Selasa, 17 November 2015

KEINDAHAN TOILET NEGERI MATAHARI TERBIT




Assalammu’alaikum,
Selamat malam Sahabat!


Foto di atas adalah foto ketika saya dan Kang Afif menginjakkan kaki pertama kali di salah satu toilet Bandara Internasional Narita Tokyo, Jepang. Haha... Saya pun tertawa sendiri membaca judul di atas. Lucu sih, tapi ya apa daya memang kenyataannya seperti itu. Saya berbicara demikian karena toiletnya sangat bersih. Lantainya bersih dan tidak becek serta tidak ada coretan-coretan curhat tangan-tangan nakal di dindingnya. Aromanya harum dan tidak tercium bau pesing atau aroma khas toilet lainnya seperti di Indonesia. Kami pun geli untuk mengabadikan momen itu tanpa sedikit pun risih karena sedang berada di toilet (haha). Kloset dengan sistem otomatis pun sempat membuat kami terkagum-kagum saat itu. Mana bisa kami tidak sedikit pun direpotkan di sana. Semuanya serba otomatis.

Saat toilet menjadi sampel terbaik untuk indikator tingkat kebersihan sebuah kota, maka Jepang pun mampu menunjukkan budayanya yang cinta akan kebersihan dan kenyamanan secara nyata. Yang saya rasakan kala itu selain rasa kagum terhadap kondisinya tetapi juga pada sistem sosial di sana akan pentingnya menjaga kebersihan. Menjaga kebersihan dan kenyamanan tidak hanya seakan tanggungjawab pengelola/petugas kebersihan/fasilitator saja, melainkan tanggungjawab bersama. Semua masyarakat di sana menyadari bahwa mereka harus menjaga kebersihan agar tercipta kenyamanan dalam kehidupan mereka. Akan tetapi, tidak cukup sampai disitu, masyarakat Jepang pun menunjukkan tindakan nyata untuk mewujudkan kenyamanan itu. Mereka merasa ini adalah tanggungjawab setiap individu dan ini mutlak harus dipegang secara teguh. Hal ini tentu saja bertahan akibat ada harmonisasi juga dari pengelola atau lebih luas cakupannya yaitu pemerintah. Mereka sairing sajalan atau melangkah bersama untuk mewujudkan cita-cita bersama.

Indonesia dengan segala potensi didalamnya masih belum mampu menciptakan keharmonisan antara pemerintah dan masyarakatnya. Hal itu terbukti dengan selalu saja terjadi saling menyalahkan antara mereka. Pemerintah dalam konteks ini yang memfasilitasi menyalahkan masyarakat dengan tuduhan tidak menjaga dan justru merusak fasilitas yang telah diberikan. Masyarakat pun tak jarang yang justru menuduh pemerintah akan tuduhan serupa. Dalam benak masyarkaat, masih banyak oknum-oknum bagian dari pemerintah yang sama seperti mereka atau bahkan lebih parah dan seenaknya daripada mereka. Seperti dijumpai PNS yang membuang sampah sembarangan, puntung rokok di jalan, dll. Chaos! Ya, ini memang kenyataan kita saat ini.

Pemerintah dan masyarakat seyogyanya berjalan beriringan karena demi mewujudkan cita-cita bersama. Mematuhi dan menghormati peraturan yang mereka buat sendiri. Bukan justru bersama-sama tidak mengindahkan aturannya sendiri. Pemerintah dalam hal ini mutlak harus berada di posisi benar dan yang membenarkan. Ketika peraturan itu dibuat untuk dipatuhi masyarakat, sudah semestinya pemerintah harus menjadi figur yang menjadi model dari peraturan tersebut. Sebagaimana yang disampaikan Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. dalam bukunya yang berujudl Change!, “Setiap satu perubahan kecil dilakukan seseorang maka akan terjadi pula perubahan-perubahan lainnya. Berilah seseorang yang berpakaian sederhana sebuah pena yang bagus maka ia akan memakai baju yang bagus untuk menyesuaikan dengan penanya. Berikanlah lantai yang bersih maka orang akan berhenti membuang sampah”. Hal itu guna terjadinya perasaan respect dari masyarakat. Sehingga, masyarakat mayoritas yang awalnya masih membuang sampah sembarangan dan tidak mampu menjaga kebersihan setelah melihat figurnya, mereka lambat laun akan sadar dan kemudian mengikuti jejak langkahnya. Setelah itu, terjadilah harmoni antara pemimpin dan yang dipimpinnya. Bersama-sama, di ranah dan posisi masing-masing demi mewujudkan tujuan bersama yaitu kenyamanan bersama.

Wassalammu’alaikum,
Aziz Muslim

Tidak ada komentar: