“Suasana
interior salah satu bus kota di Kota Kagoshima, saya pun menyempatkan diri
untuk berfoto sebelum saya dan rombongan berkeliling kota”
Assalammu’alaikum,
Selamat
malam Sahabat!
“Tulisan
ini tidak bertujuan untuk membandingkan kondisi bus di sana dengan di Bandung
secara gamblang/langsung. Tidak! Namun saya hanya akan berbagi pengalaman saat
menggunakan transportasi bus saat berkeliling Kota Kagoshima”
Selamat
membaca!
Tidak
ada kondektur di sana, tapi sang supir pun gesit mengatur koper-koper kami di
bagasi. Dia berseragam kemeja putih, berdasi, dan sepatu pantopel yang sangat
mengkilat. Tampilannya persis dengan kaum eksekutif di perkantoran pada
umumnya. Hanya saja yang berbeda ia bertopi dan sarung tangan. Dari raut
wajahnya, saya melihat adanya kebanggaan walaupun berprofesi sebagai supir bus
kota.
Setiap
paginya kami selalu berjalan dari hotel menuju bus yang akan kami tumpangi selama
kurang lebih 100 meter. Sepuluh langkah lagi menuju bus, kami sudah disambut
pria paruh baya dengan pakaian rapi di samping bus. Dia membungkukkan badan dan
berkata, “Ohayo Gozaimasu!” dengan senyum khasnya. Dengan ekspresi ceria dia
langsung membukakan pintu bagasi bus. Walaupun nampak dari wajahnya ada
ekspresi kebingungan karena tidak bisa berbahasa Inggris untk berkomunikasi
dengan kami, namun gesturnya mengarahkan kami untuk segera mengantri dan
mengatur koper kami. Kami mengerti dan kemudian membantunya secara berestafet
dengan pak supir. Sebuah bentuk pengaplikasian nilai gotong royong yang semakin
terkikis di Indonesia sebaliknya justru saya lihat sangat jelas di sini. Hampir
di semua aspek kehidupan, termasuk hal yang sederhana, memasukan koper ke dalam
bagasi. Setelah semuanya selesai, dia pun tersenyum, menatap kami dan berkata
sesuatu dengan bahasa Jepang. Walaupun kami tidak mengerti, saya menangkapnya
mungkin, “Alhamdulillah, sudah selesai. Mari masuk ke Bus!” Haha, itu sih hanya
persepsi saya saja.
Pemandu
kami dari panitia Kagoshima Asian Youth Art Festival yang berjumlah dua orang
pun berbaris di samping pintu dan menghitung jumlah kami. Mereka memastikan bahwa
tidak ada satu pun di antara kami yang tertinggal. Hemmmm... Aroma interior bus
yang khas menjadi mood booster bagi saya. Saya masih ingat kondisi cuaca saat
itu. Matahari yang bersinar terang, indah sekali. Sinarnya memantul seperti
berlian di permukaan air sungai besaar yang membelah kawasan Kagoshima Chuo
Station dan Tenmonkan Area itu. Anginnya pun berhembus merdu. Kami memiliki
banyak cahaya yang menyegarkan pagi itu, tapi suhu saat itu tidak panas justru
sejuk sekali. Kondisi sempurna untuk mengawali aktivitas di pagi hari.
Konfigurasi
tempat duduknya dua-dua (2-2) dan luas. Sofanya empuk, tidak memakai bahan
seperti karpet yang licin, tapi persis seperti sofa bahan kain. Di belakang
kursi yang empuk itu juga disediakan tabloid dan majalah yang diletakan di
belakang kursi yang sengaja memang diperuntukkan untuk kami. Selain itu,
terdapat gantungan yang berfungsi untuk menggantungkan mantel atau jaket di
sana. Serta ada tempat penyimpanan botol portable. Jadi, ketika kita membawa
botol minum ke dalam bus, kita bisa menyimpan botol minum kita di sana. Yang
menarik adalah tidak ada kepulan asap hitam dari knalpot busnya. Suara mesin
yang hampir tidak terdengar pun mendukung kenyamanan berkendara dan berkeliling
di Kota Kagoshima.
Saat
di Indonesia, saya sering sekali naik bus. Entah itu bus AKAP (Antar Kota Antar
Provinsi), AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi), maupun bus kota. Saya merekam
detail secara empiris tentang pelayanan, fasilitas, termasuk desain eksterior
dan interiornya. Selama satu pekan di Kota Kagoshima pun secara otomatis saya
selalu melakukan komparasi dengan kondisi transportasi kota di
Bandung-Jatinangor (area perkuliahan saya). Di Bandung, kita familiar dengan
bus kota Damri. Banyak cerita di dalam Damri, termasuk mungkin ketemu doi di
Damri (Haha, just kidding). Mahasiswa
Bandung coret seperti saya sangat sering memakai jasa transportasi bus Damri
untuk mengantar saya ke pusat Kota Bandung. Jadi, saya selaku penumpang tetap
sarana transportasi Bandung Raya (haha) menginginkan suatu perubahan yang
mungkin salah satu perubahannya mendekati kualitas sarana transportasi negara
lain, atau justru lebih baik. Kalau negara lain saja bisa, lantas kita pun pasti
bisa!
Bus di belakang saya merupakan Sightseeing Kagoshima City's Bus yang memiliki desain eksterior yang unik seperti lumba-lumba. Tak kalah, Bandung pun memiliki Bus Bandros (Bandung Tour on the Bus"
Wassalammu’alaikum
Aziz
Muslim