Minggu, 07 September 2014

Prinsip Komunikasi Massa


1.      KOMUNIKATOR TERLEMBAGAKAN
Ditinjau dari komunikatornya, komunikasi massa itu menggunakan media, baik media cetak maupun elektronik. Komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Sebagai contoh konkret dari uraian di atas adalah kronologis proses penyusunan pesan dari komunikator kepada komunikan yang akan disampaikan melalui surat kabar. Seperti yang tertulis pada (Ardianto dkk, 2014: 7) tahapan itu terdiri dari: komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel atas dasar asumsi keinginan pribadinya maupun permintaan suatu media massa yang bersangkutan. Selanjutnya, pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat atau tidaknya. Ketika sudah layak, pesan dibuat setting-nya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh lay-out man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk menyebarluaskan surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya.

2.      PESAN BERSIFAT UMUM
Pesan yang ditujukan dari komunikasi massa bersifat umum. Di sini timbul sifat komunikasi massa yang terbuka. Dalam artian pesan tersebut tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, namun untuk semua orang. Dengan demikian, pesan komunikasi massa dapat berupa fakta walaupun tidak semua fakta dapat dimuat dalam media massa. Pesan tersebut harus memiliki kriteria: penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik. Sehubungan dengan sifat pesan yang umum, isi pesan yang dimuat dalam media massa harus penting untuk semua orang. Dewasa ini, banyak sekali berita-berita yang ‘dinasionalkan’ padahal tidak memenuhi kriteria di atas. Seperti tayangan pada stasiun TV nasional tentang Bus Trans Jakarta, bagi masyarakat Jakarta itu ‘barangkali’ penting, namun bagi masyarakat Papua, apa pentingnya bagi mereka?

3.      KOMUNIKANNYA ANONIM DAN HETEROGEN
Pada komunikasi antarpribadi, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa sebaliknya, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak melewati proses tatap muka. Komunikannya juga heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

4.      MEDIA MASSA MENIMBULKAN KESEREMPAKAN
Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Ini merupakan suatu kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak pada waktu tertentu memperoleh pesan secara serempak.

5.      KOMUNIKASI MENGUTAMAKAN ISI KETIMBANG HUBUNGAN
Komunikasi antarpribadi mengutamakan unsur hubungan. Semakin mengenal antarpelaku komunikasi, maka komunikasinya semakin efektif. Sebagai contoh, pembicaraan sepasang suami istri di meja makan tentu tidak harus menggunakan sistematika tertentu seperti pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Penyampaian pesan bisa dengan ‘seenaknya’ ngaler ngidul terlebih dahulu tanpa harus memerhatikan sistematika yang diutamakan komunikasi massa. Pada komunikasi massa, hal terpenting dalam proses penyusunan pesan adalah sistematika pesan yang disesuaikan dengan jenis medianya. Hal itu agar komunikannya dapat memahami isi pesan tersebut. Itulah sebabnya mengapa perlu ada cara penulisan lead untuk media cetak, lead untuk media elektronik (radio maupun televisi), cara menulis artikel yang baik, dan seterusnya.

6.      KOMUNIKASI MASSA BERSIFAT SATU ARAH
Dibalik ‘kekuatan’ dari komunikasi massa, ini merupakan kelemahan daripadanya: bersifat satu arah. Dengan penggunaan media dalam penyampaian pesannya, komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung, Komunikator akan mendominasi dalam menyampaikan pesan dan komunikan pun aktif dalam menerima pesan. Namun, di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpribadi.
            Berkembangnya media elektronik membuat inovasi baru dalam bermedia massa. Kini, surat kabar tidak hanya berbentuk cetak yang seakan-akan mutlak komunikasi massa bersifat satu arah. Dengan adanya surat kabar elektronik, pengelola media menyediakan kolom komentar di setiap berita. Hal itu merupakan terobosan positif dalam inovasi dan perkembangan media massa. Komunikan dapat menyatakan apresiasinya terhadap pemberitaan tersebut. Walaupun tetap saja tidak ada interaksi antara pembaca dengan penulis berita pada kolom komentar tersebut.

7.      STIMULASI ALAT INDRA TERBATAS
Penggunaan alat indera dalam komunikasi massa juga tidak seperti komunikasi lainnya. Perbandingannya adalah pada komunikasi antarpribadi yang bersifat tatap muka, pada saat itulah kedua belah pihak dapat meilhat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin terjadi sentuhan. Itu tidak terjadi dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan media cetak lainnya, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8.      UMPAN BALIK TERTUNDA DAN TIDAK LANGSUNG

Inilah unsur dalam berkomunikasi yaitu feedback. Itu menjadi penting sehingga seringkali menjadikan feedback sebagai tolak ukur efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi, kelompok, dan massa pun membuat feedback menjadi sesuatu yang penting. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda dan tidak langsung. Artinya, komunikator pada komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, surat pembaca, dll. Tanggapan tersebut tidak dapat diperoleh langsung sebagaimana komunikasi antarpribadi. Proses penyampaian tanggapan melalui telepon menunjukan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tidak langsung. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat dan lainnya menunjukan bahwa tanggapan komunikasi massa bersifat tertunda.

Tidak ada komentar: