Rabu, 27 Agustus 2014

Bersama Lises Unpad, Saya 'Plesir' Ke Pangalengan

Sabtu, 23 Agustus 2014__Saya mempersiapkan diri untuk keberangkatan ke Pangalengan bersama Lises Unpad. Seperti biasanya, saya merasa tidak perlu memanaskan mesin sepeda motor terlebih dahulu dan langsung saja berangkat dari kontrakan menuju sekretariat Lingkung Seni Sunda Universitas Padjadjaran (Lises Unpad). Dewan Pengurus (DP) dan Dewan Pertimbangan Pengurus (DPP) Lises Unpad akan mengadakan Rapat Kerja Tengah Tahun di kediaman Kang Sonny di Pangalengan. Namun, saya diberikan kesempatan untuk ilu biung (bergabung-red) dengan Akang-Ceuceu Lises Unpad angkatan atas itu.

Mungkin saja ini kebetulan. Pasalnya, kediaman Teh Siska juga di Pangalengan. Tidak terlalu jauh dari kediaman Kang Sonny yang akan dipakai Rakerta kira-kira 1 kilometer. Disanalah rencananya kami (yang tidak mengikuti Rakerta) akan menginap. Tujuan saya kesana memang untuk tafakur alam. Mencoba mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan meningkatkan rasa syukur pada saat menyaksikan keindahan ciptaan-Nya. Saya rasa Pangalengan adalah tempat yang tepat. Ini kali pertamanya saya bisa menyaksikan keindahan Pangalengan secara langsung. Maka, saya sudah mencoba membayangkan keindahannya sebelum berangkat. Yang benar saja, hal pertama yang terlintas di benak saya adalah Susu Pangalengan. Bukan kebetulan, hanya saja sering terlihat penjual susu di pusat perbelanjaan menyerukan yel-yel, “Susu murni KPBS Pangalengan”. Akhirnya, saya tertawa.

Banyak teman di kampus yang berasal dari Kecamatan Pangalengan. Mereka pun sering membandingkan daerahnya dengan Lembang. “Ibaratnya, Pangalengan dan Lembang merupakan kutub utara dan selatannya Bandung” ucap seorang teman. Pada saat itu, entah mengapa saya belum juga iseng mencari tahu kondisi kekinian Pangalengan di internet. Saya hanya mencocokan kondisi Pangalengan dengan Lembang, karena tiga bulan yang lalu saya bisa mengunjungi Gunung Tangkuban Parahu Lembang. Mungkinkah hamparan sayuran di setiap tikungan jalan, suhu yang dingin, masyarakat yang ramah dengan bahasa Sunda dan logatnya yang khas, ataupun makanannya? Saya (sedikit) berpikir keras kala itu mencari titik temu, “Kira-kira Pangalengan itu gimana ya?”. Namun, saya tetap memegang teguh data awal saya: Pangalengan itu gudangnya susu, karena saya belum pernah melihat penjual susu di pusat perbelanjaan yang menyebut dirinya, “Susu Murni dari Lembang”. Walaupun ada, maka tolong garis bawahi perkataan saya, “Susu produksi Lembang kurang Eksis daripada susu Pangalengan karena KPBS udah punya soundtrack.” Saya kembali menertawakan diri saya sendiri.

Masih berkutat dengan persamaan dan perbedaan dua daerah itu, saya pun kembali dipusingkan dengan, “Apa itu kepanjangan dari KPBS?”. Aneka jawaban saya coba cocok-cocokan dengan singkatan itu. Saya masih saja enggan untuk mencari tahu jawabannya di internet. Saya menghendaki: biarlah waktu yang akan menjawabnya. Asal Anda tahu saja, akhirnya saya pun dapat mengetahui kepanjangan dari KPBS langsung dari tangki truk pengangkut susu yang tak sengaja berpapasan di perjalanan menuju ke Pangalengan. Tulisannya cukup jelas, membuat mata saya terbelalak kagum, bahkan berlinang air mata. Saya bersyukur dengan berkata, “Ya Allah, terima kasih atas jawaban-Mu ini”. Kira-kira desain penulisan yang menempel di tangki truk itu seperti ini:


--------------------------------
Berikut ini adalah gambar yang berhasil saya abadikan pada saat keberangkatan dari Jatinangor-Pangalengan:

























--TAMAT--
Selanjutnya, JAMUAN CEU SISKA...

Tidak ada komentar: