[Unpad.ac.id, 4/03/2014] Apa yang menyebabkan negara China menjadi negara dengan tingkat kekuatan ekonomi terbesar ke-4 di dunia? Bagaimana bisa negara dengan jumlah populasi manusia tertinggi di dunia itu mampu menyalip negara Inggris, Perancis, dan Italia dalam hal pertumbuhan ekonominya dengan sangat cepat?
“Siapa yang tidak kenal China? Padahal, banyak yang mengira negara sosialis seperti China sangat sulit untuk maju,” ujar Liu Xiang (Liu Feng) selaku Direktur Northwest Power Construction Group dan NorthwestElectric Power Engineering Co, Ltd, China saat mengisi General Lecturebertajuk “The International Business: China Corporation Strategy”, Senin (2/03) di Ruang B1 Kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad.
General Lecture oleh Liu Xiang ini digelar sebagai wujud dari penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara FEB Unpad dengan Northwest Power Construction Group pada tahun 2011 lalu.
Liu mengungkapkan, selama 40 tahun terakhir China telah berhasil membangun ekonominya. Padahal, pada 1949 saat Republik Rakyat China pertama kali didirikan olehMao Tse Tung, China masih merupakan negara miskin yang masih bergantung pada sektor pertanian. Sebagai negara yang berideologi sama dengan Rusia, China pun ditawari Rusia untuk difasilitasi infrastruktur teknologi dan industri untuk mengembangkan diri.
“Tapi pada saat itu, Mao Tse Tung bersikeras bahwa China bisa membangun sendiri. Akhirnya, dari sana China membangun sektor industri, tidak peduli seberapa mahalnya,” papar Liu.
Meski didera kesulitan ekonomi, China berhasil mengubah identitasnya menjadi negara industri. Prestasi ini semakin diperkuat ketika 30 tahun yang lalu, China mulai membuka diri dengan dibukanya Bursa Efek China. Momentum inilah yang membuat China mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya hingga sekarang.
“Saat ini, kita punya semua sektor industri. Kita mengimpor bahan mentah dari beberapa negara termasuk Indonesia, kita olah dan jadikan produk, lalu kita ekspor kembali,” kata Liu.
Menurut Liu, cepatnya laju pertumbuhan di negaranya juga disebabkan tingginya tingkat kompetisi yang dilakukan. Kompetisi ini bukan hanya antar masyarakat China, tapi juga dengan orang asing. Saat ini, banyak orang asing semisal dari Eropa dan Amerika yang sedang belajar bahasa Mandarin di China.
“Mereka belajar bahasa China karena mereka harus tahu seperti apa China itu, bagaimana bahasa dan budayanya,” jelas Liu.
Banyaknya orang asing yang belajar ke China juga didukung oleh banyak infrastruktur pendidikan. Saat ini, lebih dari 2.000 perguruan tinggi tersebar di China. Sehingga memungkinkan banyak menampung mahasiswa yang bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar China. “Ini juga didukung dengan infrastruktur perkotaan yang baik,” tambahnya.
Oleh karena itu, kunci utama suksesnya invasi bisnis yang dilakukan China adalah mempelajari budaya di negara yang dijadikan pasar. Hal ini diterapkan oleh Liu dan perusahaannya. Saat ini, perusahaannya telah bekerja sama dengan PT PLN untuk mengaplikasikan beberapa power plantdi Cilacap, Merak, Aceh, Bangka Belitung, dan kota lainnya.
Liu pun menawarkan kerja sama bisnis dengan mahasiswa FEB Unpad. Melalui MoU yang telah dilakukan, akan banyak kesempatan bagi mahasiswa Unpad untuk ikut bekerja sama dengan perusahaannya. “Ini adalah kesempatan baik bagi kalian. Kita bisa lakukan kerja sama untuk pemasangan power plant di Indonesia,” kata Liu.*
Laporan oleh Arief Maulana / eh *