Bismillahirrahmanirrahiim..
Perkenalkan,
namaku Aziz Muslim. Aku merupakan anak pertama dari kelima bersaudara. Ayah dan
Ibuku bercerai saat aku duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Yang akhirnya
ayah dan ibuku masing-masing memiliki putra dan putri dari pasangan mereka yang
baru. Awalnya, kami tinggal di Kabupaten
Bogor. Ayahku bekerja sebagai karyawan swasta dan ibuku sebagai wiraswasta.
Sebab inilah, sejak masuk SMP, aku dipindahkan domisili ke Kabupaten Ciamis
(kini Pangandaran) ke kediaman nenekku.
Di sana, aku mengalami hidup yang
sangat prihatin. Kiriman uang untukku hanya 150 ribu per bulan tanpa memperhitungkan
kebutuhan-kebutuhan sekolah dan pribadiku. Beberapa kali aku frustasi. Namun,
kasih sayang seorang nenek menyadarkanku. Ditambah dengan pendidikan pondok
pesantren kalong (berangkat maghrib, pulang subuh) yang sangat berpengaruh
terhadap tata titi laku hidupku kini. Dari sinilah aku mulai belajar mengaji
lebih serius. Belajar mendengarkan dan mengaplikasikan sedikit-sedikit ilmu
yang didapatkan.
Aku tergolong pemuda yang idealis
dan ambisius. Keadaan finansial yang tidak bersahabat mendorongku untuk belajar
dan berusaha keras. Alhamdulillah, berkat keringat dan dorongan motivasi dari
sang nenek ini aku bisa meraih beasiswa dari SMP sampai sekarang di kampus kita
tercinta. Berkat kehidupan yang perih inilah aku jadi sadar bahwa kini sudah
saatnya aku memberi, bukan terus diberi. Akhirnya ini berbuah dengan aku bisa
mencari uang sendiri sejak SMP. Di sekolah, aku menjadi mandor pulsa. Semua
orang di sekolah tahu bahwa aku jualan pulsa. Sepulang dari sekolah, tidak ada
waktu untuk manja-manjaan dan tidur siang. Karena, tempat jasa cuci motor yang
berjarak 100 meter dari gubuk nenekku sudah terdengar nyaring bunyi mesinnya.
Aku bekerja di sana. Untuk upah mencuci satu motor, aku mendapatkan hak Rp.
3000,-. Usaha seperti ini memang tidak tentu ramai dan tidaknya. Aku masih
ingat jumlah terbesar penghasilanku dari cuci motor ini, yaitu Rp. 21.000,- dan
dari uang inilah aku selalu membeli lauk pauk yang ‘layak’ untuk makan kami
berdua dengan nenek (Kakek meninggal sejak aku kelas 5 SD). Itu adalah jumlah maksimal,
dan tidak jarang juga tidak ada yang nyuci sama sekali.
Walaupun badan nyeri-nyeri, tapi
sejak itulah aku sadar bahwa betapa nikmatnya bisa berbagi dengan seseorang
yang aku cintai dengan jerih payahku sendiri. Namun, di sisi lain aku bergumam
bahwa kerja seperti ini tidak enak. Aku harus
bisa bangkit dari kondisi ini. Akhirnya, aku lebih memilih berdagang.
Setelah satu semester bekerja sebagai buruh cuci motor, kini aku menjadi
konsultan kaos komunitas atau kelas adik-adik angkatan sekolah. Bisa jadi kaos,
jaket, dan kaos seragam sepak bola kelas. Aku yang ambil alih semua.
Semuanya berimbas ke SMA, di SMA
aku tetap mendapatkan beasiswa. Alhamdulillah berkat kedekatanku dengan para
guru dan berbagai prestasi-prestasi yang cukup lumayan bisa membuat aku cukup
mudah dikenali di SMA. Namun, seiring dengan bertambah dewasanya daya pikir,
aku mulai menuntut sesuatu yang besar. Aku sering mengeluh dengan perceraian
orang tuaku. Karena, logikaku mengatakan bahwa aku hidup perih seperti ini
karena perbuatan mereka.
Klimaksnya saat aku lulus SMA,
aku ingin melanjutkan kuliah. Aku meminta restu ka Ayah dan Ibuku. Ibuku
meridhaiku, namun tidak dengan Ayahku. Ayahku lebih menghendaki aku bekerja
seperti dia. Dengan dalih, bekerja dulu, baru setelah itu bebas terserah kamu
mau kuliah atau enggak. Aku tidak bisa menerima logika itu. Logikaku mengatakan
bahwa saat aku bekerja nanti, dan aku mulai mendapatkan uangku sendiri, aku
mengenal beberapa kebutuhan, nampaknya kecil sekali minatku untuk kuliah ya
karena itu tadi, aku sudah bisa nyari duit ini, ngapain kuliah. Aku tau bahwa
sebenarnya ini semua terjadi karena biaya. Aku pun sadar dengan kekuranganku
ini. Namun, beberapa orang terus menyemangatiku. Dinding kayu rumah nenekku
penuh dengan kertas yang bertuliskan mimpi-mimpiku.
Akhirnya, dengan kemauan keras
dan mental yang kuat. Didukung oleh berbagai pengalaman dan perjuangan selama
enam tahun membuatku masuk ke Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
-------------------------------------------------------
Sahabat, itu adalah sinopsis tentang perjuangan
hidupku. Sahabat bisa lihat CV yang aku lampirkan di postingan ini. Sahabat bisa mengetahui
bahwa saya bukanlah laki-laki yang sempurna. Masih banyak celah-celah yang tidak
bisa saya perbaiki sendiri.
--------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar