Manusia hidup berkelompok. Sejak lahir
manusia sudah hidup berkelompok. Kelompok dalam konteks tersebut adalah
keluarga. Keluarga merupakan bagian dari kelompok dan masuk ke dalam kategori
kelompok primer. Dengan memiliki keluarga, maka manusia akan menjalankan peran
dalam kelompok tersebut. Keluarga nerupakan kelompok yang relatif kelompok yang
mendasar bagi tiap manusia. Kelompok primer maupun sekunder merupakan wahana
yang mampu mewujudkan harapan dan keinginannua dalam hampir semua aspek
kehidupan. Masing-masing kelompok memiliki fungsi dan peranan masing-masing
yang menyesuaikan dengan kebutuhan mayoritas anggota kelompok. Itulah yang
mengakibatkan dari pembentukan sikap anggota kelompok yang secara alami akan
berubah mengikuti perkembangan kelompoknya. Mengingat hal tersebut, kajian
ilmiah tentang mengenai pengaruh kelompok pada perilaku manusia dimulai dalam
dekade 30-an, terutama melalui berbagai studi yang dilakukan oleh Muzafer
Sherif, seorang psikolog sosial. Lain halnya dengan Solomon Asch yang juga
merupakan psikolog sosial yang memfokuskan kajian kelompok pada penekanan dan
konformitas sebuah kelompok. Sementara itu, Kurt Lewin juga menemukan teori
dinamika kelompok. (Senjaya, 2007). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik
bils terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan dan
minat kita. Apakah kita mau digolongkan ke dalam golongan orang yang selalu
memisahkan diri (over sensitif)? Dengan rasa pertahanan yang berlebihan, kita
pun akan pantas disebut sebagai manusia yang antisosial.
Perhatian para ahli komunikasi kelompok
terdahulu terhadap teori sangatlah kecil (Goldberg dan Larson, 2011). Walaupun
mereka menyadari bahwa teori merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, namun mereka lebih cenderung kepada
pengimplementasiannya. Maka, makalah ini mengajak pembaca untuk menyeimbangkan
antara teori dan penerapan ilmu komunikasi kelompok pada kehidupan sehari-hari.
Meningkatkan pengetahuan yang berbuah
pada meningkatnya kualitas sesorang dalam kehidupan berkelompok adalah tujuan
penulisan ini. Saya yakin bahwa ilmu pengetahuan itu tidak dapat hidup sendiri
dalam arti betul-betul murni muncul dari pikiran seorang manusia. Karena
manusia bukanlah makhluk yang sempurna dan selalu memiliki banyak kekurangan,
maka dari itu saya menghimpun segenap data berupa informasi yang berhasil saya
rujuk dan saya rangkum pada karya tulis ini. Harapan yang saya perjuangkan
adalah pembaca mampu mengendalikan etika tingkah laku dengan mengetahui
norma-norma pada kelompok.
Mari kita mulai dengan
mengetahui berbagai definisi kelompok. Bungin (2008) menyebut kelompok sebagai
sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih yang
memiliki hubungan intensif yang merupakan syarat utama dari adanya kelompok
tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa kelompok adalah
kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat-istiadat dan
sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu. Dalam ilmu
sosial seperti psikologi dan sosiologi secara tegas menyebutkan bahwa kelompok
bukan berarti sejumlah orang yang berkelompok atau berkerumun bersama-sama di
suatu tempat, misalnya sejumlah orang di sebuah ruangan bioskop yang sedang
menyaksikan film yang diminatinya. Untuk membedakan kerumunan tersebut atau
bukan, maka bisa dilihat situasinya (Effendy, 2003: 71). Namun, bukankah
kelompok tersebut terjadi hanya karena kebetulan saja? Mereka tidak saling
mengenal, namun sebuah kesamaan minat membuat mereka berkumpul pada suatu tempat
dan kondisi tertentu (ruangan dan film bioskop) atau disebut dengan terletak
pada situasi kebersamaan (togetherness situation). Jika terjadi interaksi,
hanya terjadi pada waktu itu saja dan kemudian berlalu begitu saja. Sedangkan,
kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama yang memiliki rasa
ketergantungan, menganal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda
(Mulyana, 2013: 82).
Komunikasi kelompok merujuk kepada
kelompok-kelompok kecil yang memiliki sifat tatap muka yang notabene proses
encoding serta pemaknaan dapat teridentifikasi dan ditanggapi secara seketika.
Pada kenyatannya, jika kita ingin membahas kelompok, kita tidak hanya dituntut
untuk memahami individu-individunya, melainkan lebih fokus kepada proses saling
pengaruh mempengaruhi yang terjadi pada kelompok tersebut.
Komunikasi
merupakan ilmu yang tidak ada habisnya. Komunikasi merupakan ilmu yang
multidisipliner, alhasil definisi-definisi mengenai komunikasi dari berbagai
ahli sangatlah beragam. Tidak ada definisi yang sangat benar maupun salah.
Masing-masing daripadanya mempunyai penekanan atau titik fokus yang
berbeda-beda. Berikut ini adalah karya dari Frank E. X Dance (1976), seorang
sarjana Amerika yang menekuni bidang komunikasi. Dia berhasil mengumpulkan 126
definisi komunikasi, dan ia menemukan 15 komponen konseptual pokok dari
definisi-definisi tersebut:
1.
Simbol-simbol/verbal/ujaran
“Komunikasi adalah pertukaran pikiran
atau gagasan secara verbal” (Hoben, 1954)
2.
Pengertian/pemahaman
"Komunikasi adalah suatu proses dengan
mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan
proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang
berlaku” (Anderson, 1959)
3.
Interaksi/hubungan/proses
“Interaksi, juga dalam tingkatan
biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan
kebersamaan tidak akan terjadi” (Mead, 1963)
4.
Pengurangan
rasa ketidakpastian
“Komunikasi timbul didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara
efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.” (Barlund, 1964)
5.
Proses
Komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan
simbol-simbol, seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain”
(Berelsom dan Steiner, 1964)
6.
Pengalihan
Penggunaan kata komunikasi tampaknya
menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang
lainnya. (Ayer, 1955)
7.
Menghubungkan
Komunikasi adalah suatu proses yang
menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan yang lainnya (Ruesch, 1957)
8.
Kebersamaan
Komunikasi adalah suatu proses yang
membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli) menjadi
dimiliki oleh dua orang atau lebih. (Gode, 1959)
9.
Saluran
Komunikasi adalah alat pengirimana
pesan-pesan kemiliteran perintah dan lain-lain seperti telegraf, telepon,
radio, kurir, dan lain-lain. (American College Dictionary)
10. Replikasi
memori
Komunikasi adalah proses yang
mengarahkan perhatian seseorang dengan tujuan mereplikasi memori” (Cartier dan
Harwood, 1953)
11. Komunikasi
adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme terhadap suatu stimulus.
(Stevens, 1950)
12. Stimuli
Setiap tindakan komunikasi dianggap
sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu
sumber terhadap penerima. (Newcomb, 1966)
13.
Tujuan
Komunikasi pada dasarnya penyampaian
pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan memengaruhi
tingkah laku pihak penerima (Miller, 1966)
14. Waktu
Proses komunikasi merupakan suatu
transisi dari suatu keseluruhan struktur situasi ke situasi yang lain sesuai
pola yang diinginkan. (Sondel, 1956)
15. Kekuasaan
Komunikasi adalah suatu mekanisme yang
menimbulkan kekuatan dan kekuasaan (Schacter, 1951)
Komunikasi
pada Kelompok Primer dan Sekunder
Komponen yang membentuk suatu kelompok
adalah rasa memiliki. Maka, dengn kata lain sebanyak apapun kelompok yang kita
miliki, namun sejatinya hanya ada beberapa kelompok saja yang mengikat diri
kita. Entah itu keluarha, tetangga, maupun teman sepermainan. Yang mana di sana
terdapat rasa akrab, nyaman, dan lebih memainkan peran hati kita. Kelompok
seperti ini disebut oleh Charles Horton Cooley (1909) sebagai kelompok primer.
“By primary group i mean those characterized by intimate face-to-face
association and co-operation”. (Rakhmat, 2012: 140). Perbedaan utama yang membedakan
kelompok proses komunikasi pada kelompok primer dan sekunder adalah kualitas
komunikasi, sifat komunikasi, dan penekanan aspek. Jika dalam kelompok primer,
kualitas komunikasi bersifat lebih dalam dan meluas. Dalam dalam
artian komunikasi lebih menyentuh dan melibatkan rasa kita. Dan memberikan rasa
nyaman walaupun kita mengungkapkan sesuatu simbol yang bersifat privasi.
Sedangkan dalam kelompok sekunder, hal-hal seperti itu tidak akan ada.
Komunikasi pun lebih didominasi oleh verbal dan jarang sekali menggunakan non
verbal (kaku). Pada kelompok primer, yang lebih ditekan adalah aspek hubungan
daripada aspek isi. Dalam komunikasi ini, kegiatan berkomunikasi menjadi wahana
untuk memerbaiki hubungan dan menguatkan suatu hubungan.
Karakteristik Komunikasi Kelompok
Kita
mampu membedakan kelompok berdasarkan karakteristik yang ada di dalam tubuh
kelompok tersebut. Karakteristik inilah yang membantu kita untuk memilih
kelompok sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Ronald B. Adler dan George
Rodman (Sendjaja, 2002) membagi kelompok ke dalam tiga tipe, yaitu kelompok
belajar, kelompok pertumbuhan, dan kelompok pemecahan masalah. Membagi kelompok
secara umum, maka kelompok pun terdiri dari beberapa rumpun; pertama adalah kelompok teratur, yaitu
kelompok yang dapat dijelaskan strukturnya maupun norma dan peranannya seperti
ingroup dan outgroup, kelompok primer dan kelompok sekunder, paguyuban dan
patembayan, kelompok formal dan kelompok informal, membership group dan
reference group, kelompok okupasional dan volunnteer; kedua, kelompok yang tidak teratur yaitu kerumunan dan publik; ketiga, masyarakat perkotaan dan
masyarakat pedesaan; keempat kelompok
kecil.
Fungsi Komunikasi Kelompok
Bahkan Rasulullah pun bersabda bahwa semua kasus
dan peristiwa di dunia ini sekecil apapun pasti memiliki makna yang menyebabkan
adanya fungsi bagi manusia dan sekitarnya. Lantas, apa fungsi dari komunikasi
kelompok? Dikutip dari perbincangan saya dengan tokoh pemuka agama di Kiara
Payung bahwa suatu kelompok dapat dipastikan keberadaannya dari fungsi-fungsi
yang telah bahkan akan dilaksanakannya. Dalam kaitannya dengan fungsi sosial,
maka fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan,
persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi
(Sendjaja, 2002). Alhasil, fungsi ini memberikan dampak kepada kepentingan
masyarakat dan intern dan ekstern kelompok tersebut.
Norma-norma Kelompok
Norma
adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu
kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya (Bungin, 2008:269).
Diketahui bahwa karakteristik komunikasi kelompok dapat dibedakan melalui
pemahaman terhadap dua hal, yaitu norma dan peran. Norma-norma sosial (social
norm) terdiri dari dua jenis yaitu deskriptif dan perintah. Deskriptif
menentukan apa yang pada umumnya dilakukan dalam suatu konteks, sedangkan norma
perintah menentukan apa yang umumnya disetujui oleh masyarakat. Keduanya
memiliki dampak pada karakteristik manusia pada umumnya, namun jika adanya
perbandingan, maka norma perintah mempunyai dampak yang lebih besar.
Peran
selalu mencakup tiga hal yaitu peran yang meliputi norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat; peran adalah suatu konsep
mengenai apa yang dapat individu lakukan dalam suatu masyarakat sebagai
organisasi; peran juga menyangkut
perilaku individu yang sangat memengaruhu struktur sosial masyarakat (Soekanto,
2002:244)
Seorang
komunikator harus mengetahui norma-norma dalam suatu kelompok. Norma adalah
nilai ukuran hidup yang menentukan mana yang tidak boleh dilakukan
(Effendy,2003: 74). Maka norma mempunyai tugas ganda, yaitu sebagai pengikat
rasa persatuan dan memperteguh rasa persatuan dalam kelompok.
REFERENSI
Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Senjaya. 2007. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas
Terbuka
Effendy, Onong U. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.
Bandung: Citra Aditya Bakti
Rakhmat, Jalaludin. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Bungin, Burhan. 2008.
Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,
dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar