1.
KOMUNIKATOR
TERLEMBAGAKAN
Ditinjau dari komunikatornya, komunikasi massa itu
menggunakan media, baik media cetak maupun elektronik. Komunikatornya bergerak
dalam organisasi yang kompleks. Sebagai contoh konkret dari uraian di atas
adalah kronologis proses penyusunan pesan dari komunikator kepada komunikan
yang akan disampaikan melalui surat kabar. Seperti yang tertulis pada (Ardianto
dkk, 2014: 7) tahapan itu terdiri dari: komunikator menyusun pesan dalam bentuk
artikel atas dasar asumsi keinginan pribadinya maupun permintaan suatu media
massa yang bersangkutan. Selanjutnya, pesan tersebut diperiksa oleh
penanggungjawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi
untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat atau tidaknya. Ketika
sudah layak, pesan dibuat setting-nya,
lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh lay-out
man agar komposisinya bagus, dibuat plate,
kemudian masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah dicetak merupakan tugas
bagian distribusi untuk menyebarluaskan surat kabar yang berisi pesan itu kepada
pembacanya.
2.
PESAN BERSIFAT UMUM
Pesan yang ditujukan dari komunikasi massa bersifat umum. Di
sini timbul sifat komunikasi massa yang terbuka. Dalam artian pesan tersebut
tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, namun untuk semua orang.
Dengan demikian, pesan komunikasi massa dapat berupa fakta walaupun tidak semua
fakta dapat dimuat dalam media massa. Pesan tersebut harus memiliki kriteria:
penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik. Sehubungan dengan sifat
pesan yang umum, isi pesan yang dimuat dalam media massa harus penting untuk
semua orang. Dewasa ini, banyak sekali berita-berita yang ‘dinasionalkan’
padahal tidak memenuhi kriteria di atas. Seperti tayangan pada stasiun TV
nasional tentang Bus Trans Jakarta, bagi masyarakat Jakarta itu ‘barangkali’
penting, namun bagi masyarakat Papua, apa pentingnya bagi mereka?
3.
KOMUNIKANNYA ANONIM DAN
HETEROGEN
Pada komunikasi antarpribadi, komunikator akan mengenal
komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan,
tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam
komunikasi massa sebaliknya, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak
melewati proses tatap muka. Komunikannya juga heterogen, karena terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan
faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya,
agama, dan tingkat ekonomi.
4.
MEDIA MASSA MENIMBULKAN
KESEREMPAKAN
Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu
sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang
jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam
keadaan terpisah. Ini merupakan suatu kelebihan komunikasi massa dibandingkan
dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang
dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan
yang banyak pada waktu tertentu memperoleh pesan secara serempak.
5.
KOMUNIKASI MENGUTAMAKAN
ISI KETIMBANG HUBUNGAN
Komunikasi antarpribadi mengutamakan unsur hubungan. Semakin
mengenal antarpelaku komunikasi, maka komunikasinya semakin efektif. Sebagai
contoh, pembicaraan sepasang suami istri di meja makan tentu tidak harus
menggunakan sistematika tertentu seperti pendahuluan, isi, dan kesimpulan.
Penyampaian pesan bisa dengan ‘seenaknya’ ngaler
ngidul terlebih dahulu tanpa harus memerhatikan sistematika yang diutamakan
komunikasi massa. Pada komunikasi massa, hal terpenting dalam proses penyusunan
pesan adalah sistematika pesan yang disesuaikan dengan jenis medianya. Hal itu
agar komunikannya dapat memahami isi pesan tersebut. Itulah sebabnya mengapa
perlu ada cara penulisan lead untuk
media cetak, lead untuk media
elektronik (radio maupun televisi), cara menulis artikel yang baik, dan seterusnya.
6.
KOMUNIKASI MASSA
BERSIFAT SATU ARAH
Dibalik ‘kekuatan’ dari komunikasi massa, ini merupakan
kelemahan daripadanya: bersifat satu arah. Dengan penggunaan media dalam
penyampaian pesannya, komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak
langsung, Komunikator akan mendominasi dalam menyampaikan pesan dan komunikan
pun aktif dalam menerima pesan. Namun, di antara keduanya tidak dapat melakukan
dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpribadi.
Berkembangnya
media elektronik membuat inovasi baru dalam bermedia massa. Kini, surat kabar
tidak hanya berbentuk cetak yang seakan-akan mutlak komunikasi massa bersifat
satu arah. Dengan adanya surat kabar elektronik, pengelola media menyediakan
kolom komentar di setiap berita. Hal itu merupakan terobosan positif dalam
inovasi dan perkembangan media massa. Komunikan dapat menyatakan apresiasinya
terhadap pemberitaan tersebut. Walaupun tetap saja tidak ada interaksi antara
pembaca dengan penulis berita pada kolom komentar tersebut.
7.
STIMULASI ALAT INDRA
TERBATAS
Penggunaan alat indera dalam komunikasi massa juga tidak
seperti komunikasi lainnya. Perbandingannya adalah pada komunikasi antarpribadi
yang bersifat tatap muka, pada saat itulah kedua belah pihak dapat meilhat,
mendengar secara langsung, bahkan mungkin terjadi sentuhan. Itu tidak terjadi
dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media
massa. Pada surat kabar dan media cetak lainnya, pembaca hanya melihat. Pada
radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada
media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8.
UMPAN BALIK TERTUNDA DAN
TIDAK LANGSUNG
Inilah unsur dalam berkomunikasi yaitu feedback. Itu menjadi penting sehingga seringkali menjadikan feedback sebagai tolak ukur efektivitas
komunikasi. Komunikasi antarpribadi, kelompok, dan massa pun membuat feedback menjadi sesuatu yang penting.
Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda dan tidak langsung.
Artinya, komunikator pada komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui
bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan
khalayak bisa diterima lewat telepon, surat pembaca, dll. Tanggapan tersebut
tidak dapat diperoleh langsung sebagaimana komunikasi antarpribadi. Proses
penyampaian tanggapan melalui telepon menunjukan bahwa feedback komunikasi massa bersifat tidak langsung. Sedangkan waktu
yang dibutuhkan untuk menggunakan telepon, menulis surat dan lainnya menunjukan
bahwa tanggapan komunikasi massa bersifat tertunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar