Aziz Muslim
Ilmu Komunikasi
Apa yang pertama kali terlintas
dalam benak Anda saat mendengar atau membaca istilah digital? Pikiran Anda mungkin saja akan langsung terkoneksi kepada benda-benda
di sekitar yang Anda rasa itu canggih dan kekinian. Mungkin, yang terlintas
pertama kali di benak Anda merupakan salah salah satu unsur dari makhluk yang
bernama digital ini dan belum mewakili definisinya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “digital/di·gi·tal/ a berhubungan dengan angka-angka
untuk sistem perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran.” Sedangkan
menurut situs WhatIs.com menyatakan
bahwa. “Digital describes electronic
technology that generates, stores, and processes data in terms of two states:
positive and non-positive. Positive is expressed or represented by the number 1
and non-positive by the number 0. Thus, data transmitted or stored with digital
technology is expressed as a string of 0's and 1's. Each of these state digits
is referred to as a bit (and a string of bits that a computer can address
individually as a group is a byte).” Berbeda halnya dengan teknologi
analog, teknologi digital merupakan output
dari pilinan-pilinan angka dan kode-kode yang berisi data tertentu untuk lebih
memudahkan kehidupan sehari-hari manusia (Rouse, Digital, 2015).
Bagaimana dengan dunia atau era
digital? Anda mungkin bisa menarik napas panjang dan kemudian menghembuskan
secara perlahan dan mengatakan, “Lha, ini kan dunia saya. Saya sekarang berada
di dalam era dan dunia digital. Baik, berikut ini merupakan karakteristik dunia
digital yang dapat kita pelajari. Karakteristik ini bisa disebut juga dengan
prinsip dari dunia digital. Seharusnya demikian, karena poin-poin yang akan
saya paparkan merupakan 6 Pillars of The
Digital Workplace. Sehingga, kita akan mampu memahami dan memaknai apa sebenarnya
dunia digital tersebut dan betul-betul yakin bahwa kini sekarang Anda berada di
era dan dunia digital. Serta mampu menjadi manusia yang hakiki di era digital
ini.
1.
People
Centric
Hal yang
pertama dan paling utama merupakan pengertian bahwa manusia adalah pemegang
kendali. Dia yang menjalankan teknologi dan bukanlah sebaliknya. Saya merasa
khawatir dengan kondisi kita saat ini. Ketika teknologi semakin maju namun
justru tidak seiring dengan kemajuan pola berpikir mayoritas manusianya.
Padahal, teknologi itu ciptaan manusia. Sudah sebaiknya, manusia tidak menjadi
budak teknologi. Memangnya seperti apa? Yaitu ketika manusia merasa dirinya
tidak berguna tanpa teknologi yang pernah ia genggam sebelumnya. Misalnya, dia
enggan untuk menemui temannya secara langsung saat biasanya mereka saling
terhubung dengan media sosial dan lain sebagainya. Contoh fenomena di atas
membuktikan bahwa teknologi digital bisa memberikan sebuah rasa ketergantungan
akut yang berdampak buruk terhadap penggunanya. Untuk menyikapinya, kita mesti
menyadari bahwa teknologi hadir untuk membuat kita lebih baik secara hakiki.
2.
Mobility
Sekitar tahun 1971, Seorang programmer
Amerika, Raymond Tomlinson mulai menggunakan simbol @ sebagai pemisah antara
user id dan domain. Mulai sejak itu, nama_user@nama_komputer menjadi standart
penggunaan Email. Kemudian John Vital menemukan sebuah software untuk
pengaturan Email pada tahun 1975, beberapa tahun kemudian, Email menjadi
populer dan telah memenuhi lalu lintas Internet (Sora Zine, 2014). Padahal, kegiatan
surat menyurat secara manual (di Indonesia via POS) sudah berlangsung lama
sebelum adanya teknologi digital dan tercetuslah email ini. Hal yang menarik
adalah, kini di era teknologi digital yang kita hadapi, pertukaran pesan
menjadi lebih mudah dan tidak perlu membutuhkan mobilitas yang tinggi. Dengan
adanya email, kita tidak begitu berkewajiban untuk mengirimkannya via Kantor
Pos untuk semua jenis surat. Digitalisasi ini membuat kita bisa terkoneksi
dengan orang lain hanya dengan jari tanpa dengan kaki (hiperbola).
3.
Services
Semua kemudahan yang dirasakan
pada saat ini merupakan bentuk dari sebuah pelayanan teknologi digital pada
manusia. Fungsi umum teknologi adalah memudahkan pekerjaan manusia dan
membuatnya semakin merdeka. Semakin canggih teknologi, maka semakin besar
kemerdekaannya terhadap suatu pekerjaan tertentu. Teknologi digital seyogyanya
mampu melayani manusia untuk memberikan kemudahan dalam bidang pekerjaan
tertentu, guna menjadikan manusia menjadi lebih baik lagi.
4.
Simplicity
Hadirnya
teknologi digital di tengah-tengah kehidupan kita sudah seharusnya membuat
hidup kita lebih sederhana. Mengubah kerumitan dalam bekerja sehari-hari menjadi
pekerjaan yang lebih mudah atau kurang lebih menjadi, “It’s so easy!”. Kemampuan teknologi digital dalam menyederhanakan (simplicity)
ini memang sedikit memerlukan seni untuk memberikan antara dengan kemudahan
bergerak (mobility). Hanya saja, di sini Anda akan mengetahui dalam tatanan
penggunaan dan pengaksesan saja, tanpa memperhitungkan unsur jarak di dalamnya.
Saya berikan
contoh, pada saat dahulu sebelum kehadiran masa digital, manusia mendokumentasi
dan memperoleh informasi dari prasasti (batu tertulis), daun lontar, kulit
kayu, dan benda-benda lainnya yang bisa dijadikan sebagai alas tulisan. Seiring
dengan berkembangnya pola pikir manusia, terciptalah berbagai jenis kertas yang
kita ketahui sekarang (kertas majalah berbeda dengan kertas koran). Pada saat
itu, media dengan menggunakan kertas (cetak) adalah hal yang paling praktis dan
sederhana. Namun, adanya tuntutan untuk lebih praktis menjadikan para owner dan
CEO dari perusahaan penyedia layanan informasi lebih mengembangkan konsep
e-information. Dalam konteks berita saja, sekarang kita mengenal konsep e-newspaper. Koran nasional pertama di
Indonesia yang menggunakan teknologi digital adalah koran “Kontan” pada tahun
2008 (Tamburaka, 2013). Disusul Harian Kompas, Koran Tempo, Republika, Media
Indonesia, The Jakarta Post, dan Jawa Pos yang berita dan informasinya masih
dapat kita akses sampai sekarang ini.
Kini,
masyarakat yang hidup di era digital (imigran, digital, dan milenium) memiliki
daya yang luar biasa untuk mengakses informasi. Sehingga terciptalah slogan,
“The Worlds in your hand”. Ya, dengan kehadiran teknologi digital, masyarakat
dapat mengakses isi dunia dengan satu genggaman saja. It’s so simple!
5.
Social
Dengan
kemudahan akses dan jaringan yang dimiliki oleh dunia digital. Kini, sudah
tidak ada lagi alasan (semestinya) bagi Anda untuk semakin jauh dengan proses
kehidupan bermasyarakat. Anda lebih mengenal ini dengan istilah dua dunia,
yakni dunia maya dan dunia nyata. Dunia Maya atau Cyberspace adalah media
elektronik dalam jaringan komputer yang banyak dipakai untuk keperluan
komunikasi satu arah maupun timbal balik secara online. Dunia Maya ini merupakan
integrasi dari peralatan teknologi komunikasi dan jaringan komputer (sensor,
tranduser, koneksi, transmisi, prosesor, signal, kontroler) yang dapat
menghubungkan peralatan komunikasi (komputer, ponsel, instrumen elektronik, dan
lain-lain) yang tersebar di seluruh penjuru dunia secara interaktif. Apa yang
Anda rasakan pada saat kemudahan akses ini bisa Anda miliki? Tentunya saat Anda
bisa terhubung dengan banyak orang. Masihkah ingat dengan slogan Nokia yang
berbunyi, “Connecting People”. Era digital ini lebih dari sekedar menghubungkan
via SMS dan telpon saja bukan? Manusia di era digital ini mutlak perlu
menyadari bahwa penggunaan teknologi digital untuk berinteraksi dan
bersosialisasi merupakan langkah awal (the first step) untuk beranjak ke hubungan
realita yang sebenarnya. Karena, dilapangan masih banyak ditemukan seseorang
yang ‘cerewet’ di dunia maya, namun menjadi antisosial di dunia nyata.
6.
Continous
Manusia
menciptakan teknologi pada masa tertentu. Sekemampunya, sekebutuhannya.
Teknologi akan selalu berkembang mengikuti pola kebutuhan manusia yang
menciptakan. Otak manusia akan selalu berkembang dan menyesuaikan alat yang
dapat membantunya. Inilah yang menyebabkan bahwa teknologi digital yang ada di
genggaman kita saat ini bukan merupakan yang terpuncak (tercanggih). Karena,
canggih pada saat ini belum tentu canggih di masa yang akan datang. Teknologi
digital yang ada pada saat ini merupakan modal atau referensi bagi terciptanya
teknologi baru di masa yang akan datang. Teknologi pada saat ini hanya menunggu
disaingi oleh teknologi yang akan tercipta kelak.
Dengan
mengetahui 6 pilar dari berdigital, sudah semestinya kita sepakat untuk tetap
komitmen menjadi manusia yang hakiki. Manusia yang merdeka dan tidak
terbelenggu dan diperbudak oleh sesuatu yang kita ciptakan sendiri.
RUJUKAN
Rouse, M. (2015, April). Digital. Retrieved
from whatIs.com: http://whatis.techtarget.com/definition/digital
Sora Zine. (2014, October 5). Apa Itu Email ?
Sejarah, Fungsi dan Cara Membuat Email. Retrieved from SoloZine.com:
http://www.solozine.com/2013/10/apa-itu-email-sejarah-fungsi-dan-cara.html
Tamburaka,
A.(2013). Literasi Media : Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.
Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar