Jumat, 18 Juli 2014

Sinopsis Perjuangan Hidupku






Bismillahirrahmanirrahiim..

Perkenalkan, namaku Aziz Muslim. Aku merupakan anak pertama dari kelima bersaudara. Ayah dan Ibuku bercerai saat aku duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Yang akhirnya ayah dan ibuku masing-masing memiliki putra dan putri dari pasangan mereka yang baru.  Awalnya, kami tinggal di Kabupaten Bogor. Ayahku bekerja sebagai karyawan swasta dan ibuku sebagai wiraswasta. Sebab inilah, sejak masuk SMP, aku dipindahkan domisili ke Kabupaten Ciamis (kini Pangandaran) ke kediaman nenekku.
Di sana, aku mengalami hidup yang sangat prihatin. Kiriman uang untukku hanya 150 ribu per bulan tanpa memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan pribadiku. Beberapa kali aku frustasi. Namun, kasih sayang seorang nenek menyadarkanku. Ditambah dengan pendidikan pondok pesantren kalong (berangkat maghrib, pulang subuh) yang sangat berpengaruh terhadap tata titi laku hidupku kini. Dari sinilah aku mulai belajar mengaji lebih serius. Belajar mendengarkan dan mengaplikasikan sedikit-sedikit ilmu yang didapatkan.
Aku tergolong pemuda yang idealis dan ambisius. Keadaan finansial yang tidak bersahabat mendorongku untuk belajar dan berusaha keras. Alhamdulillah, berkat keringat dan dorongan motivasi dari sang nenek ini aku bisa meraih beasiswa dari SMP sampai sekarang di kampus kita tercinta. Berkat kehidupan yang perih inilah aku jadi sadar bahwa kini sudah saatnya aku memberi, bukan terus diberi. Akhirnya ini berbuah dengan aku bisa mencari uang sendiri sejak SMP. Di sekolah, aku menjadi mandor pulsa. Semua orang di sekolah tahu bahwa aku jualan pulsa. Sepulang dari sekolah, tidak ada waktu untuk manja-manjaan dan tidur siang. Karena, tempat jasa cuci motor yang berjarak 100 meter dari gubuk nenekku sudah terdengar nyaring bunyi mesinnya. Aku bekerja di sana. Untuk upah mencuci satu motor, aku mendapatkan hak Rp. 3000,-. Usaha seperti ini memang tidak tentu ramai dan tidaknya. Aku masih ingat jumlah terbesar penghasilanku dari cuci motor ini, yaitu Rp. 21.000,- dan dari uang inilah aku selalu membeli lauk pauk yang ‘layak’ untuk makan kami berdua dengan nenek (Kakek meninggal sejak aku kelas 5 SD). Itu adalah jumlah maksimal, dan tidak jarang juga tidak ada yang nyuci sama sekali.
Walaupun badan nyeri-nyeri, tapi sejak itulah aku sadar bahwa betapa nikmatnya bisa berbagi dengan seseorang yang aku cintai dengan jerih payahku sendiri. Namun, di sisi lain aku bergumam bahwa kerja seperti ini tidak enak. Aku harus  bisa bangkit dari kondisi ini. Akhirnya, aku lebih memilih berdagang. Setelah satu semester bekerja sebagai buruh cuci motor, kini aku menjadi konsultan kaos komunitas atau kelas adik-adik angkatan sekolah. Bisa jadi kaos, jaket, dan kaos seragam sepak bola kelas. Aku yang ambil alih semua.
Semuanya berimbas ke SMA, di SMA aku tetap mendapatkan beasiswa. Alhamdulillah berkat kedekatanku dengan para guru dan berbagai prestasi-prestasi yang cukup lumayan bisa membuat aku cukup mudah dikenali di SMA. Namun, seiring dengan bertambah dewasanya daya pikir, aku mulai menuntut sesuatu yang besar. Aku sering mengeluh dengan perceraian orang tuaku. Karena, logikaku mengatakan bahwa aku hidup perih seperti ini karena perbuatan mereka.
Klimaksnya saat aku lulus SMA, aku ingin melanjutkan kuliah. Aku meminta restu ka Ayah dan Ibuku. Ibuku meridhaiku, namun tidak dengan Ayahku. Ayahku lebih menghendaki aku bekerja seperti dia. Dengan dalih, bekerja dulu, baru setelah itu bebas terserah kamu mau kuliah atau enggak. Aku tidak bisa menerima logika itu. Logikaku mengatakan bahwa saat aku bekerja nanti, dan aku mulai mendapatkan uangku sendiri, aku mengenal beberapa kebutuhan, nampaknya kecil sekali minatku untuk kuliah ya karena itu tadi, aku sudah bisa nyari duit ini, ngapain kuliah. Aku tau bahwa sebenarnya ini semua terjadi karena biaya. Aku pun sadar dengan kekuranganku ini. Namun, beberapa orang terus menyemangatiku. Dinding kayu rumah nenekku penuh dengan kertas yang bertuliskan mimpi-mimpiku.
Akhirnya, dengan kemauan keras dan mental yang kuat. Didukung oleh berbagai pengalaman dan perjuangan selama enam tahun membuatku masuk ke Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
 -------------------------------------------------------

Sahabat, itu adalah sinopsis tentang perjuangan hidupku. Sahabat bisa lihat CV yang aku lampirkan di postingan ini. Sahabat bisa mengetahui bahwa saya bukanlah laki-laki yang sempurna. Masih banyak celah-celah yang tidak bisa saya perbaiki sendiri.

 --------------------------------






 

Tidak ada komentar: