Senin, 29 Desember 2014

Sukses Merupakan Akhir Dari Awal Yang Baik


Selamat sore Sahabat Aziz di Catatan Kresna…

Saya akan menceritakan sebuah momen indah yang saya temukan, lihat, dan rasakan dengan seluruh panca indera saya. Kiranya apa itu? Selamat membaca sampai tuntas… ^_^
———————————
Setiap paginya, Sygma Creative Media Corporation (CMC) selalu mengawali aktivitas dengan menunaikan ibadah solat sunat dhuha dan tilawah. Sungguh, itu membawa aura positif bagi seluruh kinerja elemen di perusahan yang bervisi, “Menjadi korporasi media berbasis nilai keluarga yang paling berpengaruh di Indonesia, berfokus kepada industri media kreatif dengan kualitas internasional, jaringan global, dan profitabilitas tinggi.” tersebut. Saat memasuki ruangan kantor, seketika itu pula mushala dipenuhi oleh para pekerja yang sedang menunaikan ibadah solat sunat dhuha. Namun, masih ada hal yang unik yang bisa kita tiru dari pola perilaku keseharian pekerja di perusahaan ini. Tim marketing dari Sygma Creative Media Marcomm (CMM) yang merupakan anak perusahaan dari Sygma CMC memiliki cara yang baik untuk memulai pekerjaannya. Mereka memiliki beberapa agenda setiap paginya.

Agenda pertama. Tim berkumpul dan duduk melingkar pada satu meja. Mereka membawa mushaf Al-Quran masing-masing dan membacanya secara bergiliran. Setelah ada pembukaan yang dipimpin oleh perwakilan di antara mereka, setiap orang pun mulai membaca sesuai dengan gilirannya. Sambil menunggu giliran, anggota tim yang lain mendengarkan dengan seksama dan membenarkan jika terdapat kesalahan saat membaca. Saya menamakan agenda ini dengan, “Tilawah Asik Rame-Rame” (Tentunya itu becandaan saya saja. hehe). Mereka menunaikan ibadah tilawah dengan khidmat sebelum memulai kerja.

Meja ini merupakan saksi bisu forum pagi tim marketing Sygma CMM

Agenda kedua. Ketika setiap orang telah menunaikan bagiannya, tilawah pun ditutup. Belum selesai sampai di situ, kemudian salah seorang dari tim tiba-tiba memulai pembicaraan. Ternyata, beliau mencoba berbagi informasi yang beliau dapatkan dari televisi. Saya menyebut forum ini sebagai, “Forum Berbagi Informasi Islami Dengan Senang Hati” (Tentu saja, itu hanya gurauan saya lagi saja. Hehehe…). Beliau menceritakan sekaligus memberikan argumentasinya terhadap tayangan tersebut. Saya jadi teringat pada mata kuliah literasi media saat di kampus. Beliau tidak hanya menerima informasi secara cuma-cuma, namun beliau juga memberikan hasil analisisnya. Hal tersebut jelas sangat dianjurkan karena dengan menganilisis sesuatu, kita dapat menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai sesuatu tersirat/hikmah/subteks daripadanya. Anggota yang lain mendengarkan dengan seksama. Kemudian, setelah anggota pertama selesai berbagi, pemimpin forum pun bertanya, “Apakah masih ada lagi di antara kalian yang akan membagikan sesuatu?”. Jika iya, maka tranfusi informasi dalam FBIIDSI terus berlanjut, jika tidak maka agenda ini pun ditutup.

Agenda ketiga. Awalnya, saya kira forum telah selesai. Ternyata masih ada agenda selanjutnya. Agenda ini merupakan agenda terakhir, saya beri nama, “Ada Masalah? Kami Siap Menemani” (Masih gurauan saya. Hihi). Konten acara ini yakni pemaparan dan laporan tentang hal-hal yang menjadi tanggungjawab wilayah kerja mereka. Detail dari agenda ini adalah anggota tim bertukar informasi terkait masalah-masalah yang mereka temukan di lapangan. Ini bisa disebut diskusi kecil yang berfungsi sebagai pemanasan daya pemikiran anggota. Walaupun tidak semua masalah yang dipaparkan langsung mendapatkan solusinya, setidaknya dengan adanya agenda tersebut mampu memberi bahan pekerjaan tim pada hari tersebut. Setelah dirasa cukup, agenda dan forum pun ditutup.
Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari forum pagi tim marketing Sygma CMM. Di dalam prosesnya terdapat nilai-nilai yang bisa kita teladani guna menghasilkan suatu akhir yang baik dalam pekerjaan kita.  Semua pekerja, profesional, bahkan semua orang di dunia ini ingin berada dalam kondisi sukses. Namun, hanya sedikit orang yang mengerti bahwa sukses merupakan akhir dari awal yang baik. Wallahu Alam…
————————————————
Apakah Anda penasaran kiranya informasi apa yang beliau bagikan? Silahkan simak di judul selanjutnya, “Ternyata, Dajjal Itu Membantu Umat Muslim!”


Minggu, 28 Desember 2014

Kenangan Manis Menyakitimu, Yang Benar Saja!


Setiap orang memiliki kenangannya masing-masing. Kenangan akan semakin sulit untuk dilupakan jika didalamnya terdapat untaian-untaian proses yang pernah dilewati bersama. Terserah apa itu kenangan manis maupun kenangan pahit. Namun, kedua jenis kenangan itu saling berhubungan satu sama lain dengan kehidupanmu sekarang ini. Ada masanya kenangan akan bersifat terbalik dengan perasaanmu sekarang.

Perasaan yang sakit, remuk, dan luluh lantak salah satunya berasal dari kenangan manis. Kamu akan merasakan sakit jika kamu mengenang hal-hal manis bersamanya dulu! Terus apa yang kamu dapat? Hanya penyesalan yang ada dalam hati, bukan? Penyesalan yang terus saja memaki-maki hidup kamu sekarang ini. Kini kamu sadar bahwa betapa lemahnya diri kamu di masa lalu, disaat kamu harus mengakhiri kenangan manis itu. Ceroboh, memang ceroboh! Jika saja tidak ada kecerobohan yang kamu lakukan dulu, maka tidak akan perpisahan seperti ini! Maka tidak akan ada istilah kenangan manis seperti yang kamu kenang sekarang ini. Tidak akan ada! Takkan pernah ada istilah itu! Karena jika kamu lebih dewasa waktu itu, kamu mungkin masih berjalan berdampingan dan tersenyum bahagia dengannya. Dengan dia yang sangat kamu sayangi.

Setelah semuanya usai, dengan kondisi kamu yang rapuh seperti ini, apa boleh buat? Kamu berhak atas kenangan manis itu saudaraku. Kamu berhak, benar-benar berhak. Itu adalah hadiah atas kebaikan dan ketulusanmu di masa lalu. Hanya saja kini kamu harus segera membaik. Demi masa depan kamu, demi mimpi yang pernah kamu tuliskan di benak dan dinding kosan kamu. Kenangan manis itu justru harus membuatmu tegar dan kuat, bukan sebaliknya. Kamu tidak perlu memaki-maki masa lalumu itu. Kamu mungkin rapuh dan jengkel atas apa yang terjadi. Seakan semuanya tidak adil terhadapmu. Hatimu bukanlah baja yang kuat dalam kondisi apapun, tapi hatimu juga bukan puding yang mudah hancur. Sadarlah, seperih dan serapuh perasaanmu saat ini, ada hal yang perlu kamu perjuangkan, yaitu masa depan kamu. Buatlah itu secerah-cerahnya mengikuti konsep awal dan prinsip hidupmu. Tetap fokus! Bangkit, bangkit!

Kenangan manis itu kadang tidak sopan, datang seenaknya pas kamu tidak menginginkannya. Namun, tersenyumlah. Sekali lagi tolong tersenyumlah! Jangan sampai kenangan manis itu menyakitimu. Percayalah bahwa apa yang dikenang telah berlalu, tapi ia terasa masih terjadi. Apa yang dikenang mungkin telah sirna dan hancur, tapi kenangan akan tetap abadi. Tersenyumlah, akan ada kebahagiaan lain yang akan menghampirimu secepatnya.

Kehidupan Terus Berjalan, Semangatlah!


Apakah kamu pernah ditinggalkan orang yang kamu sayang? Karena berbagai alasan yang membuatmu tak berdaya dibuatnya. Kini, kamu pun sadar bahwa setelah ia pergi betapa berartinya sosok dia untuk kamu. Saking dekatnya, kamu jadi tak bisa melihat dengan jelas kasih sayangnya, pengertiannya, rasa khawatirnya, rindunya, dan semuanya. Sehingga kamu mengabaikan kasih sayangnya.

Sekarang dia pun telah memutuskan untuk pergi. Apa yang akan kamu lakukan? Minta maaf? Sampai kapan? Apakah kamu mengerti perasaannya? Tidakkah kamu merasakan apa yang dia rasakan saat kamu mengecewakannya? Sekarang apa yang akan kamu lakukan?

Kamu mungkin bergumam seandainya waktu bisa diputar kembali dan berharap kamu bisa menghindari kenyataan pahit ini. Itu semuanya tidak mungkin, sangat tidak mungkin! Kamu mau menangis? Menangislah… kamu berhak untuk itu. Setidaknya, tangisanmu membuktikan penyesalanmu. Permohonan maafmu? Tentunya dalam permohonan maaf itu ada janjimu untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Menangislah!

Semuanya telah terjadi, apa yang bisa kamu lakukan sekarang? Ini semua adalah resiko dari tindakanmu. Kamu pun berhak untuk mempertanggungjawabkannya. Kamu pasti bisa. Kamu adalah manusia yang kuat. Banyak hikmah yang bisa kamu petik dari kenyataan yang kamu hadapi saat ini. Percayalah, mungkin sekarang kamu berpikir bahwa masalahmu adalah yang terberat di dunia ini. Tapi, serapuh apapun kamu sekarang, kehidupan terus berjalan, semangatlah!

Jumat, 26 Desember 2014

Aku Bangkit Untukmu, Inilah Jalan Hidupku


(Sambungan dari Edisi 1)
Benar saja, perkiraanku tepat tempo hari lalu. Aku yakin bahwa sedang ada yang tidak baik antara ayah dan ibu akhir-akhir ini. Kejadian yang sangat menyakitkan itu terjadi pada hari Minggu sore. Cuaca pada saat itu sangat panas. Aku hanya berdiam diri di rumah dan melihat ke luar jendela. Aku sedang melihat ibu sedang menyapu halaman sementara si kecil tidur pulas. Keringat mengucur di kening si kecil. Sesekali aku mengipasinya dengan kipas dari anyaman bambu untuk mengurangi rasa panasnya. Tiba-tiba, sangat jelas terdengar olehku handphone ibuku berdering. Aku tahu itu nada SMS. Ibu berhenti menyapu dan mengambil HP dari saku celananya. Dia membuka dan kemudian terlihat seperti serius membaca. Aku menghela napas dalam-dalam. Aku terus saja menatap ibu dari dalam rumah dengan satu tangan mengipasi si kecil. Mataku tertahan dan tak berkedip. Aku merasa penasaran terhadap apa yang sedang ibu baca. Aku melihat dengan jelas ibu berdiri dan membaca SMS dengan serius. Aku melihat dengan jelas pula matanya mulai berkaca-kaca. Seketika itu juga dia melepaskan sapunya dan bergegas masuk ke dalam rumah. Aku langsung lompat dari tempat tidur dan segera menghampiri Ibu. Ibu datang kepadaku, dan langsung memelukku. Ya Allah… ibu menangis tersedu-sedu sambil memelukku. “Mamah kenapa? Mamah kenapa?” pertanyaanku tak dijawab olehnya, namun aku sangat bisa merasakan sakit yang ia rasakan. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, aku bingung, apa yang harus aku lakukan!

Ibu melepaskan pelukannya, ia berjalan ke sofa di ruang tamu dan duduk di sana. Aku menghampirinya seraya berkata, “Mamah, boleh Aa pinjem HP-nya?”. Ibu tidak berkata satu kata pun. Tetapi aku terus memohon pada ibu untuk memberikan HP-nya. Tidak sabar, aku mengambil HP digenggaman ibu dan ternyata SMS-nya belum ia hapus. Aku membacanya dengan serius, sangat serius. “Assalammualaikum… Bibah, saya rasa pernikahan kita tidak bisa berlangsung lama. Karena beberapa hal, saya menalak tiga kamu sejak dikirimkannya SMS ini. Wassalam. Kus”. Setelah membaca SMS itu, aku tetap saja tidak mengerti. Aku tetap tidak mengerti apa yang sedang terjadi. “Kenapa papah nge-SMS gitu? Apaan itu talak tiga? Apa hubungannya sama pernikahan? Atau jangan-jangan…” Ya Allah, aku membutuhkanmu…

Susahnya Bangun Pagi, Bukan Masalah!


Apakah Anda memiliki kebiasaan buruk selalu bangun tidur di siang hari. Dengan gejala mata yang tidak bisa dibuka dan tubuh enggan untuk bergerak pada waktu subuh. Apakah Anda pernah membaca kutipan Ippho Santosa di atas, bagaimana tanggapan Anda? Tenang-tenang, Anda bukanlah satu-satunya orang yang mungkin pernah memiliki kebiasaan buruk itu, saya juga pernah kok. Pernah selalu bangun siang, dan saya pun pernah membaca kutipan di atas. Bagaimana ekspresi saya? Sontak saja saya kaget ketika membaca untuk pertama kalinya. Saya pun langsung bergegas mengambil wudlu dan segera menunaikan solat subuh.

Waktu menunjukan pukul 05.49 WIB kala itu. Biasanya, ketika baru bangun tidur, gawailah yang pertama menjadi incaran. Alasan klasik menjadikan gawai sebagai ‘yang pertama’ adalah untuk mematikan alarm walaupun kemudian tidur lagi. Jika tidak tidur lagi, biasanya langsung mengecek kolom pemberitahuan di setiap media sosial dan berharap ada sesuatu tentang “dia” pagi ini.
Saya jadi malu sendiri jika mengingat hal itu. Malu, sangat malu… Calon imam keluarga seperti apa jika kelakuannya seperti ini? Jika ditanya apa-apa saja yang menjadi target kehidupan, maka jawabannya selangit. Membara layaknya Bung Tomo yang mengharapkan kemerdekaan di jamannya. Namun, tindakan di setiap pagi harinya tidak mencerminkan sedikit pun semangat perjuangan. Boro-boro untuk solat subuh, hal-hal dunia yang lainnya pun biasanya ditinggalkan hanya demi bisa menikmati tidur sampai siang.

Jika Anda mau berubah, saran saya kuatkanlah diri Anda untuk berubah dan yakinlah bahwa Anda bisa berubah. Psikologis Anda butuh dukungan? Mudah saja, Anda tidak perlu meminta bantuan orang lain untuk membangunkan dan menyemangati Anda tiap paginya. Karena ada kemungkinan teman Anda pun sama ‘siangnya’ seperti Anda. Lalu bagaimana? Saran saya, selain niat untuk menjadi pribadi yang lebih segar, sehat, dan tampil menarik karena terbiasa bangun pagi sudah kuat dan mantap, silahkan cetak kutipan di atas dengan desain atau template sesuai selera Anda, kemudian tempelkan di dinding searah dengan posisi tidur Anda. Ketika Anda terjaga, pastikan Anda dapat dengan mudah membaca kutipan tersebut. Mudah kan? Yuk, mari kita coba bersama-sama! ^^

Awalnya, Anda tidak merasakan perubahan yang signifikan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Anda pun akan sadar. Otak Anda pun akan berpikir/mencari jawaban atas pertanyaan, “Benarkah saya harus tetap bangun siang?”. Satu hal lagi, resep ini bekerja hanya untuk mereka yang memiliki niat untuk menjadi pribadi sukses dunia akhirat dari sekarang untuk selamanya. Dijamin, ampuh! Semoga Allah melimpahkan hidayahnya kepada kita. Amiin. ^^

Pentingnya Sebuah Kartu Nama

Kartu nama buatan saya sendiri dengan menggunakan piranti Microsoft Power Point, jika Anda ingin saya buatkan kartu nama yang sederhana seperti di atas, saya senang dan siap membantu.


Tepatnya sebulan yang lalu saya mengikuti sebuah seminar berbau karir yang diselenggarakan oleh teman-teman Matematika Unpad. Dalam acara itu saya sempat berbincang dengan seorang trainer dan berhasil mencatat amanat beliau tentang betapa pentingnya proses personal branding. Di dalamnya terdapat proses memasarkan ‘diri’. Bagaimana Anda memastikan bahwa orang lain mengetahui bahwa diri dan kemampuan Anda berharga jika Anda tidak memasarkannya? Dan salah satu cara untuk memasarkan diri dengan cara efektif adalah dengan memproduksi dan membagikan kartu nama Anda. Kartu nama merupakan hal kecil yang bermanfaat besar dalam perluasan jaringan bisnis Anda.

Kamis, 25 Desember 2014

Aku Bangkit Untukmu, Inilah Jalan Hidupku


 Suasana siang itu sangatlah panas. Tidak ada sedikit pun angin yang berhembus seperti biasanya. Di rumah hanya ada aku, ibu, dan adikku. Ayahku sudah meninggalkan kami selama satu minggu. Selalu terlintas dalam benakku bayangan ketika ayah bergegas pergi kala itu. Dia membawa banyak pakaian dan segera menghidupkan sepeda motornya. Kala itu usiaku masih berusia 11 tahun. Namun, aku pun sudah mengerti, bahwa ayah tidak pergi untuk bekerja seperti biasanya. Ketika aku bertanya, “Mamah, papah mau pergi kemana?” Ibu hanya menggelengkan kepala, dan tak lama kemudian… dia menangis. Sejak saat itulah, aku jadi enggan mempertanyakan hal itu lagi.

Ibu adalah manusia yang tegar dan ketegarannya sangat terasa olehku. Ibu membuat suasana rumah seakan seperti biasa saja dan sedang tidak terjadi apa-apa. Sebuah sikap yang luar biasa karena kejadian yang menyakitkan telah terjadi dan memberikan pengaruh besar pada kehidupan keluargaku kini. Sebuah kejadian yang membuat aku ingin menjerit sekeras-kerasnya.

Pada saat itu, aku masih duduk di kelas 5 SD di pusat kota. Untuk pergi ke sekolah, aku harus menggunakan jasa transportasi umum selama 15 menit. Dulu, kendaraan belum seramai sekarang. Sepeda motor hanya milik masyarakat menengah ke atas. Di lingkungan tempat tinggal kami, mayoritas penduduknya menggantungkan hidupnya dengan bermata pencaharian sebagai karyawan swasta. Sehingga, saat itu belum banyak keluarga yang memutuskan untuk membeli kendaraan pribadi. Angkutan kota, cukup menjadi jasa antar mereka kemana-mana.

“Mamah, aku berangkat sekolah dulu.” ucapku sambil mengenakan sepatu di teras rumahku. “Iya, hati-hati di jalan ya.” Jawab ibuku. Ia berjalan menghampiriku dengan menuntun si kecil yang masih mengantuk. Adikku masih berusia dua tahun setengah, berjalan sempoyongan dituntun ibu karena baru bangun tidur. Memang, telah menjadi kebiasaan bagi si kecil selalu ingin dadah ke kakaknya setiap mau berangkat ke sekolah. “Mamah mamah, Aa mau cekolah yah.” tutur si kecil. Ibuku menggendong dan menciumnya seraya berkata, “Iya de, Aa mau sekolah. Dede mau ikut?” “Iya mau, dede ikut.” jawabnya lantang. Aku tertawa saat itu, begitu pun ibu. Si kecil mana mengerti, mukanya nampak bingung. Mungkin bingung alasan mengapa kami tertawa saat itu. Aku mencium tangan ibu dan si kecil mencium tanganku. Aku berangkat ke sekolah diiringi doa dari ibu, dan dadah dari adikku. Kata ibu, setelah ritual dadah kepadaku, biasanya si kecil langsung tidur lagi. Ia hanya bangun untuk dadah padaku saja. Saat ibu menceritakan tingkah si kecil pada siang hari, aku sering kali terharu dan sering menciuminya saat malam ketika dia sudah terlelap. Aku sangat menyayangi adik perempuanku satu-satunya itu.

Seminggu telah berlalu, mulai ada perasaan ganjil di rumah. Kini, ibu tidak setenang biasanya. Bahkan, sewaktu-waktu aku secara tidak sengaja memergoki ibu sedang menangis: di dapur ketika memasak dan pada saat menemani si kecil tidur. Saat itulah aku berpikir bahwaada hal yang tidak beres melanda keluargaku. Sikap ibu memaksaku untuk diam. Diam saat si kecil sering bertanya kepadaku, “Aa, papah kemana?” secara tiba-tiba. Setiap adikku bertanya, aku hanya diam. Seiring berjalannya waktu, aku justru sering kali berbohong kepadanya. Aku berkata dengan lembut, “Papah lagi kerja de”. Adikku hanya menjawabnya dengan, “Ooh…” saja. Begitu saja setiap harinya. Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena ibu pun tidak menjawab pertanyaanku tentang ayah.

Si kecil semakin rewel akhir-akhir ini. Ibu pun menjadi mudah marah, tidak seperti biasanya. Saat aku tatap raut wajahnya, aku bisa merasakan ada beban yang sangat berat yang sedang dipikulnya. Suasana rumah menjadi lebih mencekam, tidak seceria dulu saat ayah masih ada. Dulu, saat ayahku masih berkumpul bersama kami, setiap sore tepatnya ba’da ashar dia sering memutar musik-musik kesukaan si kecil atau yang lainnya seperti Qasidah bahkan Tilawatil Qur’an. Ia sering membeli kaset DVD sepulang kerja dan kami pun senang saat ayah membeli kaset baru. Apalagi DVD kartun kesenanganku. Namun, kini setiap senja suasana rumah menjadi aneh. Rasa-rasanya, hanya suara tangisan si kecil saja yang terus mengisi waktu. Sejak saat itu, aku berubah menjadi pendiam. Teman-teman sepermainanku menjadi tidak nyaman dengan sikap baruku itu. Ibu terlihat lebih sibuk karena harus menjadi pedagang pakaian keliling sehingga jarang berada di rumah. Kulitnya memerah karena terus ditempa panas terik matahari. Si kecil pun sama, tempat bermainnya kini menjadi dimana-mana karena selalu ikut ibu kemana pun ibu pergi. Sepulang sekolah, sering kali kudapati rumah sepi dan kosong. Ibu masih menjalankan aktivitasnya sebagai pedagang pakaian kredit keliling. “Ini pasti gara-gara papah!” Gumamku kesal.

Senja pun berlalu, ibu dan si kecil pun tiba di rumah. Ibu nampak lusuh, sedangkan si kecil langsung bermain seakan tidak mengenal rasa letih setelah seharian diajak keliling di bawah terik matahari. Kini, ibu jadi jarang berkomunikasi dan becanda kepadaku. Kesehariannya adalah berangkat pagi dan pulang sore. Merasakan letih dan badan yang sakit, ibu selalu tidur sore-sore. Selepas isya, ibu langsung tertidur pulas. Aku mengerti kondisinya, niatku untuk kembali menanyakan tentang ayah pun urung dan luluh seketika. Setiap malam, aku tidur dalam gejolak jiwa yang aku sendiri bingung. Aku terlalu lemah untuk mencari jawaban saat itu. Ya Allah, aku membutuhkanmu…
Bersambung…

Harus Berpikir Produktif!

Revolusi mental sangat mutlak harus dilakukan oleh mahasiswa. Mental kekanak-kanakan yang sudah melekat di dalam diri harus segera dihilangkan. Cukup sampai bangku SMA kita dimanjakan oleh situasi. Serta cukup sudah bagi kita untuk meletakan tangan di bawah alias selalu meminta kepada orang tua, guru, dan masyarakat. Hal sederhana yang bisa mahasiswa lakukan sebagai bentuk pengaplikasian dari revolusi mental salah satunya adalah mengamalkan berpikir hemat, cermat, dan bersahaja (Dasa Darma Pramuka ke-7)

Di usianya yang sudah menginjak dewasa, mayoritas mahasiswa masih berperilaku konsumtif. Jika mahasiswa ibarat sampel dari populasi penduduk Indonesia, maka kita dapat berkaca pada Jepang. Mayoritas penduduknya lebih tertarik pada bagaimana menciptakan sesuatu, daripada bagaimana memiliki sesuatu. Oleh sebab itu, seluruh dunia tahu bahwa Jepang adalah negara yang produktif. Kini saatnya mahasiswa secara perlahan mengubah paradigma berpikirnya dari konsumtif menjadi produktif. Jika masih belum mampu produktif, kembalilah ke saran saya di atas yaitu menahan diri untuk mengikuti keinginan semata. Namun, itu bukanlah suatu perkara yang mudah. Perlu adanya revolusi mental yang bersumber dari hati sanubari masing-masing. Dan itu bisa dipancing dengan cara membiasakan diri.

Jumat, 12 Desember 2014

"A. Muslim Photography" Sebagai Bentuk Apresiasi

Arif dan Anglia, sedang melakukan pemanasan sebelum latihan gladi resik pementasan mandiri Kandaga Lises Unpad 2014

Saya suka foto. Saya senang memotret sebuah momen yang saya anggap ‘layak’ untuk diabadikan. Saya tidak terlalu terbebani dengan perangkat kamera. Apapun yang ada di genggaman saya, tak peduli itu handphone maupun kamera DSLR jenis atau merk apapun akan saya gunakan untuk memotret. Cukup bagiku sebuah lensa untuk merekam objek dan Adobe PS serta LR untuk mempercantiknya.

Mata kuliah fotografi yang saya dapatkan di semester lalu pun berdampak besar bagi hobi saya yang satu ini. “Aziz Muslim Photography” pun saya persembahkan sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi kepada Dosen mata kuliah fotografi saya (Pak Aceng Abdullah). Saya masih belajar, dan saya yakin belajar tidak akan pernah ada hentinya. Terima kasih atas ilmu yang telah diwariskan saat di kelas. Saatnya bagi saya mengamalkannya di kehidupan sehari-hari berbaur dengan lingkungan masyarakat.

Selamat mengapresiasi karya-karya saya. Banyak hal yang tak mampu mata saya lihat dan hati saya rasa dalam sebuah karya. Untuk itu selamat menikmati dan mengapresiasi.

-------------
A. Muslim | Photography

Senin, 08 Desember 2014

Birokrasi



Birokrasi merupakan bagian dari dimensi organisasi. Sesuatu yang berperan sebagai penentu keefektifan proses berorganisasi. Tentunya, hal ini merupakan sebuah ilmu pengetahuan teoritis praktis yang perlu dipelajari oleh para pelaku organisasi dan diketahui masyarakat luas. Birokrasi sangat berperan dalam proses berorganisasi. Dengan kedekatan masyarakat dengan proses birokrasi, hal tersebut menjadi salah satu penyebab kebanyakan orang melupakan kerumitan dan kompleksitas birokrasi. Sehingga, birokrasi sebatas diketahui dalam tingkat pelafalan saja. Hal tersebut terbukti dari beberapa kalimat pernyataan yang mungkin saja sering kita dengar di lingkungan sekitar seperti, “Birokrasinya kurang memuaskan”, “Gak suka sama pemerintah Kota X, birokrasinya ribet banget”. Masyarakat mayoritas (awam) memandang birokrasi sebagai suatu proses. Mereka menjuruskan birokrasi sebagai suatu standar operasional saja. Hal itu jelas merupakan pekerjaan rumah bagi para ilmuwan, akademisi, dan sekelompok orang yang memahami perihal birokrasi. Hal ini menjadi penting supaya tidak adanya kesalahpahaman paradigma dalam memandang birokrasi.

Birokrasi bukanlah sesuatu yang sederhana sehingga dapat dipandang sebelah mata. Dalam kehidupan berorganisasi, birokrasi harus tetap ada, karena mereka adalah struktur yang mengikat organisasi, tanpa birokrasi maka tidak akan ada aturan yang membatasi dan mengatur pergerakan organisasi. Untuk mengetahui birokrasi, kita dapat memulai mengajinya dari fungsi organisasi, struktur birokrasi dalam organisasi, dan tentunya kelebihan dan kekurangannya.

Beberapa ahli memandang birokrasi dari berbagai perspektif keilmuan masing-masing. Atas dasar itulah, pandangan mereka dipengaruhi oleh situasi lingkungan atau objek penelitian mereka kala itu. Para ahli tersebut adalah Karl Marx dengan struktur kemasyarakatan, Max Webber yang menganggap birokrasi sebagai aturan, Robert K. Melton dengan teori struktural fungsionalisme yang dia hubungkan dengan birokrasi, dan Martin Albrow dengan tujuh cara pandang dalam memandang birokrasinya. Para tokoh yang tersebut telah membantu kita dalam memahami birokrasi dan seluk beluknya dari berbagai perspektif yang mereka tawarkan. Keefektifan proses birokrasi tentunya tidak mutlak tingkatannya. Itu disebabkan bahwa birokrasi seyogyanya bersifat elastis di dalam tubuh berbagai organisasi.

Rabu, 03 Desember 2014

Mahasiswa Peduli, Apakah Bisa?

Pada dasarnya, manusia memiliki rasa empati di dalam hatinya. Hal itu menyebabkan mahasiswa terkadang galau karena ada tuntutan harus peduli kepada sesama/masyarakat di antara kesibukan kuliah dan aktivitas organisasi lainnya. Namun, banyak cara yang bisa memprakarsai mahasiswa untuk melakukan pergerakan di ranah sosial yang dimaksudkan di atas. Salah satunya adalah turut aktif dalam program yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang bernama Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
            Program itu menimbulkan daya kompetisi dari tiap-tiap Perguruan Tinggi untuk menjadi yang terbaik dalam kepeduliannya kepada masyarakat. Pihak Perguruan Tinggi pun menjanjikan hadiah kepada mahasiswa jika bisa masuk Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) yang merupakan puncak dari program itu. Hadiah yang ditawarkan dapat berupa uang maupun jaminan nilai tinggi pada mata kuliah tertentu. Mahasiswa mana kiranya yang tidak tertarik dengan hadiah yang disebutkan di atas?
            Sistem di Perguruan Tinggi harus konsisten meningkatkan kualitas dan kuantitas program yang melibatkan masyarakat. Walaupun terkesan pamrih dalam proses pengabdiannya, namun itu merupakan sebuah langkah yang baik. Karena, sesuatu yang awalnya dipaksakan namun dilakukan secara konsisten akan menjadi sebuah kebiasaan/budaya. Tentunya bukan budaya pamrih yang diharapkan, melainkan budaya berkompetisi dalam sebuah gagasan berbau pengabdian kepada masyarakat atau kepedulian terhadap sesama.