Semua orang di dunia ini ditakdirkan untuk
menjadi seorang pemimpin. Apakah perlu saya ulangi? Baik, di dunia ini, semua
orang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Semua elemen dan status
sosial dalam masyarakat merupakan media kepemimpinan yang sengaja di bagi-bagi
sesuai tingkatan kemampuan manusia. Jika memperhatikan kajian hukum kasta, kaum
Sudra yang merupakan golongan terendah pun sebenarnya merupakan manusia yang
layak disebut pemimpin dari segi yang halus (soft implementations). Namun,
dalam hukum kasta, semua itu terhalangi oleh penerapan yang nyata (hard
implementations) seperti kasta tinkat atas, dan embel-embel formalitas lainnya.
Menurut John Agno, kepemimpinan tidak hanya milik orang-orang yang berada di
level atas. Setiap orang dapat belajar memimpin dengan mengetahui kekuatan yang
dimiliki untuk membuat sebuah perubahan dan selalu siap ketika kesempatan
memimpin itu datang kepadanya. Bagaimana dengan kaum Sudra yang berada pada
tingkatan yang paling bawah? Kita rincikan bahwa kaum Sudra itu kaum pekerja
seperti: Tukang Ojek, Tukang Becak, Buruh Tani, Buruh Pabrik, Pekerja Bangunan,
dan Pelayan. Apakah mereka tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin?
Jika memang iya, sungguh malang sekali nasib orang-orang yang berprofesi
seperti yang dicontohkan di atas. Orang-orang nampaknya belum menyadari bahwa
pemimpin dan pimpinan itu merupakan dua hal yang berbeda dan sangat berbahaya
jika maknanya disatukan. Jelas saja, kita sering bingung jika ditanya apa
definisi pemimpin dan pimpinan itu.
Seorang pemimpin sejati selalu siap
menyingsingkan lengan bajunya untuk segala sesuatu, dia selalu siap untuk
bertindak dalam situasi seperti apapun. Tidak hanya hal-hal yang biasa
dikerjakan banyak orang, namun bahkan untuk hal yang tidak dapat dilakukan oleh
orang lain sekalipun. Ia melakukan banyak hal sehingga orang lain bersemangat
untuk melakukannya. Dia tidak hanya duduk dibelakang meja dengan selalu
melayangkan telunjuk tangannya untuk memerintah (bossy). Kehadiran
pribadi-pribadi pemimpin dalam diri kita bergantung kepada lingkungan kita.
Kita memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin sejak awal, minimalnya
memimpin diri sendiri ke kehidupan yang lebih baik. Jelas-jelas ada elemen
penting yang mampu meyakinkan diri kita bahwa kita adalah seorang pemimpin
yaitu yang dipimpin. Jika tanpa ada elemen itu? Apakah kita layak disebut
pemimpin? Tentunya menjadi hal yang sangat penting sekali ketika seorang
pemimpin senantiasa menjaga keharmonisan kelompoknya. Namun yang pasti,
pimpinlah diri sendiri dengan baik terlebih dahulu. Rubahlah kepribadian kita
menjadi pribadi yang mampu menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan
menggempakan samudera. Agar kita menjadi manusia yang tidak hanya hidup dari 25
ribu rupiah per hari. Menjadi sosok yang suka kerja keras, bukan seperti sosok
bermental tempe, juga bukan berkepribadian seperti kuli. Pamungkas, menjadi
sosok manusia yang rela menderita demi pembelian cita-cita. Ketika kita
melakukan banyak hal (positif), maka para pengikut (followers) pun senantiasa
akan berdatangan kepada kita walau sekedar meminta saran.
Terima kasih kepada:
- Allah SWT
- Nabi Muhammad SAW
yang selalu menginspirasi kehidupanku
- Ayah dan ibu yang
selalu mendoakanku sepanjang napas berhembus I love U..
- Buku 99 ideas for
happy leader karangan Nana Rukmana D.W
- dan kalimat isi
pidato Ir. Soekarno pada poster yang menempel di dinding asrama saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar