RELASI PIKIRAN,
BAHASA, DAN REALITAS
Keterkaitan antara pikiran, bahasa,
dan realitas selalu kita tunaikan dalam berbagai hal di kehidupan walau tidak
semua orang menyadarinya. Ketika saya berkumpul bersama kawan di taman, saya bisa
berpikir tentang warna baju dan mengucapkannya dengan bahasa Indonesia bahwa, “Baju
dia berwarna merah.” Saya tidak bisa menarik kesimpulan serta mengucapkan
dengan bahasa jika dia menggunakan baju warna kuning. Kasus ini telah dikaji
oleh para ahli seperti Ferdinand de Saussure (1857-1913). Dia mengatakan bahwa
bahasa merupakan sarana ekspresi.
Kita harus mengetahui alur dari
kajian ini dengan mengetahui dan memahami bahasa, pikiran, dan realitas. Demikian
supaya memudahkan kita mengetahui keterkaitan diantara ketiganya.
Untuk memaknai bahasa, secara garis
besar ada dua paham tentang bahasa, yakni instru-mentalisme dan determinisme.
Perbedaan diantara kedua paham tersebut hanya terletak pada persepsi kegunaan
bahasa tersebut. Instru-mentalisme menganggap bahasa sebagai sarana
pengungkapan ekspresi, pikiran, dan emosi. Sedangkan determinisme menganggap
bahasa sebagai syarat mutlak untuk berpikir. Instru-mentalisme memiliki makna
bahwa bahasa bukan merupakan sarana
utama untuk menuangkan hasil pemikiran. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa
menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara
(Bachman, 1990). Seseorang yang sedih pun tak perlu membahasakan dengan lisannya, namun cukup dengan tangisan ataupun mimik
muka yang cemberut atau nampak masam. Maka, Poespoprodjo (1999) mengatakan
bahwa, paham intru-mentalisme lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, tetapi
tetap terasa pula dalam (kebanyakan) praktek karya ilmiah. Paham determinisme
berkata lain tentang bahasa. Itu mendefinisikan bahwa bahasa merupakan syarat
bagi kita untuk menuangkan hasil pemikiran. Jika tidak ada bahasa, maka hasil
pemikiran kita tidak akan tercurahkan.
Sebagian orang berpendapat bahwa
berpikir merupakan awal dari semua proses realitas. Mungkin mereka menganggap adanya
printer terlahir karena pikiran. Padahal lahirnya printer karena mereka telah
mengetahui efektivitas kerja dari realitas printer tersebut. Manusia berpikir
untuk menyelesaikan permasalahannya, yaitu pemborosan waktu, tenaga, dan kertas
akibat mesin tik (realita). Maka, kenyataannya realitaslah awal dari semua proses
tersebut. Realitas merupakan sumber pikiran. Hal itu disebabkan berpikir adalah
proses menerima, dan realitas sebagai pendatang dan sumber pemikiran. Sebagai
penerima, berpikir berfungsi sebagai suatu proses tanggapan kepada realutas
yang ia dapatkan dari panca inderanya. Dengan kata lain, sungguh tidak
dianjurkan jika kita berpikir semena-mena tanpa memikirkan apa yang realitas
ungkapkan pada diri kita.
Realitas merupakan sumber,
perangsang, penarik minat otak kita untuk berpikir. Realitaslah yang mampu
mengetahui sejauh mana pengetahuan dan memori kita terhadap realita di depan
kita. Realitas sejatinya merangsang pikiran untuk mencari ungkapan yang tepat
dengan dituangkannya pikiran atau realitas. Sehingga apa yang realitas katakan
dapat dibahasakan oleh pikiran kita dan dikomunikasikan kepada orang lain.
Bahasa merupakan jawaban manusia terhadap panggilan realitas kepadanya
(Poespoprodjo,1999).
Maka benar jika dikatakan bahwa ada
relasi antara pikiran, bahasa, dan realitas. Tidak akan ada bahasa dan pikiran
jika tidak ada realitas. Daur dari hubungan tersebut akan terus berlangsung
karena realitas tidak akan pernah habus dipikirkan dan diungkapkan.
Referensi
Poespoprodjo, W. 1999. Logika Scientifika
Pengantar Dialektika Ilmu. Bandung: Pustaka Grafika.
Gambar dari :http: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQF7cslrASRvE6Md42M2_psSbt7aC53nUVmhKwtGnejAmnWUugSgDB1xz9gKo_hvtHX5-GoPmaFvA3CN-LXVRG01veTUSLyCZFZyrm-0fkaf6M-hJqpTReJlXE-qjKikWW9ar1ouYnpW8/s1600/logika.jpg
Gambar dari :http: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQF7cslrASRvE6Md42M2_psSbt7aC53nUVmhKwtGnejAmnWUugSgDB1xz9gKo_hvtHX5-GoPmaFvA3CN-LXVRG01veTUSLyCZFZyrm-0fkaf6M-hJqpTReJlXE-qjKikWW9ar1ouYnpW8/s1600/logika.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar