Minggu, 24 November 2013

Catatan Tentang Sabar,Mungkin Ikhlas Juga.? :)



Sudah dua minggu sejak laptop pertamaku raib. Dan sudah dua minggu aku betul-betul bisa merasakan betapa indahnya rasa sabar dan syukur itu. Tersenyum merupakan obat yang paling mujarab sampai saat ini. Dan untungnya, teman-teman dari Fakultas Kedokteran Unpad tidak mengetahui bahwa ada sebagian senyumku yang palsu.

“Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. 3:120). Seharusnya aku membaca firman Allah ini sejak awal, supaya aku bisa sedikit menghambat gejolak nafsuku. Karena, sabar mengandung beberapa sifat yang mulia, seperti lembut, indah, tenang, berwibawa, dan lainnya. Dengan itu akan timbul pribadi yang berakhlak menawan dan sempurna. Seseorang yang teguh pendiriannya, tenang dan kritis dalam melangkah. Tentunya, kesempurnaan dalam akhlak itu akan terangkul oleh sifat sabar. Lawan dari sifat ini adalah keluh kesah, bosan, patah hati dan mendahulukan hawa nafsu dalam hidup. Naudzubillahimidzaliik.. L

Ketika aku mengetahui bahwa ini 100% penipuan, yang pertama aku rasakan adalah takut ibuku mengetahuinya. Sungguh, aku malu. Sejak tamparan keras itu menghantam batinku, aku kini membulatkan tekad untuk tidak lagi memelihara rasa manja itu. Ketika orang-orang sekelilingku berkata, ”Rezeki itu Tuhan yang mengatur, dan kita harus menjemputnya”. Aku percaya, sangat percaya bahwa cepat atau lambat aku harus berjuang melawan arus (manja) dan survival dengan tegar.

Berbagai sumber ilmu aku baca. Teman-teman seperjuanganku juga tidak pernah berhenti untuk membuatku bangkit lagi. Semua itu tidak cukup, aku masih butuh yang lebih dahsyat untuk kebangkitan hidupku. Buku-buku, kitab, cendikiawan, media informasi, dan sumber-sumber motivasi lainnya belum bisa merubah hidupku. Namun, Allah berfirman dengan lantang dalam Alquran bahwa tidak akan berubah sedikit pun nasib suatu kaum, jika kaum itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri.

Siapa? Aku tanya siapa....?
Ya, diriku yang masih belajar ini adalah tokoh utamanya.. J
Akulah yang menjadi penentu berhasil atau tidaknya hidupku di hari esok...

Teman-temanku berempati dan simpati kepadaku tentang perkara ini. Perkara yang terjadi karena murni kecerobohanku. Bahkan, mereka menggalang dana untukku. Ketika aku tanya alasannya mengapa, mereka hanya menjawab, “Kami hanya bingung menghadapi kamu saat di kelas. Bingung karena tingkah lakumu yang bermuka dua. Kami tahu bahwa senyuman itu palsu”.

Sontak aku terkejut, kakiku gemetar... Mungkinkah ini hasil dari pencitraanku selama ini ketika berbaur dengan mereka..? Siapa yang mahu tahu.. Entahlah..

Terima kasih.. Terima kasih.. Terima kasih.. J
Hanya itu yang aku punya untuk kalian... Laptop yang berharga 4,1 juta rupiah itu tidak berarti besar jika dibandingkan dengan karunia indah Allah yaitu kalian..

Hendi Kurnia dalam Bertahan Hidup berkata bahwa orang yang selalu berpikir positif selalu mensyukuri apa yang dimilikinya. Dan tidak berkeluh-kesah tentangapa-apa yang tidak dimilikinya. Tidak mendengarkanpenilaian buruk orang lain yang dapat melemahkan semagat juangnya. Sudah pasti, penilaian buruk orang lain akan berteman baik dengan pikiran negatif. Karena itu, mendengarkan omongan yang tak ada manfaatnya adalah perilaku yang dijauhi si pemikir positif.

Tidak ada komentar: