Sudah dua minggu sejak
laptop pertamaku raib. Dan sudah dua minggu aku betul-betul bisa merasakan
betapa indahnya rasa sabar dan syukur itu. Tersenyum merupakan obat yang paling
mujarab sampai saat ini. Dan untungnya, teman-teman dari Fakultas Kedokteran Unpad
tidak mengetahui bahwa ada sebagian senyumku yang palsu.
“Jika kamu bersabar dan
bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan
kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Q.S.
3:120). Seharusnya aku membaca firman Allah ini sejak awal, supaya aku bisa
sedikit menghambat gejolak nafsuku. Karena, sabar mengandung beberapa sifat
yang mulia, seperti lembut, indah, tenang, berwibawa, dan lainnya. Dengan itu
akan timbul pribadi yang berakhlak menawan dan sempurna. Seseorang yang teguh
pendiriannya, tenang dan kritis dalam melangkah. Tentunya, kesempurnaan dalam
akhlak itu akan terangkul oleh sifat sabar. Lawan dari sifat ini adalah keluh
kesah, bosan, patah hati dan mendahulukan hawa nafsu dalam hidup.
Naudzubillahimidzaliik.. L
Ketika aku mengetahui
bahwa ini 100% penipuan, yang pertama aku rasakan adalah takut ibuku
mengetahuinya. Sungguh, aku malu. Sejak tamparan keras itu menghantam batinku,
aku kini membulatkan tekad untuk tidak lagi memelihara rasa manja itu. Ketika
orang-orang sekelilingku berkata, ”Rezeki itu Tuhan yang mengatur, dan kita
harus menjemputnya”. Aku percaya, sangat percaya bahwa cepat atau lambat aku
harus berjuang melawan arus (manja) dan survival
dengan tegar.
Berbagai sumber ilmu aku
baca. Teman-teman seperjuanganku juga tidak pernah berhenti untuk membuatku
bangkit lagi. Semua itu tidak cukup, aku masih butuh yang lebih dahsyat untuk
kebangkitan hidupku. Buku-buku, kitab, cendikiawan, media informasi, dan
sumber-sumber motivasi lainnya belum bisa merubah hidupku. Namun, Allah
berfirman dengan lantang dalam Alquran bahwa tidak akan berubah sedikit pun nasib suatu kaum, jika kaum itu tidak
mau mengubah nasibnya sendiri.
Siapa? Aku tanya
siapa....?
Ya, diriku yang masih
belajar ini adalah tokoh utamanya.. J
Akulah yang menjadi
penentu berhasil atau tidaknya hidupku di hari esok...
Teman-temanku berempati
dan simpati kepadaku tentang perkara ini. Perkara yang terjadi karena murni
kecerobohanku. Bahkan, mereka menggalang dana untukku. Ketika aku tanya
alasannya mengapa, mereka hanya menjawab, “Kami hanya bingung menghadapi kamu
saat di kelas. Bingung karena tingkah lakumu yang bermuka dua. Kami tahu bahwa
senyuman itu palsu”.
Sontak aku terkejut,
kakiku gemetar... Mungkinkah ini hasil dari pencitraanku selama ini ketika
berbaur dengan mereka..? Siapa yang mahu tahu.. Entahlah..
Terima kasih.. Terima
kasih.. Terima kasih.. J
Hanya itu yang aku punya
untuk kalian... Laptop yang berharga 4,1 juta rupiah itu tidak berarti besar
jika dibandingkan dengan karunia indah Allah yaitu kalian..
Hendi Kurnia dalam Bertahan Hidup berkata bahwa orang yang
selalu berpikir positif selalu mensyukuri apa yang dimilikinya. Dan tidak
berkeluh-kesah tentangapa-apa yang tidak dimilikinya. Tidak mendengarkanpenilaian
buruk orang lain yang dapat melemahkan semagat juangnya. Sudah pasti, penilaian
buruk orang lain akan berteman baik dengan pikiran negatif. Karena itu,
mendengarkan omongan yang tak ada manfaatnya adalah perilaku yang dijauhi si
pemikir positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar