Rabu, 12 Februari 2014

KAUM "SUDRA" SAJA PANTAS DISEBUT PEMIMPIN










Semua orang di dunia ini ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Apakah perlu saya ulangi? Baik, di dunia ini, semua orang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Semua elemen dan status sosial dalam masyarakat merupakan media kepemimpinan yang sengaja di bagi-bagi sesuai tingkatan kemampuan manusia. Jika memperhatikan kajian hukum kasta, kaum Sudra yang merupakan golongan terendah pun sebenarnya merupakan manusia yang layak disebut pemimpin dari segi yang halus (soft implementations). Namun, dalam hukum kasta, semua itu terhalangi oleh penerapan yang nyata (hard implementations) seperti kasta tinkat atas, dan embel-embel formalitas lainnya. Menurut John Agno, kepemimpinan tidak hanya milik orang-orang yang berada di level atas. Setiap orang dapat belajar memimpin dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki untuk membuat sebuah perubahan dan selalu siap ketika kesempatan memimpin itu datang kepadanya. Bagaimana dengan kaum Sudra yang berada pada tingkatan yang paling bawah? Kita rincikan bahwa kaum Sudra itu kaum pekerja seperti: Tukang Ojek, Tukang Becak, Buruh Tani, Buruh Pabrik, Pekerja Bangunan, dan Pelayan. Apakah mereka tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin? Jika memang iya, sungguh malang sekali nasib orang-orang yang berprofesi seperti yang dicontohkan di atas. Orang-orang nampaknya belum menyadari bahwa pemimpin dan pimpinan itu merupakan dua hal yang berbeda dan sangat berbahaya jika maknanya disatukan. Jelas saja, kita sering bingung jika ditanya apa definisi pemimpin dan pimpinan itu.
Seorang pemimpin sejati selalu siap menyingsingkan lengan bajunya untuk segala sesuatu, dia selalu siap untuk bertindak dalam situasi seperti apapun. Tidak hanya hal-hal yang biasa dikerjakan banyak orang, namun bahkan untuk hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain sekalipun. Ia melakukan banyak hal sehingga orang lain bersemangat untuk melakukannya. Dia tidak hanya duduk dibelakang meja dengan selalu melayangkan telunjuk tangannya untuk memerintah (bossy). Kehadiran pribadi-pribadi pemimpin dalam diri kita bergantung kepada lingkungan kita. Kita memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin sejak awal, minimalnya memimpin diri sendiri ke kehidupan yang lebih baik. Jelas-jelas ada elemen penting yang mampu meyakinkan diri kita bahwa kita adalah seorang pemimpin yaitu yang dipimpin. Jika tanpa ada elemen itu? Apakah kita layak disebut pemimpin? Tentunya menjadi hal yang sangat penting sekali ketika seorang pemimpin senantiasa menjaga keharmonisan kelompoknya. Namun yang pasti, pimpinlah diri sendiri dengan baik terlebih dahulu. Rubahlah kepribadian kita menjadi pribadi yang mampu menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggempakan samudera. Agar kita menjadi manusia yang tidak hanya hidup dari 25 ribu rupiah per hari. Menjadi sosok yang suka kerja keras, bukan seperti sosok bermental tempe, juga bukan berkepribadian seperti kuli. Pamungkas, menjadi sosok manusia yang rela menderita demi pembelian cita-cita. Ketika kita melakukan banyak hal (positif), maka para pengikut (followers) pun senantiasa akan berdatangan kepada kita walau sekedar meminta saran.

Terima kasih kepada:
-         Allah SWT
-         Nabi Muhammad SAW yang selalu menginspirasi kehidupanku
-         Ayah dan ibu yang selalu mendoakanku sepanjang napas berhembus I love U..
-         Buku 99 ideas for happy leader karangan Nana Rukmana D.W
-         dan kalimat isi pidato Ir. Soekarno pada poster yang menempel di dinding asrama saya



Tidak ada komentar: