Jumat, 18 Oktober 2013

Cerpen: Aku Cinta Unpad





Alkisah, kegiatan lomba tingkat universitas sedang marak-maraknya. Di Indonesia terdapat banyak sekali universitas. Universitas itu kini memenuhi tiap sudut berbagai kota. Namun, hanya UI, UGM, ITB, dan Unpad yang berhasil mengepakan sayapnya ke tingkat internasional.
Hari yang di nanti pun tiba. Keempat mahasiswa itu harus meninggalkan ibu pertiwi untuk mengikuti perlombaan di luar negeri. Semuanya nampak siap. Siap untuk membuktikan bahwa universitas mereka itu yang terbaik se-Indonesia. Pilot pun telah menunggu mereka di pesawat.
Setelah mengenakan parasut, mereka bergantian masuk Namun sayang, pesawat itu tidak memiliki alas, sehingga 2 jam perjalanan akan mereka habiskan dengan menggantung di besi pesawat.
"Mungkin ini adalah ujian bagi saya, saya harus bisa membuktikan kepada mereka bahwa saya adalah yang paling tangguh disini." Ambisi dari masing-masing peserta ikut membara.
Mereka sama sekali tidak diberi tahu bahwa ada ujian seperti ini. Namun, ini bukanlah masalah besar bagi mereka. Mahasiswa tersebut sempat berbincang-bincang. Yang pastinya tentang keunggulan dari universitasnya masing-masing. Hanya Unpadlah yang berdiam diri dan hanya tersenyum. Mahasiswa Unpad itu memiliki sifat pendiam dan pemalu. Pesawat pun terus terbang tinggi membelah angkasa. Jika mereka ada di atas laut, maka mereka akan membicarakan laut. Begitupun ketika melihat hutan, perkantoran, rumah sakit, daerah budaya, negara-negara yang berbeda. Mereka terus membahas itu secara bergantian bahkan saling memotong pembicaraan kawan sekaligus rivalnya tersebut. "Pokoknya, universitasku memiliki fakultas-fakultas terbaik yang ada relevansinya dengan apa yang mereka lihat." Gerutu dari masing-masing mahasiswa yang mengobrol. Mahasiswa Unpad yang kebetulan menggantung di besi paling belakang hanya tersenyum dan mendengarkan dengan asyik celotehan kawan-kawannya.

Tiba-tiba pilot pesawat tersebut menghentikan pembicaraan mereka. Itu sangat mengagetkan bagi mereka. Mahasiswa Unpad kini berubah memasang mimik serius, dia menyimak gerak-gerik pilot itu. Karena kemarin dia menerima mata kuliah tentang pesan non verbal dari dosen komunikasinya. Pilot itu keluar dari kokpit. Dia membuka pintu. Dia menatap keempat mahasiswa itu dengan tatapan serius meski berusaha untuk tersenyum dusta. Mahasiswa Unpad mengetahui itu, Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad meraih peringkat terbaik di Indonesia selama empat tahun berturut-turut. Dia mengetahui bahwa mimik pilot tersebut menandakan ada hal yang tidak beres. Prediksinya benar, pilot pesawat tersebut berbicara dengan terbata-bata. Dia menginstruksikan bahwa pesawat mengalami over-loud. Keempat mahasiswa itu kebingungan. Mereka bingung karena mengerti bahwa harus ada satu yang mengalah dalam hal ini. Terjun berarti mengundurkan diri dalam perlombaan. Tiba-tiba suasana kabin pesawat nampak gaduh ketika perut pesawat terbuka. Angin kencang langsung mengganggu fokus mereka, sehingga mereka bergoncang hebat dibuatnya. Semua mahasiswa tidak tenang karena jika mereka melepaskan pegangannya, maka mereka akan langsung terjun dan dianggap mengundurkan diri dari perlombaan. Tiba-tiba mahasiswa UI berkata,
"Maaf teman-teman, aku tidak bisa mengalah tentang hal ini. Universitasku terlalu baik untuk mengundurkan diri. Namanya saja Universitas Indonesia. Aku harus menuntaskan amanat ini teman-teman. Apa yang harus aku jelaskan jika aku mengundurkan diri? Bukankah aku adalah maskot dari Indonesia?"
Teman-temannya mengangguk tanda menyetujui argumen darinya. Kemudian mahasiswa UGM menghentikan keheningan dengan berkata,
"Aku juga sama teman-teman. Aku tidak bisa mengundurkan diri. Walaupun kampusku tidak berada di kawasan ibu kota, namun kalian pasti tahu kan bahwa aku kampusku juga sangat berprestasi dimana-mana? Aku juga malu jika aku mengundurkan diri, apa yang harus aku jelaskan kepada rektor yang mengamanatkan ini kepadaku? Aku tidak ingin menyianyiakan kepercayaannya."
Kata-katanya sangat halus, membuat teman-teman yang lain sangat terharu. Terharu mengakui keberhasilan dan prestasi UGM selama ini. Namun, tiba-tiba mahasiswa ITB pun memotong rasa haru tersebut dengan berkata,
"Maaf teman-teman, aku juga tidak bisa melakukan ini. Aku tidak mungkin menyerah. Selama di kampus, kami dicetak menjadi insan-insan yang kuat, mandiri, dan bermental pemenang. Dalam teknologi kami unggul. Saya malu jika saya harus mengundurkan diri karena betentangan dengan prinsip belajar saya di kampus. Maaf teman-teman, saya tidak bisa mengundurkan diri saya."
Setelah ketiga mahasiswa tersebut selesai berargumen dengan alasan masing-masing. Mereka serempak menatap kepada mahasiswa Unpad yang dari tadi berada di ujung besi tempat mereka menggantung. Tatapan tersebut tajam dibalut dengan rasa serba salah karena sesungguhnya mereka juga tidak tega jika Unpad harus terjun. Mereka telah menganggap Unpad sebagai saudara. Walau sisi lainnya meyakinkan mereka bahwa tidak ada cara lain. Unpad terjun, atau tidak ada perlombaan sama sekali. Mahasiswa Unpad hanya tersenyum bingung. Dia berpikir bagaimana menyiasati kejadian tidak baik ini. Semua ini tidak adil baginya. Maka, dia pun mencari keadilan dengan berkata,
"Baiklah teman-teman,aku rela mengundurkan diri dari perlombaan ini. Sama sekali tidak mengurangi rasa hormatku kepada kalian, universitasku tetap menjadi universitas terbaik di Indonesia bahkan sebelum ada perlombaan ini. Jadi, silahkan kalian terus lanjutkan perlombaan ini. Kembalilah dengan membawa nama baik Indonesia. Saya titip Indonesia di pundak kalian teman-teman. Janganlah kalian hanya fokus mencintai universitas kalian saja. Karena, di universitas kalian menghabiskan waktu hanya 3-4 tahunan, namun di Indonesialah kalian mengawali dan mengakhiri kehidupan kalian. Luruskanlah niat kalian untuk mengharumkan Indonesia di perlombaan nanti."

Mahasiswa UI, UGM, dan ITB terharu mendengarkan kata-kata terakhir dari temannya. Mata mereka berkaca-kaca. Mereka pun bertepuk tangan sehingga mereka terjun bebas di udara. Ketiganya membuka parasut lalu menatap ke atas. Mereka menatap mahasiswa Unpad dengan wajah kebingungan. Mau tidak mau mereka harus merelakan ambisinya kalah dan menyerahkan kepercayaannya kepada Universitas Padjadjaran. Mahasiswa Unpad itu melanjutkan perjalanan dengan tenang. Setelah perlombaan usai, benar saja bahwa Unpad bisa bersaing dan mengalahkan universitas-universitas dari berbagai negara. Unpad pulang dengan bangga karena telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. TAMAT


Tidak ada komentar: