Jumat, 30 Mei 2014

Silaturahim Ke Kediaman Aktor The Raid 2 Berandal

Pada tanggal 24 Mei 2014, saya mengunjungi kediaman Pak Cecep Arif Rahman. Motifnya adalah untuk mengenalkan sahabat saya kepada beliau. Saya memiliki rasa bangga untuk mengenalkan, karena beliau memiliki prestasi-prestasi yang luar biasa. Belakangan ini, beliau menjadi aktor dalam film The Raid 2 Berandal. Bersama Iko Uwais dan Yayan Ruhiyan, beliau turut menambah greget film aksi bertaraf internasional tersebut.

Motif kedua, saya ingat bahwa pada tanggal 28 Mei 2014 ada acara NgeBatik Asyik Rame-Rame (BATARA) yang diselenggarakan oleh Kelompok Grafis Fikom (KGF). Saya dipercayai untuk mengisi acara pada kegiatan bertajuk pelestarian budaya dengan cara yang menyenangkan tersebut. Sehubungan dengan hanya pencak silat yang dapat saya tampilkan, akhirnya terlintas dalam benak saya bahwa inilah saat yang tepat untuk berlatih dengan guru yang tepat pula. Hal ini didukung oleh cuaca yang tidak mendukung. Memang sedikit aneh kalimat yang tadi. Didukung, namun tidak mendukung. Pasalnya, jika pada hari itu hujan tidak turun, maka saya pun akan memutuskan untuk pulang lebih awal. Karena, setiap sore saya selalu menyempatkan waktu untuk berlatih tari Ronggeng Panggung di Lingkung Seni Sunda Universitas Padjadjaran (Lises Unpad). Apalagi, pada Jum’at ini kelompok ronggeng kami diagendakan untuk mengikuti materi bersama pelatih, atau istilah di Lises yang lebih familiar disebut dengan cut to cut.

Saya berpikir keras saat latihan. Mengingat bahwa saya adalah orang yang mencintai kesempurnaan, maka saya pun meminta saran dari Pak Cecep Arif Rahman untuk kesempurnaan tampilan saya. Saat itulah beliau menggagas inovasi baru dalam bentuk pengoptimalan pola lantai. Namun, itu hanya untuk tampilan tangan kosong saja. Saya pikir dalam acara Batara nanti, saya ingin tampil lebih dari hanya tampilan tangan kosong. Saya menguasai gerakan-gerakan golok dan tongkat. Saya mau menampilkan itu. Namun, saya tidak memiliki senjata-senjata tersebut. Meminjam senjata untuk pementasan adalah motif saya yang ketiga.

Pada tiga hari sebelumnya, saya teringat kepada Dilla dan Didah. Mereka menitipkan uang untuk membeli celana pangsi yang dijual oleh Pak Cecep. Celana pangsi bordir yang membuat penggunanya merasa bangga menjadi bagian dari pelestari budaya asli Indonesia yaitu Pencak Silat.

Hampir tiga bulan saya belum membelikan pesanan dari adik seperguruan saya itu. Dengan berbagai alasan seperti kegiatan-kegiatan di kampus. Walaupun pada bulan Maret, saya menyempatkan diri untuk pulang ke Pangandaran. Namun, saya lupa terhadap pesanan mereka. Dengan kesempatan berkunjung ke kediaman Pak Cecep 23 Mei lalu, saya memutuskan untuk membelikan pesanan adik-adik seperguruan saya. Lucunya, saya hanya menyisakan uang tunai pas-pasan. Sangat pas sekali sehingga uang didompet saya langsung nihil. Teman-temanku pun menertawakanku. Kami pun memulai transaksi seusai latihan. Inilah yang menjadi motif ketiga saya yang tidak terniatkan sebelumnya pada saat kunjungan ke kediaman Pak cecep Arif Rahman.

Seusai bersilaturahim dan berlatih, saya mendapatkan beberapa informasi terkait dengan daya komitmen dan daya gedor saya do dalam proses pencapaian cita-cita saya. Diantaranya adalah kemampuan saya untuk tetap konsisten dalam ranah saya yaitu pencak silat. Beliau mengkritik saya karena adanya resiko jika mengikuti kegiatan yang baru. Hal tersebut disebabkan oleh seringkali manusia melupakan yang telah lalu karena memiliki sesuatu hal yang baru. Saran dari beliau adalah supaya saya tetap konsisten. Professional dan tetap teguh berdiri di ranah saya. Alasan yang saya tangkap adalah lebih baik bergelut di satu bidang kemudian menjadi seorang ahli yang memiliki kekuasaan rujukan, daripada memiliki berbagai kegiatan dengan berharap menjadi seseorang yang multitalent namun karena berbagai alasan yang sekiranya mengganggu seperti cape, jenuh, jadwal yang bertindih dan alasan-alasan lain, jangankan menjadi ahli dari semua bidang yang ia geluti, satu pun tidak ada yang menjamin ia akan sukses. Karena, pikiran dia akan melebar membentuk cabang-cabang yang bisa membawa seseorang itu ke dalam ketidakteraturan hidup.





Tidak ada komentar: