Senin, 01 September 2014

Teknik Kampanye: Pandangan Praktis

AZIZ MUSLIM
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran



Secara sederhana, kampanye bertujuan untuk memengaruhi khalayak supaya memiliki anggapan yang sama dengan pengirim pesan kampanye. Sebagaimana definisi kampanye menurut Rogers dan Storey (1987) sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Venus (2012) mengemukakan bahwa dari definisi di atas, kampanye memiliki beberapa karakter seperti: sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
            Masyarakat relatif hanya mengetahui istilah ‘kampanye’ secara alami. Momen pemilu legislatif maupun presiden sarat dengan kegiatan kampanye. Baliho, spanduk, dan berbagai aksesoris kampanye “berkutat” dalam kehidupan masyarakat dalam kurun waktu tertentu walau masih banyak berbagai pelanggaran. Dengan alat-alat kampanye itulah berbagai kepentingan “menjual diri” pada kurun waktu tertentu.
            Hampir serupa dengan kampanye: pemasaran politik. Pemasaran politik merupakan strategi dari kampanye politik. Menurut O’Shaughnessy, seperti dikutip Firmanzah (2008), Marketing politik bukanlah konsep untuk hanya “menjual” partai politik (parpol) atau kandidat kepada pemilih, namun sebuah konsep yang menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program yang berhubungan dengan permasalahan aktual. Di samping itu, marketing politik merupakan sebuah teknik untuk memelihara hubungan dua arah dengan publik.
Dari definisi tersebut terkandung pesan; Pertama, pemasaran politik dapat menjadi “teknik” dalam menawarkan dan mempromosikan parpol atau kandidat. Kedua, menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek. Ketiga, menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal dalam penyusunan program kerja. Keempat, pemasaran politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan alat untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga, dari hal itu akan terbangun kepercayaan yang kemudian diperoleh dukungan suara pemilih.
            University College London Union mengemukakan bahwa dewasa ini berbagai lembaga kampanye telah bereksperimen terkait bagaimana proses dan teknik berkampanye efektif. Tentunya hasil eksperimen ini dapat digunakan secara praktis oleh siapa saja yang hendak berkampanye. Beberapa teknik kampanye efektif tersebut terdiri dari:
1.        Menulis surat
                 Tanggapan positif tercipta pada kampanye dengan teknik menulis surat. Pada masa kampanye pemili presiden tempo lalu, teknik kampanye ini sempat menuai kontroversi. Seperti dilansir oleh Detik.com (2/7),
Jakarta -Calon presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto mengirimkan jutaan surat khusus kepada berbagai pihak, termasuk guru-guru melalu jasa 'Pak Pos'. Cara Prabowo tersebut disebut Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sebagai pelanggaran aktivitas kampanye karena pengiriman surat berisi konten politik ke sekolah. 
Pengaplikasian teknik itu diperlukan kewaspadaan tinggi karena memiliki resiko yang kompleks.

2.        Dukungan selebritis maupun tokoh penting lain
                 Mempunyai banyak relasi tokoh-tokoh penting dan berprestasi serta bersedia untuk memberikan testimoni positif akan mendongkrak citra organisasi yang melakukan kampanye. Di dalam salah satu strategi dan teknik jitu pemasaran, teknik rekomendasi menjadi teknik yang sangat direkomendasikan untuk kampanye tidak langsung,

3.        Menulis di media massa cetak maupun elektronik
          Walaupun hasil Survei Media Index yang dilakukan oleh Nielsen Media menunjukkan penetrasi media cetak terhadap pembacanya semakin menurun sejak tahun 2005. Namun tetap saja media massa menjadi peran penting bagi suksesnya kampanye. Berbeda halnya dengan media elektronik seperti penggunaan internet. Lembaga yang sama menyatakan bahwa hasil survei yang berbeda justru terjadi pada media internet dan film. Kedua media ini terus berkembang secara perolehan konsumen. Internet terus mengalami peningkatan seiring dengan jumlah pengguna internet yang semakin meluas.
                 Pada kuartal kedua tahun 2009, para konsumen media internet mencapai 17 persen. Melonjak jauh dari tahun 2005 yang hanya 8 persen. Demikian juga media film, walaupun sempat turun pada tahun 2006 dengan hanya memperoleh 10 persen. Namun perlahan, pengguna media film meningkat pada kuartal kedua 2009, mencapai 17 persen.

4.        Selebaran
                 Selebaran bisa menjadi langkah efektif untuk meraih perhatian. Dengan menggunakan itu, informasi mengenai isi kampanye dapat terlihat lebih sederhana dan mudah untuk dicerna. Pengimplementasian selebaran ini bisa di tempat-tempat ramai seperti toko, stand di kampus, apalagi ketika sedang berkumpulnya khalayak pada suatu acara. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk keefektifan teknik selebaran adalah:
a.     Batasi informasi hanya tiga poin penting saja
b.    Bubuhkan detail terkait beberapa kegiatan penting
c.     Selalu membubuhkan kontak lanjut seperti rincian organisasi, nomor pelayanan telepon dll.

5.        Aksi Langsung
                 Teknik ini dianggap yang paling efektif untuk mengambil hati khalayak. Sebagaimana Kompas edisi 24 September 2013 membahas teknik kampanye Jokowi dan Ahok kala masa Pilkada DKI Jakarta.
Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow mengatakan, cara kampanye dari Jokowi dan Basuki atau Ahok itu telah menjadi kunci kemenangan kandidat yang diajukkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerakan Indonesia Raya tersebut. Cara kampanye itu berbeda dari cara-cara dari figur ataupun elite partai politik sebelumnya.
"Cara berkampanye Jokowi-Ahok itu efektif. Dia tidak kumpulkan orang, tapi datangi orang. Kampanye jemput bola yang tentu menghemat biaya," ujar Jeirry di Maarif Institute, Jakarta, Senin (24/9/2012).
Jeirry menjelaskan, kampanye yang biasa dilakukan figur atau elite parpol dengan cara mengumpulkan orang di lapangan terbukti tidak efektif dalam menarik suara pemilih. Hal tersebut disebabkan adanya jarak antara pemilih dan figur yang akan dipilihnya. Selain itu, masyarakat Indonesia telah jenuh dengan cara kampanye di lapangan yang teramat monoton.”
Kemenangan Joko Widodo pada pemilu 2014 diperkirakan karena teknik ini. Hal itu didukung dengan berkacanya konsultan kampanye pasangan capres-cawapres nomor urut dua itu serupa dengan gaya kampanye Presiden Amerika Serikat terpilih yaitu Barack Obama. Seperti dilansir pada koran elektronik Tempo.co. (6/7):
TEMPO.CO, Jakarta - Melihat gaya kampanye calon presiden Joko Widodo di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu, 5 Juli 2014, mengingatkan orang pada kampanye Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Ketika mencalonkan diri pada 2008 dan 2012, Obama biasa menggunakan pakaian sederhana dan lincah di panggung kampanye.

Daftar Pustaka
Firmanzah. (2008). Marketing Politik. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia.
Rogers, E. M., & Storey  J. D. (1987). Communication Campaign. Dalam C. R. Berger & S.H. Chaffe (Eds.), Handbook of Communication Science. New Burry Park, CA:Sage
Venus, Antar. (2012). Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media



Tidak ada komentar: