Selamat siang Sahabat Aziz di Catatan Kresna :)
Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba
berbagi informasi tentang “Tidak ada malas, melainkan mau atau tidak”. Topik ini
saya rasa cukup menarik, mengingat fakta mengatakan bahwa rasa malas dan minder menjadi alasan utama untuk
tidak melakukan apapun. Kita sering berkomunikasi intrapersonal (dengan
diri sendiri) yang berbunyi, “But i can’t do anything”. Ada dua kemungkinan
yang menjadi penyebab sikap down
seperti itu. Tidak mau melakukan atau mendapatkan sesuatu, opsi selanjutnya adalah mau namun malu-malu.
Ketika dua poin itu menjadi pilihan, namun sesungguhnya pilihan itu hanyalah
satu yaitu Sahabat TIDAK MENGINGINKAN ATAU MELAKUKANNYA. Level hal ini sudah
sangat akut, lebih parah dari sifat malas yang konon katanya sifat malas itu
masih menyimpan hasrat, namun enggan melakukannya di waktu tertentu dan relatif
singkat.
Saya termasuk orang dengan tipikal seperti
itu. Masih perlu banyak belajar untuk menjadi manusia yang bisa menebar manfaat
bagi sesamanya. Caranya mudah, cukup memilih, memberi keputusan, dan
mempertanggungjawabkan keputusan yang telah menjadi pilihannya. Saya mempunyai
contoh yang mudah-mudahan dapat membantu Sahabat dalam mengambil hikmah dari
topik di siang yang penuh dengan keceriaan ini.
(Cerita diambil dari kisah nyata :) Di
universitas yang nun jauh di mato :)
Pada suatu hari, saya berangkat kuliah pada
pukul 07.30 WIB dikarenakan kuliah pertama akan dimulai pada pukul 07.50 WIB.
Dalam benak saya, tujuan saya datang ke kampus hanya untuk mengisi duduk,
mendengarkan, dan mengisi daftar hadir.
Bagaimana dengan berinteraksi dengan sekitar?
Whatever! Saya lebih senang duduk di
bangku yang paling belakang dengan alasan supaya tidak ada teman-teman yang
dapat mengganggu ketenangan saya.
Bagaimana tanggapan dosen? Dosen cuek
bebek aja kok. Saya yakin bahwa mereka juga tidak terlalu peduli tentang
itu. Itu terlihat dari metoda penyampaiannya yang satu arah. Namun, dengan sistem penyampaian seperti itu justru membuat murid pemalas seperti saya
senang karena saya seakan diiringi musik klasik yang membuat saya ingin
bermimpi di dalam kelas.
Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang menemani
alur hidup saya selama ini. Namun, itu berubah ketika teman saya bertanya seperti ini,
“Hey Sahabat, sebenarnya tujuan kamu kuliah itu apa? Apa yang kamu inginkan?”.
Demi Allah saya tidak kaget sedikitpun karena dilontarkan pertanyaan seperti
itu. Aku hanya menjawab dengan tenang (ngantuk), “Ya biasa saja, aku pengen
lulus dalam waktu empat tahun, dan meraih IPK sempurna.”
“Kamu serius mau itu?” sambungnya lagi
“Iya, masalah buat lo? (haha, maklum bahasanya
gue elo gue elo, anak baru gaul siih :P)
“Hahaha, enggak kok Sahabat. Tapi, aku kok
enggak yakin kamu mau hal itu.”
“So tau lu!” (Saya mulai merasa ada maksud
tertentu dari percakapan ini.)
“Iya, nih dengerin ya. Kalau kamu lapar, kamu
pasti ingin makan, karena kamu merasa lapar, apapun pasti akan kamu lakukan
untuk mencukupi keinginan kamu. Sama halnya seperti mimpi dan tujuan hidupmu.
Kalau kamu mau mencapai mimpi itu, lulus dalam waktu empat tahun dan meraih
IPK sempurna, seharusnya sikap dan kelakuanmu sedikitnya bisa mencerminkan
kepada dunia dan dirimu sendiri bahwa kamu itu mau. Kalau kamu tetap
malas-malasan dan kalah sama sikap itu, maka artinya kamu belum dan tidak
menginginkan IPK kamu sempurna.” Dia pergi meninggalkanku seraya tersenyum :)
Saya yang tadinya sedang bobo manja terpaksa
harus mengucek mata dan menggaruk-garuk rambut yang sebetulnya gatal ini.. :)
Perkataan Sahabatku tadi ada benarnya juga. Kalau aku mau, pasti aku akan
melakukan usaha untuk menggapainya. Jika aku tidak mau, maka akupun tidak perlu
repot-repot untuk menggapainya toh AKU ENGGAK MAU... Hemmmm..... Otakku yang
pas-pasan ini berputar kencang sekali. Mesinnya yang overload, semakin loading
tak berujung hingga akhirnya.......TRIINNG! Lampu bohlam muncul di atas
kepala saya.. :P
Semua ini bukanlah kesalahan dosen yang
memberikan kuliah satu arah itu, bukan salah mereka, tapi ini murni karena
kesalahan saya. Saya telah memutuskan untuk hanya diam, dan saya harus
bertanggungjawab dengan segala konsekuensinya, yaitu KEGAGALAN... Saya harus
bisa bangkit, karena saya ingin IPK saya sempurna dan lulus tepat waktu, maka
saya harus mengetahui apa-apa saja faktor yang dapat menunjang dan membantu
saya meraih mimpi tersebut, dan bagaimana trik dan teknik untuk mengefektifkan
waktu dan energi saya untuk menggapainya. Tentunya dengan cara yang tidak
merudikan sesama dan harus dalam koridor jalan yang benar.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang, saya akan bangkit! Karena itu kemauan saya, saya akan
kejar, saya tidak akan berhenti dengan alasan lelah ataupun bosan, karena bagi
saya, SUKSES ITU HARGA MATI!!! Ganbatte..!!! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar