatnya, justru kita cenderung berharap agar orang tersebut tidak mematuhi norma-norma yang berlaku. Sebaliknya bila orang yang melanggar tersebut adalah orang yang tidak kita sukai, maka kita akan terfokus pada pelanggaran atau kesalahannya dan berharap orang tersebut mematuhi atau tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku.
Penerapan dan Keterkaitan Teori
Pada awalnya teori Burgoon ini hanya diterapkan dalam koteks pelanggaran penggunaan ruang dan jarak dalam berkomunikasi (Spatial violations). Namun sejak pertengahan tahun 1980-an, Burgoon menyadari bahwa perilaku penggunaan ruang dan jarak sebenarnya hanyalah bagian dari sistem isyarat nonlinguistik dalam komunikasi nonverbal.
Dalam hal keterkaitan teoritis, dapat dikatakan setidaknya ada tiga teori yang secara langsung atau tidak berkaitan dengan NEV Theory. Ketiga teori tersebut adalah: Proxemics Theory , Anxiety/ Uncertainty Management (AUM) Theory, dan Social Exchange Theory (SET).
[1] Proxemics Theory, yang merupakan akar dari perumusan asumsi-asumsi dalam NEV Theory. Perjalanan teori ini dimulai dari konsep penggunaan ruang dan jarak dalam proksemik, karena itu jelas kedua teori ini tidak dapat dipisahkan.
[2] Anxiety/ Uncertainty Management (AUM) Theory dan NEV Theory, menurut  Ting Tomey dan Chung (Gudykunst, et-al., 1996), bersifat saling melengkapi. Keterkaitannya itu terutama tampak dalam hal penggunaan konsep ekspektasi dalam proses interaksi, konsep ketidaknyamanan dalam komunikasi yang ambigu atau tindakan-tindakan mengevaluasi suatu perilaku komunikasi.
[3] Social Exchange Theory (SET), keterkaitannya dengan NEV Theory dapat dilihat dalam hal penggunaan konsep ganjaran dan kerugian. Kedua teori ini berpendapat bahwa orang yang dipandang dapat memberikan ganjaran lebih (high-reward person) akan menciptakan situasi komunikasi yang lebih favourable (nyaman). Demikian sebaliknya bagi individu dalam kategori low-reward person.
Evaluasi dan Perkembangan Teori
Burgoon (Liltlejohn, 1996; Griffin,2000) secara konsisten mengembangkan teori ini sejak penobatannya pada tahun 1978. Beberapa perbaikan yang dengan mudah dapat diidentifikasi di antaranya mencakup penyederhanaan empat konstruk teori ini, yang semula meliputi [1] Harapan (Expectancies); [2] Pelanggaran Harapan (Expectancy Violations); [3] Valensi Komunikator (Communicator Valence); dan [4] Valensi Pelanggaran (Violation Valence) menjadi tiga, yakni dengan tetap mempertahankan konstruk Harapan (Expectancies) dan Pelanggaran Harapan (Expectancy Violations), serta menggabungkan Valensi Komunikator dan Valensi Pelanggaran menjadi satu konstruk Valensi Ganjaran Komunikator (Communicator Reward Valence).
* * *
Teori Proksemik
Yaitu teori yang membahas mengenai penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Edward T Hall membagi jarak ke dalam 4 jenis: jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab.
Jarak yang dibuat individu menunjukkan tingkat keakraban yang terjadi di antara mereka. Misalnya, ada suami istri berjalan berdekatan, kita langsung berasumsi kalau mereka adalah pasangan yang harmonis. Namun ketika kita melihat mereka berjalan agak berjauhan, maka kita berasumsi bahwa mereka sedang dalam kondisi yang kurang harmonis.
Jarak juga menentukan persepsi kita mengenai sikap lawan bicara ketika ia membuat jarak saat berkomunikasi. Sebagai contoh, ketika seorang teman mengajak kita berbicara namun dengan jarak agak jauh atau dibatasi oleh sesuatu, maka kita akan menganggap dia adalah pribadi yang tidak terlalu terbuka dan sedikit preventif.
Namun, ketika lawan bicara kita duduk bersebelahan dengan kita, maka kita beranggapan bahwa dia sangat terbuka dan mampu menciptakan suasana yang nyaman saat berbicara. Cara seseorang mengatur ruang juga mempengaruhi persepsi kita mengenai pribadi lawan bicara kita.
* * *
Teori Behavioral dan Kognitif
Teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Beberapa pokok pikirannya :
1.      Salah satu konsep pemikirannya adalah model stimulus-respon (S-R) yang menggambarkan proses informasi antara stimulus dan respon.
2.      Mengutamakan analisa variabel. Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasi variabel-variabel kognitif yang dianggap penting serta mencari hubungan antar variabel.
3.      Menurut pandangan ini, komunikasi dipandang sebagai manifestasi dari proses berfikir, tingkah laku dan sikap seseorang. Oleh karenanya variabel-variabel penentu memegang peranan penting terhadap kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada diluar kontrol individu.
Contoh lain dari teori atau model yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah model psikologi Comstock tentang efek televisi terhadap individu. Tujuan model ini adalah untuk memperhitungkan dan membantu memperkirakan terjadinya efek terhadap tingkah laku orang perorang dalam suatu kasus tertentu, dengan jalan menggabungkan penemuan-penemuan atau teori-teori tentang kondisi umum dimana efek ini dapat ditemukan.
* * *
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak langsung SI merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional (Ardianto. 2007: 40).
Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat ”humanis” (Ardianto. 2007: 40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keangungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:
(1)  Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain,
(2)  Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan
(3)  Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.”Mind, Self and Society” merupakan karya George Harbert Mead yang paling terkenal (Mead. 1934 dalam West-Turner. 2008: 96), dimana dalam buku tersebut memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik.
* * *
Teori Disonansi Kognitif
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Disonansi adalah sebutan ketidakseimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan. Brown menyatakan teori ini memungkinkan dua elemen untuk melihat tiga hubungan yang berbeda satu sama lain. Mungkin saja konsonan (consonant), disonansi (dissoanant), atau tidak relevan (irrelevan).
Hubungan konsonan(consonant relationship) ada antara dua elemen ketika dua elemen tersebut pada posisi seimbang satu sama lain. Hubungan disonansi(dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya tidak seimbang satu dengan lainnya
Hubungan tidak relevan(irrelevan relationship) ada ketika elemen-elemen tidakmengimplikasikan apa pun mengenai satu sama lain. Pentingnya disonansi kognitif bagi peneliti komunikasi ditunjukkan dalam pernyataan Festinger bahwa ketidaknyaman yang disebabkan oleh disonansi akan mendorong terjadinya perubahan.
Asumsi
Teori disonansi kognitif adalah menjelaskan mengenai keyakinan dan perilaku mengubah sikap. Teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara kognisi-kognisi. 4 asumsi dasar dari teori ini:
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya.. Penjelasan: menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adalnya stabilitas dan konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka akan mencari konsistensi.
Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Penjelasan: berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku. Sevaliknya teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis(dibandingkan tidak konsisten secara logis).
Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Penjelasan: menyatakan bahwa ketika orang mengalami inkonsistensi psikologis disonansi tercipta menimbulkan perasan tidak suka. Jadi orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi, hal itu merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman.
Disonansi mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi Penjelasan: untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsistensi dan berusaha mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi, gambaran akan sifat dasar manusia yang membingkai teori ini adalah sifat dimana manusia mencari konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten.
* * *
Coordinated Management Of Meaning
(Manajemen Makna Terkoordinasi)
Dalam percakapan dan selalu membuat pesan-pesan yang kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai atuan untuk mengonstruksi dan mengkoordinasikan makna. Maksunya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi di antara orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individu-individu dengan masyarakatnya, melalui sebuah struktur hierakis, orang-orang mengorgnisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang diterimanya dalam sehari.
CM Mberfokus pada diri dan hubungannya dnegan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan antara individu dengan masyarakatnya (Philipsen,1995). Teori ini didasarkan pada konsep-konsep komunikasi, realitas sosial, dan makna.
Asumsi
1.   Manusia hidup dalam komunikasi.
Pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami proses komunikasi. Akan tetapi, Pearce (1989) berpendapat bahwa”komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya (hal 3). Maksudnya kita hidup dalam komunikasi.
2.   Manusia saling menciptakan realitas sosial.
Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial (social construction). Realitas sosial (social reality) adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial.
3.   Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal.
Makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu orang-orang dalam penemuan, maksudnya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain.

1. Isi/ Content
Merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. “Aku mencintai kamu” menyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B.
2. Tindak Tutur/ Speech Act
Dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce (1994) mendeskripsikan tindak tutur (speech act) sebagai”tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya:bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini diabngun bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur. “Aku mencintai kamu” fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan
3. Episode
Untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau tingkat penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.
4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract)
Di mana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berprilaku. Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana orang mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem.
5. Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi)
Kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan ornag lain.
6. Pola Budaya/Culture Patterns
Pearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.
Koordinasi dipengaruhi beberapa hal:
1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting(Pearce 1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan.
2. Sumber daya yang pada seseorang (resources), mereka merujuk pada”cerita, gambar, simbol, dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka”(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka.
Aturan
Teoretikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar kemampuan untuk menggunakan aturan; hal ini membutuhkan ”kemampuan fleksibel yang tidak dapat disederhanakan menjadi sebuah tehnik belaka”(cronen. 1995b, hal 224). Oleh karena itu aturan lebih sekedar dari tuntunan prilaku. Para partispan harus memahami realitas sosial dan kemudian mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.
Hieraki makna yang ditampilkan sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level yang rendah dapat merefleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari level-level yang lebih tinggi.
 Pearce dan Cronen(1980) menyebut proses refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian berjalan dengan konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki, disebut rangkaian seimbang(charmed loop). Rangkaian seimbang terjadi ketika satu bagian dari hierarki mendukung lebel yang lain. Selain itu, penetepan makna yang ada bersifat konsisten dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu, beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hieraki yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian tidak seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena adanya komunikasi intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu sedang sibuk dengan dialog internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri.
* * *
Fundamental Interpersonal Relations Orientations
Teori ini mengasumsikan bahwa ada tiga kebutuhan penting yang menyebabkan (orientasi) adanya interaksi dalam suatu kelompok. Ketiga aspek itu adalah keikutsertaan (inclusion), pengendali (control) dan kasih sayang (affection).
Diutarakan oleh William Schutz (1958) dengan Postulat Schutz-nya yang berbunyi bahwa setiap manusia memiliki tiga kebutuhan antarpribadi yang disebut dengan inklusif, kontrol dan afeksi. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa manusia dalam hidupnya membutuhkan manusia lain (manusia sebagai makhluk sosial).
Konsep antarpribadi menjelaskan tentang adanya suatu hubungan yang terjadi antara manusia. Sedangkan konsep kebutuhan menjelaskan tentang suatu keadaan atau kondisi dari individu, apabila tidak dihadirkan atau ditampilkan akan menghasilkan suatu akibat yang tidak menyenangkan bagi individu. Ada tiga macam kebutuhan antarpribadi, yaitu kebutuhan antarpribadi untuk inklusi, kebutuhan antarpribadi untuk kontrol, dan kebutuhan antarpribadi untuk afeksi.
Inclusion / Keikutsertaan
Kebutuhan Inklusi adalah kebutuhan yang berdasarkan pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan dengan cara berkontribusi penuh/berguna bagi kelompok atas dasar kesadaran sendiri setelah berinteraksi dalam kelompok. Kebutuhan inklusi berorientasi pada keinginan untuk pengakuan sebagai seseorang yang berkemampuan dalam suatu kondisi. Pada dimensi ini ada kecenderungan orang untuk ingin dijadikan “sandaran” untuk berkonsultasi, bertanya dan dimintai pendapat dan sarannya. Intensitas kebutuhan pemenuhan dimensi ini bagi tiap individu tidaklah sama. Kebutuhan inklusi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan seseorang di posisi oversocial. Sedangkan kebutuhan inklusi yang terlalu rendah mengakibatkan seseorang dikategorikan dalam kelompok undersocial.
¨   Kebutuhan Antarpribadi untuk Inklusi
Yaitu kebutuhan untuk mengadakan dan mempertahankan komunikasi antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain, sehubungan dengan interaksi dan asosiasi. Tingkah laku inklusi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai kepuasan individu. Misalnya keinginan untuk asosiasi, bergabung dengan sesama manusia, berkelompok.
Tingkah laku inklusi yang positif memiliki ciri-ciri: ada persamaan dengan orang lain, saling berhubungan dengan orang lain, ada rasa menjadi satu bagian kelompok dimana ia berada, berkelompok atau bergabung. Tingkah laku inklusi yang negatif misalnya menyendiri dan menarik diri.
¨   Beberapa tipe dari Inklusi, yaitu:
1.  Tipe Sosial; seseorang yang mendapatkan pemuasan kebutuhan antarpribadi secara ideal.
2.  Tipe Undersosial; tipe yang dimiliki oleh seseorang yang mengalami kekurangan dalam derajat pemuasan kebutuhan antarpribadinya. Karakteristiknya adalah selalu menghindar dari situasi antar kesempatan berkelompok atau bergabung dengan orang lain. Ia kurang suka berhubungan atau bersama dengan orang lain.
3.  Tipe Oversosial; seseorang mengalami derajat pemuasan kebutuhan antarpribadinya cenderung berlebihan dalam hal inklusi. Ia cenderung ekstrovert. Ia selalu ingin menghubungi orang lain dan berharap orang lain juga menghubunginya.
Ada juga tipe inklusi yang patologis yaitu seseorang yang mengalami pemuasan kebutuhan antarpribadi secara patologis. Jika hal ini terjadi maka orang tersebut terbilang gagal dalam usahanya untuk berkelompok.
Control/ Mengendalikan
Kebutuhan Kontrol adalah kebutuhan yang berdasarkan pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan dengan cara mengendalikan dalam artian memimpin interaksi dalam kelompok. Kontrol pada dasarnya merepresentasikan keinginan pribadi untuk mempengaruhi dan memiliki “suara” dalam penentuan sikap/keputusan dalam kelompok.
Kebutuhan kontrol akan sangat terlihat ketika kelompok tengah mengerjakan suatu proposal. Ketika gagasan individu diterima, dan individu tersebut merasa berpengaruh dalam kelompok disanalah kebutuhan kontrol seorang individu terpenuhi. Kepuasan yang dihasilkan terwujud karena individu yang berkompetensi dalam kepemimpinan bisa mengasah kemampuannya dengan bergabung dalam pengambilan keputusan kelompok. Sama halnya dengan kebutuhan inklusi, intensitas kebutuhan pemenuhan dimensi ini bagi tiap individu tidaklah sama.
Kebutuhan kontrol yang terlalu tinggi akan mengakibatkan seseorang di posisi autocrat. Sedangkan kebutuhan kontrol yang terlalu rendah mengakibatkan seseorang dikategorikan dalam kelompok abdicrat.
¨   Kebutuhan Antar Pribadi untuk Kontrol
Adalah kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi yang memuaskan dengan orang lain berhubungan dengan kontrol dan kekuasaan. Proses pengambilan keputusan menyangkut boleh atau tidaknya seseorang untuk melakukan sesuatu perlu ada suatu kontrol dan kekuasaan. Tingkah laku kontrol yang positif, yaitu: mempengaruhi, mendominasi, memimpin, mengatur. Sedangkan tingkah laku kontrol yang negatif, yaitu: memberontak, mengikut, menurut.
¨   Beberapa tipe dari kontrol, yaitu:
1.  Tipe kontrol yang ideal (democrat); seseorang akan mengalami pemuasan secara ideal dari kebutuhan antarpribadi kontrolnya. Ia mampu memberi perintah maupun diperintah oleh orang lain. Ia mampu bertanggung jawab dan memberikan tanggung jawab kepada orang lain.
2.  Tipe kontrol yang kekurangan (abdicrat); seseorang memiliki kecenderungan untuk bersikap merendahkan diri dalam tingkah laku antarpribadinya. Seseorang cenderung untuk selalu mengambil posisi sebagai bawahan (terlepas dari tanggungjawab untuk membuat keputusan).
3.  Tipe kontrol yang berlebihan (authocrat); seseorang menunjukkan kecenderungan untuk bersikap dominan terhadap orang lain dalam tingkah laku antarpribadinya. Karakteristiknya adalah seseorang selalu mencoba untuk mendominasi orang lain dan berkeras hati untuk mendudukkan dirinya dalam suatu hirarki yang tinggi.
4.  Tipe kontrol yang patologis; seseorang yang tidak mampu atau tidak dapat menerima control dalam bentuk apapun dari orang lain.
Affection/ Kasih Sayang
Kebutuhan kasih sayang ini dimaksudkan akan kebutuhan seseorang dengan lingkungan sosial. Sehingga seorang individu membutuhkan kasih sayang dan cinta (kedekatan dalam berinteraksi) sebagai pemuas kebutuhannya dalam kelompok. Dalam ketegori ini, kebutuhan inilah yang menyebabkan seseorang ikut dan berperan aktif dalam kelompok.
Kebutuhan afeksi pada posisi paling dasar merupakan kebutuhan untuk disukai, kesempatan untuk membangun hubungan pribadi yang dekat (intim) dengan individu lain. Kebutuhan ini adalah bagian dari keinginan untuk dekat dengan orang lain dan juga bagian dari keinginan individu lain untuk dekat dengan seorang individu. Kedua pribadi sangat membutuhkan pengakuan dan keramahan emosional dengan individu lainnya.
¨   Kebutuhan Antarpribadi untuk Afeksi
Yaitu kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain sehubungan dengan cinta dan kasih sayang. Afeksi selalu menunjukkan hubungan antara dua orang atau dua pihak.
Tingkah laku afeksi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai kebutuhan antarpribadi akan afeksi. Tingkah laku afeksi menunjukkan akan adanya hubungan yang intim antara dua orang dan saling melibatkan diri secara emosional.
Afeksi hanya akan terjadi dalam hubungan antara dua orang (diadic – Frits Heider, 1958)). Tingkah laku afeksi yang positif: cinta, intim/akrab, persahabatan, saling menyukai. Tingkah laku afeksi yang negatif: kebencian, dingin/tidak akrab, tidak menyukai, mengambil mengambil jarak emosional.
¨   Beberapa tipe dari Afeksi:
1.  Tipe afeksi yang ideal (personal); seseorang yang mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan antarpribadi untuk afeksinya.
2.  Tipe afeksi yang kekurangan (underpersonal); seseorang dengan tipe ini memiliki kecenderungan untuk selalu menghindari setiap keterikatan yang sifatnya intim dan mempertahankan hubungan dengan orang lain secara dangkal dan berjarak.
3.  Tipe afeksi yang berlebihan (overpersonal); seseorang yang cenderung berhubungan erat dengan orang lain dalam tingkah laku antarpribadinya.
4.  Tipe afeksi yang patologis; seseorang yaang mengalami kesukaran dan hambatan dalam memenuhi kebutuhan antarpribadi afeksinya, besar kemungkinan akan jatuh dalam keadaan neorosis.
Kesimpulan
Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relationship Orientation) mengasumsikan bahwa keberlangsungan interaksi interpersonal akan berjalan dengan baik dan lancar jika tiap individu sudah bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya yang terbagi atas tiga dimensi. Dalam berinteraksi, jika tiap individu saling mengizinkan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhannya maka, interaksi tiap dan masing-masing individu akan semakin lancar. Jika interaksi interpersonal antar-individu sudah lancar maka komunikasi interpersonal yang efektif bisa dicapai.
* * *


INTERPERSONAL DECEPTION THEORY
(Teori Penipuan Antar Individu)
Tokoh dibalik Interpersonal Deception Theory adalah Judee K. Burgoon dan David B. Buller. Dalam ilmu komunikasi, berbohong mempunyai teori tersendiri yang membahasnya, yaitu “Interpersonal Deception Theory” atau Teori Penipuan Antar Individu. Dan “Interpersonal Deception Theory” itu sendiri dikemukakan untuk berbagai alasan, biasanya teori ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana orang menghindari tindakan menyakiti orang lain dengan cara berbohong, atau bisa untuk menjelaskan bagaimana cara orang lain berbohong untuk menyerang orang lain, berpura – pura empati, menghindari masuk kedalam konflik, dan masih banyak lagi kebiasaan seseorang yang ada kaitannya dengan memanipulasi pernyataan mereka dengan kebohongan dijelaskan oleh teori “Interpersonal Deception” ini.
Asumsi Metateoretis
1.      Asumsi ontologis:
Sejauh sifat kenyataan, teori kebohongan bersifat sangat manusiawi karena memandang berbagai kenyataan saling bergantung pada berbagai faktor situasional pada individu yang terlibat
2.      Asumsi epistemologis:
Dalam hal pengetahuan, teori ini juga bersifat manusiawi. Apa yang ditemukan dari penelitian sepenuhnya bergantung pada siapa yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang dibicarakan.
3.      Asumsi aksiologis:
Teori IDT bersifat manusiawi dalam segi nilai. Nilai dari individu yang terlibat disimpulkan dari nilai dan pengalaman mereka sendiri.
Perspektif Teoritis
Teori Interpersonal Deception membahas kebohongan melalui lensa teoretis komunikasi antar personal. Pada dasarnya, ia menganggap kebohongan sebagai suatu proses interaktif antara pengirim dan penerima. Berbeda dengan penelitian tentang kebohongan sebelumnya yang memfokuskan pada pengirim dan penerima secara terpisah, IDT memfokuskan pada sifat dyadic (dual), relational (hubungan) dan dialogic (dialog) dari komunikasi penuh kebohongan. Perilaku antara pengirim dan penerima bersifat dinamis, multifungsi, multidimensi dan multimodal.
8 Komunikasi dyadic berarti komunikasi antara dua orang. Dyad berarti sekelompok terdiri dari dua orang dimana pesan dikirim dan diterima.
8 Komunikasi relational mengacu pada komunikasi dimana makna yang dibentuk oleh dua orang saling mengisi peran, baik pengirim dan penerima.
8 Aktivitas dialogic mengacu pada bahasa komunikatif dari pengirim dan penerima, masing-masing mengandalkan satu sama lain dalam pertukaran tersebut.
Sebagai contohnya adalah kerangka konseling psikoterapi dan psikologis. Aktivitas dyad, relasional dan dialogis antara pasien dan ahli terapi bergantung pada komunikasi yang jujur dan terbuka jika pasien ingin sembuh dan berhasil membina hubungan yang lebih sehat. Kebohongan menggunakan kerangka teori yang sama karena komunikasi dari satu peserta dengan sengaja salah.
Contoh Kasus
Contoh: Tujuan penipuan adalah untuk mengamankan wajah atau membenarkan tindakan.
Citra dan Robi saling menyukai satu sama lain, namun keduanya masih malu untuk saling mengakui perasaan masing – masing karena baru saja kenal. Tetapi ada saja alasan yang menjadikan mereka saling berinterkasi satu sama lain. Suatu ketika Robi ingin meminjam Novel “Ayat-ayat cinta” milik citra padahal Robi juga baru saja beli kemarin sore. Pada keesokan harinya tak diduga Citra menemui Robi diruang kerjanya dan melihat ada dua Novel “Ayat-ayat cinta” dimeja Robi, spontan Citra bertanya “Ko ada dua novelnya, yang satu punya kamu yah…?”dengan penuh curiga. Dalam hal ini Robi bisa saja memberi alasan berbagai macam.
Contoh  tersebut adalah kondisi yang membutuhkan Teori penipuan agar Robi tidak terlihat bahwa dia hanya mencari alasan saja agar tetap bisa berinterkasi dengan Citra sehingga bisa membuat Robi malu dimata citra . Robi bisa saja berbohong melakukan Falsification (Pemalsuan) dengan mengatakan “Itu bukan punyaku melainkan punya si Romi tadi dia pamer bahwa dia juga punya novel bagus ini, eh malah tertinggal dimejaku”.
Atau Robi bisa saja mengatakan “Oh iya itu punyaku merasa tertarik jadi aku beli kemarin, itu novelmu mau aku balikin, kebetulah kamunya kesini”, dalam kondisi ini Robi masih mengatakan kejujuran tetapi tidak keseluruhan Concealment (Penyembunyian), Robi memang baru beli novel kemarin (tetapi tidak dijelaskan kemarin kapan), dan novel milik Citra spontan langsung dikembalikan agar tidak terjadi kebocoran.
Terakhir Robi dapat juga mengatakan secara tegas kepada citra “Iya, aku baru beli di mall kemarin”, pernyataan tersebut merupakan suatu Equivocation (Pengelakan) untuk menghindar dari penceritaan yang lebih detail.
* * *
Politeness Theory
Dikembangkan oleh Brown dan Levinson (1978, 1987), teori kesantunan atau Politeness Theory (PT) menjelaskan bagaimana kita mengelola identitas kita sendiri dan orang lain melalui interaksi, khususnya, melalui penggunaan strategi kesantunan.
Menurut Brown dan Levinson (1987), yang mana terinspirasi oleh Goffman (1967), bahwasanya bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada “wajah” atau “muka,” baik milik penutur, maupun milik mitra tutur. “Wajah,” dalam hal, ini bukan dalam arti rupa fisik, namun “wajah” dalam artian public image, atau mungkin padanan kata yang tepat adalah “harga diri” dalam pandangan masyarakat.
Jika Goffman (1967) menyebutkan bahwa wajah adalah atribut sosial, maka Brown dan Levinson (1987) menyebutkan bahwa wajah merupakan atribut pribadi yang dimiliki oleh setiap insan dan bersifat universal.
Asumsi
Tiga asumsi dasar panduan teori kesantunan. Pertama, PT mengasumsikan bahwa semua individu perlu untuk mengatur mimik wajah mereka (Brown & Levinson, 1978, 1987). Sederhananya, wajah mengacu pada citra diri yang dikehendaki; juga termasuk pengakuan bahwa mitra interaksional Anda memiliki kebutuhan mimik wajah bagaimana yang mereka harapkan. Ada dua dimensi mengenai konsep wajah: wajah positif dan wajah negatif.
Wajah Positif mencakup kebutuhan seseorang untuk disukai, dihargai, dan dikagumi oleh orang lain. Wajah positif berkaitan dengan nilai-nilai keakraban antara penutur dan mitra tutur. Wajah negatif mengasumsikan keinginan seseorang untuk bertindak bebas, tanpa kendala atau memposisikan diri sebagai orang lain. Berbeda dengan wajah positif, yang mana penutur dan mitra tutur mengharapkan terjaganya nilai-nilai keakraban, ketakformalan, kesekoncoan, maka wajah negatif ini dimana penutur dan mitra tutur mengharapkan adanya jarak sosial.  Yang jelas, sulit untuk mencapai wajah positif dan negatif secara bersamaan, karena keduanya saling bertolak belakang.
Kedua, teori kesopanan mengasumsikan bahwa manusia rasional dan berorientasi tujuan, mereka menghormati dan menghargai kebutuhan mimik wajah (Brown & Levinson, 1978, 1987). Dengan kata lain, Anda memiliki pilihan dan membuat keputusan komunikatif untuk secara relasional dan berorientasi  tujuan dalam konteks menjaga wajah. Brown dan Levinson mengemukakan bahwa manajemen wajah terbaik ketika semua orang terlibat membantu untuk menjaga wajah orang lain.
Asumsi terakhir, PT berpendapat bahwa beberapa perilaku wajah secara fundamental dapat ‘mengancam’ (Brown & Levinson, 1978, 1987). Wajah ‘mengancam’ ini meliputi perilaku umum seperti permintaan maaf, pujian, kritik, permintaan, dan ancaman (Craig, Tracy, & Spisak, 1993).
Kesantunan (dan kesopanan) berbahasa dapat diartikan sebagai sebuah penunjukan mengenai kesadaran terhadap wajah orang lain (Yule, 2006:104). Wajah seseorang akan mengalami ancaman ketika seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung ancaman terhadap harapan-harapan individu yang berkenaan dengan nama baiknya sendiri (hal.106).
Pengancaman wajah melalui tindak tutur (speech act) akan terjadi jikalau penutur dan mitra tutur sama-sama tidak berbahasa sesuai dengan jarak sosial. Perhatikan contoh berikut ini, dimana terjadi interaksi antara tetangga yang berusia sudah tua dan yang masih muda:
Tua: He… so malam deng apa kong baribut sampe, tarada rumah ka? (Heh… ini kan sudah malam, kok ribut banget? Tidak ada rumah ya?)
Muda: Saya, om. Maaf lagi… (Saya, om. Kami minta maaf).
Dalam konteks interaksi seperti di atas, penutur tua melakukan pengancaman wajah dengan mengatakan “tidak ada rumah ya?” ini disebut pengancaman wajah karena jarak sosial (usia dan mungkin juga jarak keakraban) antara mereka jauh. Bahkan, hal ini bukan hanya mengancam wajah mitra tutur muda, bahkan wajah penutur tua itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya “harga diri” sosial dengan menggunakan pernyataan yang kasar.
Respon dari mitra tutur muda merupakan tindak penyelamatan wajah (face saving act); yaitu dengan cara melakukan kesantunan negatif dengan mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan kesadaran atas jarak sosial dan wajah negatif penutur tua. Artinya, mitra tutur muda menyadari keinginan wajah penutur tua untuk merdeka dan memiliki hak untuk tidak terganggu.
* * *


Teori Peran (Role Theory)
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut.
Pendekatannya yang dinamakan “life-course” memaknakan bahwa setiap masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga Amerika Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta pemilu pada usia delapan belas tahun.
Peran adalah eksistensi kita. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.
Peran adalah aspek dinamis dari suatu status. Definisi sederhana yang dibuat oleh Linton ini memberikan deskripsi mengenai posisi dan kedudukan dari status-peran.
Makna peran, menurut Suhardono, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan historis. Menurut penjelasan historis, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.
Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak terpisah dari status yang disandangnya. Setiap status sosial terkait dengan satu atau lebih peran sosial. Menurut Horton dan Hunt [1993], peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status.
Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain.
Role Conflict Menurut Hendropuspito [1989], konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama.
Role Strain Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain.
* * *
Teori Hubungan Aku-Benda (I-It)
Martin Buber
Corak hubungan fundamental antarmanusia menurut Martin Buber ialah Aku-Anda (I-Thou) dan hubungan Aku-benda (I-It). Menurut Buber dalam Aku-Anda hubungan timbale balik antarsubjektifitas menjadi penting. Relasi antara Aku dan Anda tidak akan menciptakan konflik karena didasari oleh hubungan yang setara, hubungan yang menghendaki yang lain dalam subjektifitasnya (hubungan Subjek-Subjek). Ketika manusia mengakui dan menghargai yang lain sebagai subjek, disanalah cinta kasih terwujud.
Hubungan dengan model ini ditandai dengan adanya keterbukaan dan sering kali membawa resiko yang lebih besar, karena bersifat total. Dengan memberikan diriku secara total kepada engkau, aku siap bila tidak ditanggapi. Dalam hubungan Aku-Anda diperlukan ruang interpersonal karena harus saling menjaga kekhasannya sambil tetap menjalin relasi. Sehingga manusia bisa menerima orang lain sebagai dirinya yang otentik.
Berkebalikan dengan hubungan Aku-Anda, hubungan Aku-benda merupakan hubungan antara tuan-budak (Hegel). Hubungan ini dicirikan dengan kehendak menguasai dunia. Dengan benda, diafirmasilah bahwa ia tunduk dan dikebawahkan pada subjek. Dalam hubungan ini, terdapat ruang atau jarak sehingga dapat dikatakan bahwa benda menjadi objek bagi subjek (manusia). Oleh karena terjadi penguasaan, benda dapat diketahui seluruhnya.
Bagi Martin Buber hubungan Aku-Anda akan membuka hubungan dengan Anda Mutlak (I-Thou Absolut).
Emmanuel Levinas
Menurut Levinas manusia pada dasarnya didorong untuk mencari yang lain. Menginginkan yang lain adalah menginginkan yang tidak ada dalam diri kita. Hubungan antarpersonal manusia didasari oleh hubungan Aku-“Yang Lain” (L’un pour l’autre) yang dilukiskan dengan “epifani wajah”. Artinya, aku mempunyai kewajiban kepada yang lain. Melalui pandangan ini, Levinas ingin menolak egologia Descartes. Bahwa realitas tidak dibentuk oleh rasio murni, tetapi dengan cara memandang manusia secara otentik.
Tetapi perlu diingat bahwa hubungan dengan yang lain adalah hubungan antar manusia yang asimetris. Kenapa? Karena subjek menurut Levinas adalah seseorang yang ditempatkan berada di bawah orang lain. “Yang Lain” yaitu sebagai pengada yang sama sekali tidak ditentukan oleh penalaran saya dan karenanya tidak terselipkan dalam totalitas rasional.
Struktur tersebut membuat aku menjadi unik dan tidak tergantikan. Aku tahu aku ada karena berbeda dengan yang lain. Dengan kata lain, aku menjadi sandera untuk orang lain. Namun, hubungan antara aku dengan yang lain bukan saja terjadi diantara dua orang saja, melainkan juga terhadap tampilnya orang ketiga. Dengan begitu aku menjadi semakin bertanggungjawab terhadap semua orang.
* * *
Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Pengertian
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai suatu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi manusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respons dari individu-individu selama berinteraksi sosial.
Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok kan diakhiri, atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apapun yang mereka cari.
Munculnya Teori Pertukaran Sosial
Pada umumnya, hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling memengaruhi dalam hubungan tersebut yang terdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan.
Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, dan persahabatan.
Analogi dari hal tersebut, pada suatu ketika anda merasa bahwa setiap teman anda yang di satu kelas selalu berusaha memperoleh sesuatu dari anda. Pada saat tersebut anda selalu memberikan apa yang teman anda butuhkan dari anda, akan tetapi hal sebaliknya justru terjadi ketika anda membutuhkan sesuatu dari teman anda. Setiap individu menjalin pertemanan tentunya mempunyai tujuan untuk saling memperhatikan satu sama lain. Individu tersebut pasti diharapkan untuk berbuat sesuatu bagi sesamanya, saling membantu jikalau dibutuhkan.
Akan tetapi mempertahankan hubungan persahabatan itu juga membutuhkan biaya (cost) tertentu, seperti hilang waktu dan energi serta kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak jadi dilaksanakan.
Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam analisanya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar.
Berbeda dengan analisa yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans dan Blau yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat subyektif dan interaksi nyata seperti yang diterjadi pada interaksionisme simbolik.
Pertentangan teori pertukaran sosial individualistis dan kolektivistis
Pertentangan yang terjadi ini merupakan akibat dari tumbuhnya pertentangan antara orientasi individualistis dan kolektisvistis. Homans mungkin merupakan seseorang yang sangat menekankan pada pendekatan individualistis terhadap perkembangan teori sosial. Hal ini tentunya berbeda dengan penjelasan Levi-Strauss yang bersifat kolektivistis khususnya mengenai perkawinan dan pola-pola kekerabatan.
Levi-Strauss merupakan seorang ahli antropologi yang berasal dari Prancis, ia mengembangkan suatu perspektif teoritis mengenai pertukaran sosial dalam analisannya mengenai praktek perkawinan dan sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif.
Suatu pola umum yang dianalisanya adalah seorang pria mengawini putri saudara ibunya. Suatu pola yang jarang terjadi adalah orang mengawini putri saudara bapaknya.
Pola yang terakhir ini dianalisa lebih lanjut oleh lanjut oleh Bronislaw Malinowski dengan pertukaran nonmaterial. Dalam menjelaskan hal ini Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran yaitu restricted exchange dan generalized exchange. Pada restricted exchange, para anggota kelompok dyad terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing anggota pasangan tersebut saling memberikan dengan dasar pribadi. Sedangkan pada generalized exchange, anggota-anggota suatu kelompok triad atau yang lebih besar lagi, menerima sesuatu dari seorang pasangan lain dari orang yang dia berikan sesuatu yang berguna.
* * *
Teori Dialektika Relasional
(Relational Dialectics Theory)
Makna Dialektika adalah seni diskusi logis sebagai alat untuk memeriksa kebenaran teori berdasarkan resolusi dari pertentangan atau kontradiksi.
Teori ini menggambarkan hubungan komunikasi sebagai kemajuan dan pergerakannya konstan. Teori ini dapat dipahami dan diterapkan pada konteks organisasi dan juga interpersonal. Orang yang terlibat dalam berhubungan pada dasarnya dalam selalu ada dorongan dan tarikan dari keinginan masing-masing individu yang bertolak belakang. Kita membicarakan dua tujuan yang berlawanan, orang menginginkan “both/and” bukan “either/or”. Dalam berkomunikasi kita berusaha mendamaikan keinginan yang bertolak belakang ini walaupun tidak pernah menghapuskan keinginan kita.
Contoh: dalam berelasi, orang ingin merasa ada keterbukaan sekaligus ketertutupan (both/and), bukan hanya menginginkan keterbukaan saja atau tidak berelasi sama sekali (either/or).
Asumsi
   Hubungan tidak bersifat liniar melainkan fluktuasi yang terjadi antara keinginan yang kontradiktif.
   Hidup berhubungan ditandai dengan adanya perubahan dengan sejalannya waktu.
   Kontradiksi merupakan fakta fundamental dalam hidup berhubungan yang tidak pernah behenti untuk menimbulkan ketegangan. Kita dapat mengelola ketegangan dan oposisi dengan cara yang berbeda-beda, tetapi kedua hal ini selalu ada dalam hidup berhubungan.
   Komunikasi sangatlah penting dalam mengelola, mengorganisasikan dan menegosiasikan kontradiksi – kontradiksi dalam hubungan secara baik.
Baxter dan Montgomery sangat terpengaruh oleh teori Mikail Bakhtin, seorang filsuf Rusia yang mengembangkan teori dialog personal. Bakhtin mengemukakan bahwa fenomena komunikasi dan fenomena sehari-hari adalah suatu bagian dalam kehidupan.
Bahktin menilai bahwa konflik bukan sesuatu yang penting dalam komunikasi, karena adanya konflik dalam suatu komunikasi adalah hal yang lumrah. Suatu kebiasaan kecil dalam jangka waktu panjang dapat berpotensi untuk menyebabkan perubahan yang mendasar. Kehidupan sosial merupakan dialog terbuka diantara banyak suara dan intinya adalah diferensiasi simultan dan penggabungan dengan yang lain. Konsep diri hanya mungkin ada dalam konteks dengan orang lain. Pengalaman manusia dibentuk melalui komunikasi dengan orang lain dan berfokus pada pentingnya interaksi dengan orang lain dalam penciptaan makna.
Contoh: Peraturan atau norma dalam masyarakat dibuat untuk membatasi kebebasan perilaku masyarakat dalam konteks tertentu. Namun seiring dengan perkembangan jaman, kehidupan masyarakat pun ikut berubah. Dengan adanya perubahan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan bahwa aturan / norma terdahulu tidak lagi sesuai dengan fenomena kehidupan. Dalam tahap inilah konflik mulai muncul. Tetapi kemudian dengan adanya konflik tersebut akan memunculkan suatu kesepakatan baru (dalam hal ini norma baru) yang nantinya menjadi salah satu faktor pengubah kehidupan bermasyarakat, dan seterusnya.
Analisis dan Aplikasi Relational Dialectics Theory
Hubungan adalah suatu koordinasi dan tercipta lewat proses dialog, maka Komunikasi Antar Persona bukan hanya sekedar komunikasi, namun juga butuh pemahaman dan tujuan. Jika seseorang tidak dapat menjelaskan orang lain dalam perannya, maka pada teori ini diasumsikan bahwa mereka tidak mempunyai hubungan.
Contoh: Pasangan yang sedang mengalami konflik, ada kalanya mereka tidak dapat menafsirkan hubungan apa yang sedang mereka jalani. Karena bukan hanya sekedar teman, namun juga karena masalah yang mereka miliki, mereka enggan mengakui bahwa mereka adalah pasangan.
Kontradiksi adalah konsep sentral relasional dialektika. Kontradiksi merujuk kepada interaksi dinamis antara oposisi dan membentuk kesatuan yang kecenderungan saling bergantung (dialektis prinsip kesatuan) belum saling meniadakan satu sama lain (prinsip dialektika negasi).
Dari perspektif dialektika relasional, ikatan terjadi dalam saling ketergantungan dengan yang lain dan kemerdekaan dari lainnya. Tanpa salah satu dari itu, hubungan bisa berkurang intensitasnya.
Ketegangan dialektikal dalam berelasi (secara pribadi dan komunitas)
Dialektikal Internal (personal): ketegangan/ kontradiksi yang muncul dari dan dibangun oleh komunikasi dan ada 3 kontradiksi dalam hal ini:
1.   Keterkaitan dan Keterpisahan: seseorang yang memiliki keinginan untuk berdekatan atau menjauh dari orang terdekat. Hal ini menjadi ciri yang unik dalam teori komunikasi ini karena keterkaitan dan keterpisahan adalah sesuatu yang konstan dalam kehidupan berelasi. Berelasi akan tetap terjaga bila salah satu dari pasangan mau mengorbankan urusan otonomi pribadinya, namun bila hubungan yang berlawanan asas terjadi berlebihan akan menghancurkan hubungan tersebut karena ada yang akan kehilangan identitas pribadinya.
2.   Kepastian dan Ketidakpastian: seseorang memiliki kenyamanan pada sesuatu yang pasti dan menjauhi ketidakpastian ketika sejalan dengan perkembangan hubungan mereka. Jadi akan ada kebutuhan yang saling kontradiksi antara rutinitas dan spontanitas.
3.   Keterbukaan dan Ketertutupan: seseorang ingin menceritakan segalanya namun di halangi oleh keinginan akan privasi. Keterbukaan adalah hubungan relasi yang ideal.
Kontradiksi ini berfokus pada semua informasi personal dan juga pada perlindungan untuk diri sendiri dalam berkomunikasi.
Cara mengelola ketegangan antara terbuka dan tertutup:
1.      Pemilihan topik : yang tabu/tidak mau dibahas.
2.      Pengubahan waktu : menyediakan waktu untuk membicarakan topik sensitif.
3.      Penarikan diri : menghentikan pembicaraan.
4.      Penyelidikan : menanyakan informasi lebih lanjut.
5.      Strategi anti sosial : ekspresi diri : teriak, nangis, cemberut sebagai komunikasi anti sosial
6.      Kebohongan : penyimpangan dari sebuah kebenaran/ menghilangkan fakta untuk membuat beberapa hal privat tidak dibicarakan dan untuk menghindari konflik dalam hubungan tsb.
Dialektikal eksternal (komunitas) : ketegangan yang muncul dari tempat suatu hubungan didalam suatu budaya dan dalam berhubungan dengan rekan kerja, hubungan sosial dan komunitas yang lebih besar, kita juga mengalami ketegangan yang sejajar dengan dialektikal internal.
Ada 3 kontradiksi yang paralel dengan kontradiksi dalam Dialektikal Internal:
1.      Penerimaan dan Pengasingan : Dibentuk melalui ketegangan yang muncul antara berhubungan privat (pribadi) dan kehidupan publik. Contoh : dalam wilayah publik, persahabatan diterima dalam hubungan privat, tapi dalam hubungan persahabatan di tempat kerja dapat menimbulkan umpan balik yang negatif (dicurigai) dari rekan kerja lain. Orang yang terkenal (politikus, artis, selebritas) hidup dalam penerimaan kehidupan publik dan juga memiliki kehidupan privat yang kadang kala tidak diterima oleh publik. Penerimaan dan Pengasingan ini dapat dipisahkan tapi tetap bisa saling terkait dalam berbagai cara.
2.      Yang Biasa dan Yang Unik : Dibentuk melalui ketidaknyamanan publik pada sesuatu yang unik apalagi yang berlebihan. Hal ini membentuk publik untuk tidak terlalu antusias dengan inovasi bahkan ada yang menganggap aneh.
Contoh : dalam film Children of the Lesser God, menunjukkan keunikan hubungan yang dianggap aneh, karena dalam film ini tokoh yang normal berprofesi pengajar menjalin kasih dengan buruh yang bisu-tuli. Publik menganggap mereka bukan pasangan yang pas, cocok. Kontradiksi dari kedua hal ini selalu berlangsung.
3.      Membuka dan Menutup Rahasia: dibentuk melalui perbedaan antara hubungan yang ideal dengan yang dijalani, dalam hal ini melibatkan adanya keterbukaan pertukaran pikiran tapi bukan keterbukaan yang sempurna. Contoh: dalam dunia PR yang selalu menyangkut peningkatan citra baik perusahaan biasanya harus memberikan laporan fakta yang ada tapi tidak semua fakta dibeberkan secara keseluruhan karena tujuan idealnya adalah untuk citra baik tersebut. Namun dalam kenyataan kadang ada rahasia perusahaan yang bocor ke publik. Cara praktis mengatasi ketegangan dialektikal.
Komunikasi yang efektif dan jujur membicarakan tentang ketegangan ini dan menyadari kenyataan dari kontradiksi yang muncul dapat membangun hubungan relasi jangka panjang. Dalam teori ini membahas 8 cara mengatasinya:
·         Penyangkalan: menanggapai satu sisi dari dialektikal dan mengesampingkan sisi yang lain. Contoh: pasangan yang menggunakan strategi penyangkalan sering tidak puas dengan cara mereka mengatasi ketegangan antara keterbukaan dan ketertutupan. Disorientasi: membuat keputusan antara 2 hal yang berlawan dan merujuk pada pemberian prioritas pada oposisi yang ada. Contoh: bila memutuskan selalu dekat tiap saat dan tidak mengindahkan kebutuhan lain (privasi).
·         Perubahan Melingkar: satu pilihan dari 2 hal yang berlawanan pada waktu tertentu dan saling bergantian. Contoh: kakak beradik saat kecil merasa begitu dekat, saat remaja merasa harus ada privasi dan indentitas masing-masing yang berbeda, setelah dewasa kembali merasa dekat tapi hidup terpisah.
·         Segmentasi: memisahkan beberapa hal untuk menekan bagian yang berlawanan.
Contoh: memisahkan hal yang akan mengakibatkan ketegangan dari tempat kerja akan terbawa bila dirumah.
·         Keseimbangan: kompromi antara 2 hal yang bertentangan dan mencoba menenukan daerah yang seimbang yang menyenangkan kedua belah pihak
contoh: memutuskan untuk melakukan apa yang diinginkan masing-masing pihak demi mencapai kenyamanan dan kebahagiaan.
·         Integrasi: perpaduan dari dua hal yang berlawanan dengan secara bersamaan menanggapi dan menentang ketegangan tanpa niat tertentu. Contoh: meneladani kelanggengan hubungan pasutri yang sudah menikah puluhan tahun.
·         Rekalibrasi: merubah dialektika yang ada dengan cara tertentu sehingga seperti tidak memiliki arti yang bertentangan. Contoh : asal bisa didefinisikan ulang apa yang dimaksud dengan keterbukaan dan ketertutupan akan membuat hubungan lebih baik.
·         Reafirmasi: menetralkan dialektika dengan memberikan pengertian bahwa ketegangan itu tidak bisa dihilangkan dan tidak perlu dikeluhkan melainkan disadari keberadaannya dan penyebabnya. Contoh: keterbukaan dalam berkomunikasi dan menyadari topik yang tabu untuk dibicarakan.
Teori ini masih relatif baru / muda dan tidak menawarkan prediksi sebagai solusi karena berelasi selalu berubah dan berkesinambungan. Hal ini berbeda dengan teori tradisional biasanya mengusahakan adanya prediksi dan pernyataan mengenai fenomena komunikasi.
Teori ini menyarankan:
·         Alasan yang mendasar bahwa hubungan yang erat tidak ditentukan oleh proses aktivitas yang fluktuatif dan berprasangka buruk akan mempengaruhi kegagalan berrelasi.
·         Apresiasi pada usaha untuk mempertahankan hubungan yang erat akan memperkuat keteguhan hati untuk tidak menyerah pada saat terjadi ketegangan.
·         Hidup dengan menyadari akan adanya kontradiksi sebenarnya tidak menyusahkan, ibarat belajar mengendarai sepeda pada awalnya akan menyenangkan apabila sadar bahwa akan ada luka di sekujur tubuh yang menyakitkan karena jatuh dari sepeda
* * *
TEORI PENETRASI SOSIAL
(Irwin Altman dan Dalmas Taylor)
Menjelaskan secara umum bagaimana proses berhubungan dengan orang lain dimana terjadi proses gradual yaitu semacam proses adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh tersebut mengibaratkan manusia seperti bawang merah yang terdiri dari beberapa layer. Layer tersebut berarti lapisan kepribadian.
1.      Lapisan terluar: Apa yang diperlihatkan kepada public secara umum tanpa ditutup-tutupi
2.      Lapisan semiprivate: Lapisan yang lebih dalam dr lapisan terluar. Tidak terbuka bagi umum, hanya terbuka bagi orang-orang terdekat
3.      Lapisan private: Lapisan terdalam dimana terdapat nilai-nilai,konsep diri, konflik-konflik yang  belum terselesaikan, dan emosi yang terpendam. Lapisan ini tidak terlihat dari luar oleh siapapun, termasuk orang terdekat sekalipun. Namun lapisan ini paling berdampak bagi kehidupan seseorang
Kedekatan kita terhadap seseorang dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan tersebut. Dengan membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian kita, berarti kita membiarkan orang tersebut untuk lebih dekat dengan kita.
Taraf kedekatan berdasarkan perspektif penetrasi sosial
1.      Kita lebih cepat akrab jikan melakukan pertukaran pada lapisan terluar. Semakin ke dalam kita melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang akan kita hadapi akan semakin tebal dan sulit ditembus.
2.      Keterbukaan diri, bersifat timbal balik terutama saat awal hubungan. Pada awal hubungan kedua belah pihak sangat antusias untuk membuka diri yang berarti timbal balik. Semakin ke dalam, keterbukaan akan semakin lambat dan tidak ada lagi timbal balik.
3.      Penetrasi cepat di awal tetapi semakin lambat ketika semakin masuk ke lapisan dalam. Tidak ada istilah langsung akrab dalam sebuah hubungan, keakraban membutuhkan waktu yang panjang. Dalam prosesnya, hubungan interpersonal akan mudh runtuh sebelum mencapai tahap stabil dan sukses. Tetapi jika mampu untuk melewati tahap ini, hubungan biasanya akan lebih stabil dan bertahan lama.
* * *
TEORI ATRIBUSI
Teori yang membahas upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain dan kita. Proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat perilakunya.
1.      Atribusi kausalitas, Faktor eksternal (situasional) dan internal (personal). Menurut Harold Kelley, kausalitas eksternal dan internal memperhatikan:
a.       konsensus, apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap
b.      konsistensi, apakah penanggap bertindak sama pada pada situasi yang lain
c.       kekhasan, apakah orang tersebut bertindak yang sama pada situasi yang lain atau hanya pada situasi ini saja
Bila ketiga hal tersebut tinggi, maka orang tersebut melakukan kausalitas eksternal.
2.      Atribusi kejujuran, Robert A. Baron dan Donn Byrne memperhatikan :
a.       Sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang populer di masyarakat. Semakin besar jarak antara pendapat orang tersebut dengan pendapat umum, makin percaya kita bahwa orang tersebut jujur.
b.      Sejauh mana orang itu mendapat keuntungan dari pernyataannya. Kita kurang percaya kejujuran yang menguntungkan pembicaranya.
* * *


Teori Kebutuhan Hubungan Interpersonal
Teori sistem dan komunikasi dalam hubungan
Salah satu bagian dalam lapangan komunikasi yang dikenal sebagai relational communication sangat dipengaruhi oleh teori sistem. Inti dari kerja ini adalah asumsi bahwa fungsi komunikasi interpersonal untuk membuat, membina, dan mengubah hubungan dan bahwa hubungan pada gilirannya akan mempengaruhi sifat komunikasi interpersonal.
Poin ini berdasar pada gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi yang menciptakan struktur hubungan. Dalam keluarga misalnya, anggota individu secara sendirian tidak membentuk sebuah sistem, tetapi ketika berinteraksi antara satu dengan anggota lainnya, pola yang dihasilkan memberi bentuk pada keluarga. Gagasan sistem yang penting ini secara luas diadopsi dalam lapangan komunikasi.
Proses dan bentuk merupakan dua sisi mata uang; saling menentukan satu sama lain.
Seorang Antropolog Gregory Bateson adalah pendiri garis teori ini yang selanjutnya dikenal dengan komunikasi relasional. Kerjanya mengarah pada pengembangan dua proposisi mendasar pada mana kebanyakan teori relasional masih bersandar. Pertama yaitu sifat mendua dari pesan: setiap pertukaran interpersonal membawa dua pesan, pesan “report” dan pesan “command”. Report message mengandung substansi atau isi komunikasi, sedangkan command message membuat pernyataan mengenai hubungan. Dua elemen ini selanjutnya dikenal sebagai “isi pesan” dan “pesan hubungan”, atau “komunikasi” dan “metakomunikasi”.
Pesan report menetapkan mengenai apa yang dikatakan, dan pesan command menunjukkan hubungan diantara komunikator. Isi pesan sederhana seperti “I love you” dapat dibawakan dalam berbagai cara, dimana masing-masing mengatakan sesuatu secara berbeda mengenai hubungan. Frasa ini dapat dikatakan dalam cara yang bersifat dominasi, submissive, pleading (memohon), meragukan, atau mempercayakan. Isi pesannya sama, tetapi pesan hubungan dapat berbeda pada tiap kasus.
Proposisi kedua Bateson yaitu bahwa hubungan dapat dikarakterisasi dengan komplementer atau simetris. Dalam hubungan yang komplementer, sebuah bentuk perilaku diikuti oleh lawannya. Contoh, perilaku dominan seorang partisipan memperoleh perilaku submissive dari partisipan lain. Dalam symmetry, tindakan seseorang diikuti oleh jenis yang sama. Dominasi ketemu dengan sifat dominan, atau submissif ketemu dengan submissif.
Disini kita mulai melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur dalam sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki. Sistem yang mengandung serangkaian pesan submissif akan sangat berbeda dengan yang mengandung rangkaian pesan yang besifat dominasi. Dan struktur pesan yang mencampur keduanya adalah berbeda pula.
Meski Bateson seorang pakar antropologi, gagasannya dengan cepat dibawa kedalam psikiatri dan diterapkan pada hubungan patologis. Beberapa peneliti komunikasi memanfaatkan kerja Bateson dan kelompoknya. Aubrey Fisher, salah satu yang dikenal baik dari kelompok ini, sebagai pemimpin teoritisi sistem. Dalam buku Perspectives on Human Communication dia menerapkan konsep sistem kedalam komunikasi.
* * *
TEORI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
Uncertainty reduction theory atau teori pengurangan ketidakpastian, terkadang juga disebut initial interaction theory. Teori ini diciptakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese pada tahun 1975. Tujuan mereka dalam mengkonstruksikan teori ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang asing yang terikat dalam percakapan mereka bersama.
Versi umum dari teori ini menyatakan bahwa ada dua tipe dari ketidakpastian dalam perjumpaan pertama yaitu: Cognitive dan behavioral.
·         Cognitive uncertainty, merupakan tingkatan ketidakpastian yang diasosiasikan dengan keyakinan dan sikap.
·         Behavioral uncertainty, dilain pihak berkenaan dengan luasnya perilaku yang dapat diprediksikan dalam situasi yang diberikan.
Setiap teori mempunyai asumsi yamg merefleksikan pandangan dari sang penemu. Uncertainty Reduction Theory (URT) juga tanpa pengecualian. Teori ini meliputi 7 asumsi:
1.      Seseorang mengalami ketidakpastian dalam hubungan interpersonal
Asumsi ini menjelaskan, dalam suatu hubungan interpersonal orang akan merasakan ketidakpastian. Karena perbedaan harapan ada untuk memunculkan interpersonal, itu alasan untuk mengakhiri ketidakpastian atau setiap kegelisahan bertemu dengan orang lain.
2.      Ketidakpastian adalah suatu keengganan, yang bisa membangkitkan stress
Asumsi ini mengusulkan bahwa ketidakpastian adalah sebuah tingkatan keengganan. Dengan kata lain, ini membawa sejumlah besar energi emosi dan energi psikologi untuk ketidakpastian. Orang-orang yang baru bekerja kadang-kadang mengalami stress seperti ini.
3.      Ketika orang asing bertemu, yang mereka perhatikan pertama kali adalah mengenai pengurangan ketidakpastian atau menambah kemampuan memprediksikan
Asumsi ini menggarisbawahi bahwa uncertainty reduction theory berpendapat bahwa ketika orang asing bertemu, ada 2 hal yang penting, yaitu: pengurangan ketidakpastian & penambahan prediksi.
4.      Komunikasi interpersonal adalah proses perkembangan yang terjadi melalui beberapa tahapan
Asumsi ini mengusulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses keterlibatan tingkat perkembangan. Menurut Berger dan Calabrese kebanyakan orang memulai interaksi dari tahapan awal (entry phase), yang diartikan sebagai tingkat permulaan dari interaksi antara orang-orang yang tidak saling mengenal.
Tahapan awal ini diatur oleh peraturan baik secara implisit maupun eksplisit dan juga norma, contohnya ketika memberi respon baik ketika seseorang menyapa. Individu kemudian memasuki tahap selanjutnya yang disebut tahapan personal (personal phase) atau tingkatan ketika komunikasi barjalan secara spontan. Tahapan ketiga, yaitu tahapan keluar (exit phase), terjadi ketika setiap individu membuat keputusan apakah ia akan meneruskan interaksi dengan lawan bicaranya di masa depan.
5.      Komunikasi interpersonal adalah pemaknaan pertama dari pengurangan ketidakpastian
Asumsi ini menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah makna utama dari pengurangan ketidakpastian. Karena kita telah mengidentifikasikan komunikasi interpersonal sebagai fokus dari URT, maka asumsi ini tidak lagi mengejutkan. Disini kita mencatat komunikasi interpersonal memerlukan sejumlah prasyarat – di antaranya mendengarkan, memahami respon non-verbal dan mengungkapkan kedalam bahasa.
6.      Kuantitas dan sifat dasar dari informasi yang diberikan seseorang berubah setiap waktu
Asumsi ini menggarisbawahi sifat dasar dari waktu. Ini juga berfokus kepada fakta yaitu komunikasi interpersonal mengalami perkembangan. Sang penemu mempercayai bahwa permulaan interaksi adalah elemen penting dari proses perkembangan.
7.      Memungkinkan untuk memprediksi prilaku seseorang dari sebuah penampilan
Asumsi ini menunjukkan bahwa tingkah laku orang-orang dapat diprediksi dari sebuah penampilan. Seorang pencetus teori dapat membawa pandangan yang berbeda terhadap pekerjaan dari suatu konstruksi teori. Pandangan yang berbeda ini disarankan oleh mereka untuk menggunakan ontologi, epistomologi dan aksiologi yang berbeda dalam menjelaskan tingkah laku komunikasi. Salah satu ontologi yang ada adalah covering laws, yang menganggap bahwa perilaku manusia diatur secara prinsip-pinsip umum yang berfungsi sebagai hukum sikap.
Walaupun masih ada pengecualian, kebanyakan orang berkelakuan sesuai dengan hukum ini. Tujuan covering law theory untuk menetapkan hukum-hukum yang akan menjelaskan bagaimana kita berkomunikasi. Covering law theories disusun untuk memindahkan pernyataan yang berupa prasangka untuk dibenarkan (atau axioms) ke pernyataan yang didapat dari kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi (atau theorems).