Minggu, 15 Desember 2013

Tidak Ada Malas, Melainkan Mau atau Tidak :)

Selamat siang Sahabat Aziz di Catatan Kresna :)

Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba berbagi informasi tentang “Tidak ada malas, melainkan mau atau tidak”. Topik ini saya rasa cukup menarik, mengingat fakta mengatakan bahwa rasa malas dan minder menjadi alasan utama untuk tidak melakukan apapun. Kita sering berkomunikasi intrapersonal (dengan diri sendiri) yang berbunyi, “But i can’t do anything”. Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab sikap down seperti itu. Tidak mau melakukan atau mendapatkan sesuatu, opsi selanjutnya adalah mau namun malu-malu. Ketika dua poin itu menjadi pilihan, namun sesungguhnya pilihan itu hanyalah satu yaitu Sahabat TIDAK MENGINGINKAN ATAU MELAKUKANNYA. Level hal ini sudah sangat akut, lebih parah dari sifat malas yang konon katanya sifat malas itu masih menyimpan hasrat, namun enggan melakukannya di waktu tertentu dan relatif singkat.

Saya termasuk orang dengan tipikal seperti itu. Masih perlu banyak belajar untuk menjadi manusia yang bisa menebar manfaat bagi sesamanya. Caranya mudah, cukup memilih, memberi keputusan, dan mempertanggungjawabkan keputusan yang telah menjadi pilihannya. Saya mempunyai contoh yang mudah-mudahan dapat membantu Sahabat dalam mengambil hikmah dari topik di siang yang penuh dengan keceriaan ini.

(Cerita diambil dari kisah nyata :) Di universitas yang nun jauh di mato :)

Pada suatu hari, saya berangkat kuliah pada pukul 07.30 WIB dikarenakan kuliah pertama akan dimulai pada pukul 07.50 WIB. Dalam benak saya, tujuan saya datang ke kampus hanya untuk mengisi duduk, mendengarkan, dan mengisi daftar hadir.
Bagaimana dengan berinteraksi dengan sekitar? Whatever! Saya lebih senang duduk di bangku yang paling belakang dengan alasan supaya tidak ada teman-teman yang dapat mengganggu ketenangan saya.
Bagaimana tanggapan dosen? Dosen  cuek bebek aja kok. Saya yakin bahwa mereka juga tidak terlalu peduli tentang itu. Itu terlihat dari metoda penyampaiannya yang satu arah. Namun, dengan sistem penyampaian seperti itu justru membuat murid pemalas seperti saya senang karena saya seakan diiringi musik klasik yang membuat saya ingin bermimpi di dalam kelas.
Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang menemani alur hidup saya selama ini. Namun, itu berubah ketika teman saya bertanya seperti ini, “Hey Sahabat, sebenarnya tujuan kamu kuliah itu apa? Apa yang kamu inginkan?”. Demi Allah saya tidak kaget sedikitpun karena dilontarkan pertanyaan seperti itu. Aku hanya menjawab dengan tenang (ngantuk), “Ya biasa saja, aku pengen lulus dalam waktu empat tahun, dan meraih IPK sempurna.”
“Kamu serius mau itu?” sambungnya lagi
“Iya, masalah buat lo? (haha, maklum bahasanya gue elo gue elo, anak baru gaul siih :P)
“Hahaha, enggak kok Sahabat. Tapi, aku kok enggak yakin kamu mau hal itu.”
“So tau lu!” (Saya mulai merasa ada maksud tertentu dari percakapan ini.)
“Iya, nih dengerin ya. Kalau kamu lapar, kamu pasti ingin makan, karena kamu merasa lapar, apapun pasti akan kamu lakukan untuk mencukupi keinginan kamu. Sama halnya seperti mimpi dan tujuan hidupmu. Kalau kamu mau mencapai mimpi itu, lulus dalam waktu empat tahun dan meraih IPK sempurna, seharusnya sikap dan kelakuanmu sedikitnya bisa mencerminkan kepada dunia dan dirimu sendiri bahwa kamu itu mau. Kalau kamu tetap malas-malasan dan kalah sama sikap itu, maka artinya kamu belum dan tidak menginginkan IPK kamu sempurna.” Dia pergi meninggalkanku seraya tersenyum :)

Saya yang tadinya sedang bobo manja terpaksa harus mengucek mata dan menggaruk-garuk rambut yang sebetulnya gatal ini.. :) Perkataan Sahabatku tadi ada benarnya juga. Kalau aku mau, pasti aku akan melakukan usaha untuk menggapainya. Jika aku tidak mau, maka akupun tidak perlu repot-repot untuk menggapainya toh AKU ENGGAK MAU... Hemmmm..... Otakku yang pas-pasan ini berputar kencang sekali. Mesinnya yang overload, semakin loading tak berujung hingga akhirnya.......TRIINNG! Lampu bohlam muncul di atas kepala saya.. :P

Semua ini bukanlah kesalahan dosen yang memberikan kuliah satu arah itu, bukan salah mereka, tapi ini murni karena kesalahan saya. Saya telah memutuskan untuk hanya diam, dan saya harus bertanggungjawab dengan segala konsekuensinya, yaitu KEGAGALAN... Saya harus bisa bangkit, karena saya ingin IPK saya sempurna dan lulus tepat waktu, maka saya harus mengetahui apa-apa saja faktor yang dapat menunjang dan membantu saya meraih mimpi tersebut, dan bagaimana trik dan teknik untuk mengefektifkan waktu dan energi saya untuk menggapainya. Tentunya dengan cara yang tidak merudikan sesama dan harus dalam koridor jalan yang benar.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, saya akan bangkit! Karena itu kemauan saya, saya akan kejar, saya tidak akan berhenti dengan alasan lelah ataupun bosan, karena bagi saya, SUKSES ITU HARGA MATI!!! Ganbatte..!!! :)


Tidak ada komentar: