AZIZ MUSLIM
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran
Secara
sederhana, kampanye bertujuan untuk memengaruhi khalayak supaya memiliki
anggapan yang sama dengan pengirim pesan kampanye. Sebagaimana definisi kampanye
menurut Rogers dan Storey (1987) sebagai serangkaian
tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada
sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu
tertentu. Venus (2012) mengemukakan bahwa dari definisi di atas, kampanye
memiliki beberapa karakter seperti: sumber yang jelas, yang menjadi penggagas,
perancang, penyampai sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye, sehingga
setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan
mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.
Masyarakat relatif hanya mengetahui
istilah ‘kampanye’ secara alami. Momen pemilu legislatif maupun presiden sarat
dengan kegiatan kampanye. Baliho, spanduk, dan berbagai aksesoris kampanye
“berkutat” dalam kehidupan masyarakat dalam kurun waktu tertentu walau masih
banyak berbagai pelanggaran. Dengan alat-alat kampanye itulah berbagai
kepentingan “menjual diri” pada kurun waktu tertentu.
Hampir
serupa dengan kampanye: pemasaran politik. Pemasaran politik merupakan strategi
dari kampanye politik. Menurut O’Shaughnessy, seperti dikutip
Firmanzah (2008), Marketing politik bukanlah konsep untuk hanya “menjual”
partai politik (parpol) atau kandidat kepada pemilih, namun sebuah konsep yang
menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program
yang berhubungan dengan permasalahan aktual. Di samping itu, marketing politik
merupakan sebuah teknik untuk memelihara hubungan dua arah dengan publik.
Dari definisi tersebut
terkandung pesan; Pertama, pemasaran politik
dapat menjadi “teknik” dalam menawarkan dan mempromosikan parpol atau kandidat. Kedua,
menjadikan pemilih sebagai subjek, bukan objek. Ketiga,
menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal dalam
penyusunan program kerja. Keempat, pemasaran politik
tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan alat untuk menjaga hubungan dengan pemilih
sehingga, dari hal itu akan terbangun kepercayaan yang kemudian diperoleh
dukungan suara pemilih.
University
College London Union mengemukakan bahwa dewasa ini berbagai lembaga kampanye
telah bereksperimen terkait bagaimana proses dan teknik berkampanye efektif.
Tentunya hasil eksperimen ini dapat digunakan secara praktis oleh siapa saja
yang hendak berkampanye. Beberapa teknik kampanye efektif tersebut terdiri
dari:
1.
Menulis surat
Tanggapan
positif tercipta pada kampanye dengan teknik menulis surat. Pada masa kampanye pemili presiden tempo lalu,
teknik kampanye ini sempat menuai kontroversi. Seperti dilansir oleh Detik.com (2/7),
Jakarta -Calon presiden nomor urut 1 Prabowo
Subianto mengirimkan jutaan surat khusus kepada berbagai pihak, termasuk
guru-guru melalu jasa 'Pak Pos'. Cara Prabowo tersebut disebut Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu) sebagai pelanggaran aktivitas kampanye karena pengiriman surat
berisi konten politik ke sekolah.
Pengaplikasian
teknik itu diperlukan kewaspadaan tinggi karena memiliki resiko yang kompleks.
2.
Dukungan selebritis maupun
tokoh penting lain
Mempunyai
banyak relasi tokoh-tokoh penting dan berprestasi serta bersedia untuk
memberikan testimoni positif akan mendongkrak citra organisasi yang melakukan
kampanye. Di dalam salah satu strategi dan teknik jitu pemasaran, teknik
rekomendasi menjadi teknik yang sangat direkomendasikan untuk kampanye tidak
langsung,
3.
Menulis di media massa cetak
maupun elektronik
Walaupun hasil Survei Media
Index yang dilakukan oleh Nielsen Media menunjukkan penetrasi media cetak
terhadap pembacanya semakin menurun sejak tahun 2005. Namun tetap saja media
massa menjadi peran penting bagi suksesnya kampanye. Berbeda halnya dengan
media elektronik seperti penggunaan internet. Lembaga yang sama menyatakan
bahwa hasil survei yang berbeda justru terjadi pada media internet dan film.
Kedua media ini terus berkembang secara perolehan konsumen. Internet terus
mengalami peningkatan seiring dengan jumlah pengguna internet yang semakin
meluas.
Pada kuartal kedua tahun 2009,
para konsumen media internet mencapai 17 persen. Melonjak jauh dari tahun 2005
yang hanya 8 persen. Demikian juga media film, walaupun sempat turun pada tahun
2006 dengan hanya memperoleh 10 persen. Namun perlahan, pengguna media film
meningkat pada kuartal kedua 2009, mencapai 17 persen.
4.
Selebaran
Selebaran
bisa menjadi langkah efektif untuk meraih perhatian. Dengan menggunakan itu, informasi
mengenai isi kampanye dapat terlihat lebih sederhana dan mudah untuk dicerna.
Pengimplementasian selebaran ini bisa di tempat-tempat ramai seperti toko, stand di kampus, apalagi ketika sedang
berkumpulnya khalayak pada suatu acara. Beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk keefektifan teknik selebaran adalah:
a. Batasi
informasi hanya tiga poin penting saja
b. Bubuhkan
detail terkait beberapa kegiatan penting
c. Selalu
membubuhkan kontak lanjut seperti rincian organisasi, nomor pelayanan telepon
dll.
5.
Aksi Langsung
Teknik
ini dianggap yang paling efektif untuk mengambil hati khalayak. Sebagaimana Kompas edisi 24 September 2013 membahas
teknik kampanye Jokowi dan Ahok kala masa Pilkada DKI Jakarta.
“Koordinator
Nasional Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow mengatakan, cara kampanye
dari Jokowi dan Basuki atau Ahok itu telah menjadi kunci kemenangan kandidat
yang diajukkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerakan
Indonesia Raya tersebut. Cara kampanye itu berbeda dari cara-cara dari figur
ataupun elite partai politik sebelumnya.
"Cara berkampanye Jokowi-Ahok itu efektif. Dia
tidak kumpulkan orang, tapi datangi orang. Kampanye jemput bola yang tentu menghemat
biaya," ujar Jeirry di Maarif Institute, Jakarta, Senin (24/9/2012).
Jeirry menjelaskan, kampanye yang biasa dilakukan
figur atau elite parpol dengan cara mengumpulkan orang di lapangan terbukti
tidak efektif dalam menarik suara pemilih. Hal tersebut disebabkan adanya jarak
antara pemilih dan figur yang akan dipilihnya. Selain itu, masyarakat Indonesia
telah jenuh dengan cara kampanye di lapangan yang teramat monoton.”
Kemenangan Joko Widodo pada pemilu 2014 diperkirakan
karena teknik ini. Hal itu didukung dengan berkacanya konsultan kampanye
pasangan capres-cawapres nomor urut dua itu serupa dengan gaya kampanye
Presiden Amerika Serikat terpilih yaitu Barack Obama. Seperti dilansir pada
koran elektronik Tempo.co. (6/7):
TEMPO.CO, Jakarta - Melihat gaya kampanye calon presiden
Joko Widodo di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu, 5 Juli 2014, mengingatkan
orang pada kampanye Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Ketika mencalonkan
diri pada 2008 dan 2012, Obama biasa menggunakan pakaian sederhana dan lincah
di panggung kampanye.
Daftar Pustaka
Firmanzah. (2008).
Marketing Politik. Jakarta :Yayasan
Obor Indonesia.
Rogers, E. M., &
Storey J. D. (1987). Communication Campaign. Dalam C. R.
Berger & S.H. Chaffe (Eds.), Handbook of Communication Science. New Burry
Park, CA:Sage
Venus, Antar. (2012). Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan
Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
http://nasional.kompas.com/read/2012/09/24/21074915/Cara.Kampanye.Jokowi.Patut.Ditiru.di.Pemilu.2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar