Kamis, 22 Mei 2014

Pandangan Ilmu Komunikasi Mengenai Kelompok


Manusia hidup berkelompok. Sejak lahir manusia sudah hidup berkelompok. Kelompok dalam konteks tersebut adalah keluarga. Keluarga merupakan bagian dari kelompok dan masuk ke dalam kategori kelompok primer. Dengan memiliki keluarga, maka manusia akan menjalankan peran dalam kelompok tersebut. Keluarga nerupakan kelompok yang relatif kelompok yang mendasar bagi tiap manusia. Kelompok primer maupun sekunder merupakan wahana yang mampu mewujudkan harapan dan keinginannua dalam hampir semua aspek kehidupan. Masing-masing kelompok memiliki fungsi dan peranan masing-masing yang menyesuaikan dengan kebutuhan mayoritas anggota kelompok. Itulah yang mengakibatkan dari pembentukan sikap anggota kelompok yang secara alami akan berubah mengikuti perkembangan kelompoknya. Mengingat hal tersebut, kajian ilmiah tentang mengenai pengaruh kelompok pada perilaku manusia dimulai dalam dekade 30-an, terutama melalui berbagai studi yang dilakukan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog sosial. Lain halnya dengan Solomon Asch yang juga merupakan psikolog sosial yang memfokuskan kajian kelompok pada penekanan dan konformitas sebuah kelompok. Sementara itu, Kurt Lewin juga menemukan teori dinamika kelompok. (Senjaya, 2007). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bils terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan dan minat kita. Apakah kita mau digolongkan ke dalam golongan orang yang selalu memisahkan diri (over sensitif)? Dengan rasa pertahanan yang berlebihan, kita pun akan pantas disebut sebagai manusia yang antisosial.

Perhatian para ahli komunikasi kelompok terdahulu terhadap teori sangatlah kecil (Goldberg dan Larson, 2011). Walaupun mereka menyadari bahwa teori merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, namun mereka lebih cenderung kepada pengimplementasiannya. Maka, makalah ini mengajak pembaca untuk menyeimbangkan antara teori dan penerapan ilmu komunikasi kelompok pada kehidupan sehari-hari.


Meningkatkan pengetahuan yang berbuah pada meningkatnya kualitas sesorang dalam kehidupan berkelompok adalah tujuan penulisan ini. Saya yakin bahwa ilmu pengetahuan itu tidak dapat hidup sendiri dalam arti betul-betul murni muncul dari pikiran seorang manusia. Karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna dan selalu memiliki banyak kekurangan, maka dari itu saya menghimpun segenap data berupa informasi yang berhasil saya rujuk dan saya rangkum pada karya tulis ini. Harapan yang saya perjuangkan adalah pembaca mampu mengendalikan etika tingkah laku dengan mengetahui norma-norma pada kelompok.

Mari kita mulai dengan mengetahui berbagai definisi kelompok. Bungin (2008) menyebut kelompok sebagai sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih yang memiliki hubungan intensif yang merupakan syarat utama dari adanya kelompok tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa kelompok adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat-istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu. Dalam ilmu sosial seperti psikologi dan sosiologi secara tegas menyebutkan bahwa kelompok bukan berarti sejumlah orang yang berkelompok atau berkerumun bersama-sama di suatu tempat, misalnya sejumlah orang di sebuah ruangan bioskop yang sedang menyaksikan film yang diminatinya. Untuk membedakan kerumunan tersebut atau bukan, maka bisa dilihat situasinya (Effendy, 2003: 71). Namun, bukankah kelompok tersebut terjadi hanya karena kebetulan saja? Mereka tidak saling mengenal, namun sebuah kesamaan minat membuat mereka berkumpul pada suatu tempat dan kondisi tertentu (ruangan dan film bioskop) atau disebut dengan terletak pada situasi kebersamaan (togetherness situation). Jika terjadi interaksi, hanya terjadi pada waktu itu saja dan kemudian berlalu begitu saja. Sedangkan, kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama yang memiliki rasa ketergantungan, menganal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda (Mulyana, 2013: 82).

Komunikasi kelompok merujuk kepada kelompok-kelompok kecil yang memiliki sifat tatap muka yang notabene proses encoding serta pemaknaan dapat teridentifikasi dan ditanggapi secara seketika. Pada kenyatannya, jika kita ingin membahas kelompok, kita tidak hanya dituntut untuk memahami individu-individunya, melainkan lebih fokus kepada proses saling pengaruh mempengaruhi yang terjadi pada kelompok tersebut.

Komunikasi merupakan ilmu yang tidak ada habisnya. Komunikasi merupakan ilmu yang multidisipliner, alhasil definisi-definisi mengenai komunikasi dari berbagai ahli sangatlah beragam. Tidak ada definisi yang sangat benar maupun salah. Masing-masing daripadanya mempunyai penekanan atau titik fokus yang berbeda-beda. Berikut ini adalah karya dari Frank E. X Dance (1976), seorang sarjana Amerika yang menekuni bidang komunikasi. Dia berhasil mengumpulkan 126 definisi komunikasi, dan ia menemukan 15 komponen konseptual pokok dari definisi-definisi tersebut:

1.    Simbol-simbol/verbal/ujaran
      “Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal” (Hoben, 1954)
2.    Pengertian/pemahaman
     "Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh        orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku” (Anderson, 1959)
3.    Interaksi/hubungan/proses
     “Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi” (Mead, 1963)
4.    Pengurangan rasa ketidakpastian
  “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.” (Barlund, 1964)
5.    Proses
    Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain” (Berelsom dan Steiner, 1964)
6.    Pengalihan
    Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang lainnya. (Ayer, 1955)
7.    Menghubungkan
      Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan yang lainnya (Ruesch, 1957)
8.    Kebersamaan
   Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. (Gode, 1959)
9.    Saluran
    Komunikasi adalah alat pengirimana pesan-pesan kemiliteran perintah dan lain-lain seperti telegraf, telepon, radio, kurir, dan lain-lain. (American College Dictionary)
10.  Replikasi memori
    Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dengan tujuan           mereplikasi memori” (Cartier dan Harwood, 1953)
11. Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme terhadap suatu stimulus. (Stevens, 1950)
12.  Stimuli
       Setiap tindakan komunikasi dianggap sebagai penyampaian informasi yang berisikan              stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima. (Newcomb, 1966)
13.   Tujuan
    Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap      penerima dengan tujuan memengaruhi tingkah laku pihak penerima (Miller, 1966)
14.  Waktu
    Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan struktur situasi ke     situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan. (Sondel, 1956)
15.  Kekuasaan
       Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan kekuatan dan kekuasaan                   (Schacter, 1951)


Komunikasi pada Kelompok Primer dan Sekunder
Komponen yang membentuk suatu kelompok adalah rasa memiliki. Maka, dengn kata lain sebanyak apapun kelompok yang kita miliki, namun sejatinya hanya ada beberapa kelompok saja yang mengikat diri kita. Entah itu keluarha, tetangga, maupun teman sepermainan. Yang mana di sana terdapat rasa akrab, nyaman, dan lebih memainkan peran hati kita. Kelompok seperti ini disebut oleh Charles Horton Cooley (1909) sebagai kelompok primer. “By primary group i mean those characterized by intimate face-to-face association and co-operation”. (Rakhmat, 2012: 140). Perbedaan utama yang membedakan kelompok proses komunikasi pada kelompok primer dan sekunder adalah kualitas komunikasi, sifat komunikasi, dan penekanan aspek. Jika dalam kelompok primer, kualitas komunikasi bersifat lebih dalam dan meluas. Dalam dalam artian komunikasi lebih menyentuh dan melibatkan rasa kita. Dan memberikan rasa nyaman walaupun kita mengungkapkan sesuatu simbol yang bersifat privasi. Sedangkan dalam kelompok sekunder, hal-hal seperti itu tidak akan ada. Komunikasi pun lebih didominasi oleh verbal dan jarang sekali menggunakan non verbal (kaku). Pada kelompok primer, yang lebih ditekan adalah aspek hubungan daripada aspek isi. Dalam komunikasi ini, kegiatan berkomunikasi menjadi wahana untuk memerbaiki hubungan dan menguatkan suatu hubungan. 

Karakteristik Komunikasi Kelompok
Kita mampu membedakan kelompok berdasarkan karakteristik yang ada di dalam tubuh kelompok tersebut. Karakteristik inilah yang membantu kita untuk memilih kelompok sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Ronald B. Adler dan George Rodman (Sendjaja, 2002) membagi kelompok ke dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar, kelompok pertumbuhan, dan kelompok pemecahan masalah. Membagi kelompok secara umum, maka kelompok pun terdiri dari beberapa rumpun; pertama adalah kelompok teratur, yaitu kelompok yang dapat dijelaskan strukturnya maupun norma dan peranannya seperti ingroup dan outgroup, kelompok primer dan kelompok sekunder, paguyuban dan patembayan, kelompok formal dan kelompok informal, membership group dan reference group, kelompok okupasional dan volunnteer; kedua, kelompok yang tidak teratur yaitu kerumunan dan publik; ketiga, masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan; keempat kelompok kecil.


Fungsi Komunikasi Kelompok
Bahkan Rasulullah pun bersabda bahwa semua kasus dan peristiwa di dunia ini sekecil apapun pasti memiliki makna yang menyebabkan adanya fungsi bagi manusia dan sekitarnya. Lantas, apa fungsi dari komunikasi kelompok? Dikutip dari perbincangan saya dengan tokoh pemuka agama di Kiara Payung bahwa suatu kelompok dapat dipastikan keberadaannya dari fungsi-fungsi yang telah bahkan akan dilaksanakannya. Dalam kaitannya dengan fungsi sosial, maka fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi (Sendjaja, 2002). Alhasil, fungsi ini memberikan dampak kepada kepentingan masyarakat dan intern dan ekstern kelompok tersebut.

Norma-norma Kelompok
Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya (Bungin, 2008:269). Diketahui bahwa karakteristik komunikasi kelompok dapat dibedakan melalui pemahaman terhadap dua hal, yaitu norma dan peran. Norma-norma sosial (social norm) terdiri dari dua jenis yaitu deskriptif dan perintah. Deskriptif menentukan apa yang pada umumnya dilakukan dalam suatu konteks, sedangkan norma perintah menentukan apa yang umumnya disetujui oleh masyarakat. Keduanya memiliki dampak pada karakteristik manusia pada umumnya, namun jika adanya perbandingan, maka norma perintah mempunyai dampak yang lebih besar.

Peran selalu mencakup tiga hal yaitu peran yang meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat; peran adalah suatu konsep mengenai apa yang dapat individu lakukan dalam suatu masyarakat sebagai organisasi;  peran juga menyangkut perilaku individu yang sangat memengaruhu struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2002:244)

Seorang komunikator harus mengetahui norma-norma dalam suatu kelompok. Norma adalah nilai ukuran hidup yang menentukan mana yang tidak boleh dilakukan (Effendy,2003: 74). Maka norma mempunyai tugas ganda, yaitu sebagai pengikat rasa persatuan dan memperteguh rasa persatuan dalam kelompok.

REFERENSI

Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Senjaya. 2007. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka
Effendy, Onong U. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Rakhmat, Jalaludin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
 
 
 

Tidak ada komentar: